Bab 6

2590 Kata
HAPPY READING *** Kenny merasa kesal dengan dirinya sendiri, bisa-bisanya Eros dengan mudahnya mengatakan bahwa jam makan malamnya bersama Andre hanya sampe jam sembilan. Emang dia siapa, huh! Seenaknya ngasih batas waktu hanya dua jam. Jujur ia orangnya moodyan, pokoknya kalau udah kesel, bakalan badmood, mau melakukan apa aja. Ia pernah pengalaman moodnya hancur karena putus cinta, anak kantor sedang hahahihi karena melihat tontonan lucu, ada beberapa staff mendekatinya mereka lalu ia bilang, “gak bisa baca suasana hati?” Oh Tuhan, semoga saja sifat moodyan nya cepat hilang seiringnya waktu. Staff langsung nyeletuk kalau anda ada masalah kenapa saya harus alert. Enggak mungkinkan kantor harus merasakan kesedihan anda? Kamu sedih, emang saya peduli? Gak kan? Kalau ada masalah, pulang ke rumah, jangan ngantor. Moodyan nya membuat suasana orang menjadi rusak. Sekarang ia sedang mengurangi sikap moodyannya itu, jika suasana hatinya sedang jelek, maka ia akan memilih diam saja, menenangkan diri sejenak. Beberapa saat kemudian ia melihhat mobil Andre mendekatinya, pria itu membuka power window dan pria itu tersenyum kepadanya. Kenny membalas senyuman itu dan ia melangkah mendekati hendel pintu dan lalu duduk di samping Andre. “Udah lama nunggunya?” Tanya Andre memandang Kenny, wanita itu sangat cantik mengenakan dress berwarna hitam dengan tali spaghetti. Warna baju dan kulit putih Kenny sangat kontras. “Enggak kok, baru aja keluar dari office,” ucap Kenny, ia melihat Andre mengenakan kemeja abu-abu yang dipadukan dengan celana slimfit berwarna hitam. Rambutnya tertata rapi dan aroma parfume woody dari tubuh Andre yang sangat menenangkan. Ia tahu bahwa itu adalah parfume terbaik di kelasnya. Ia bisa membedakan mana parfum mahal dan tidak, karena kualitasnya tidak bisa diragukan lagi. Ia pernah mencium parfum ini seperti parfum yang dikenakan Eros. “Gimana kerjaan kamu?” Tanya Kenny, ia memasang sabuk pengaman. “Baik aja dan lancar, seperti biasa. Kamu gimana? Nasabah rame nggak?” Andre balik bertanya. “Seperti biasa, selalu rame,” Kenny terkekeh. “Biasa kalau sepi itu jumat.” “Iya sih, kalau jumat itu kebawaanya singkat banget waktunya.” “Iya bener.” Kenny, ia menatap Andre yang sedang memanuver mobilnya. Tangan kiri itu menghidupkan audio, sehingga terdengar suara penyiar radio yang kocak menemani mereka sepanjang perjalanan. Andre itu seorang manager finance di perusahaan salah satu retail ternama di Jakarta. Kata Ova, Andre itu lulusan universitas ternama di luar negri, ia tidak tahu apa, karena Andre belum menceritakannya. Andre mengatakan bahwa dia tinggal di Jakarta dan asli lahir di Jakarta, bukan anak rantau seperti dirinya dan Ova. Ia tidak tahu sama sekali tentang keluarga Andre, karena mereka baru saja dekat dan Andre juga tidak menyinggung sedikit pun tentang keluarganya. Namun ia pikir Andre itu bukan pria yang kekurangan apapun, sebanyak-banyaknya manager yang ia kenal di tower dekat gedung tempat kerjanya. Bahkan kepala cabang di tempat kerjanya, tidak ada satupun dari mereka yang memiliki mobil BMW series terbaru seperti milik Andre. Karena ia tahu berapa uang yang harus dikeluarkan untuk satu mobil itu, bahkan mobil milik Andre sama seperti milik Eros, menurutnya. Dari mana Andre mendapatkan uang itu semua? Ia tahu betul gaji seorang manager finance berapa, paling tidak anya 20 juta sebulan. Jika ditabung berapa tahun dia bekerja juga tidak akan sanggup membeli mobil yang dikendarai pria itu. Satu hal yang ia sukai dari Andre, dia tipe pria pekerja kerasa dan sangat teliti. Berpenampilan rapi seperti pemuda executive pada umumnya yang berada di SCBD. Dia terlihat sangat cerdas dan pengetahuannya luas. Jujur selama ia dekat dengan Andre, masih belum memiliki perasaan apapun. Namun ia tetap suka dengan perhatian Andre. Andre tetap memiliki kualitas pria yang pantas dijadikan kekasih, dan salah satu kriteria idaman wanita di luar sana termasuk dirinya. Kenny tahu bahwa ia harus` sebuah hubungan ada notif dari hati, karena pada dasarnya keinginan pemenuhan secara emosional, misalnya tumbuh rasa sayang, cinta bahkan tempat berbagai kesedihan, bukan hanya sekedar perhatian semata. Sebenarnya ia tinggal memilih apa tujuan hubungan sebenarnya, apakah ini perlu atau tidak. Jika ada maka akan tetap stay. Andre itu bukan seperti Eros yang terlihat dominan, Andre lebih ke arah pria yang ingin mengalir begitu saja. sedangkan Eros dia to the point, jika Eros mengatakan tidak suka dan tidak tertarik, dia akan mengatakannya secara gamblang. Oh Tuhah, kenapa ia membandingkan Eros dan Andre, padahal mereka dua orang yang berbeda. “Makan di restoran mana?” Tanya Kenny penasaran. “Plataran Menteng.” Kenny tahu Plataran Menteng seperti apa, itu merupakan restoran fine dining, tempat itu sering dijadikan sebagai venue pernikahan, tempatnya sangat romantis karena berada di rooftop, pemandangannya asri, menu khas Indonesia sambil menikmati angin malam bertabur bintang. “Kamu pernah ke sana?” Tanya Andre. Kenny mengangguk, “Pernah dulu sama Ova. Kita punya tradisi kalau habis gajian kita pasti mengunjungi restoran yang belum pernah aku datangi. Tempatnya oke, dan romantis,” ucap Kenny terkekeh. “Exactly.” Beberapa saat kemudian mobil Andre berhenti di parkiran Plataran Menteng. Letak Plataran Menteng ini tepatnya di distrik utama di jantung kota Jakarta. Tema hotel ini memiliki konsep sejarah dan warisan, sehingga menciptakan pengalaman bersantap yang tidak tertandingi yang tak kalah indahnya dari sekian banyak hotel bintang lima yang berada di sini. Kenny dan Andre melangkahkan kakinya menuju lobby. Plataran ini menempati rumah colonial belanda berada tiga lantai. Setiap lantai menampilkan arsitektur colonial Indonesia-Belanda yang berbeda. Katanya rumah itu pernh dimiliki oleh seorang dokter Indonesia-Cina, yang terkenal karena melahirkan bayi di antara keluarga terkemuka di Jakarta, termasuk mendiang presiden Soeharto. Suasananya membawa kita ke rumah bangsawan jaman colonial pada masanya. Mereka di sambut hangat oleh staff dengan ramah, Andre mengatakan kepada staff bahwa kemarin ia sudah reservasi atas nama Andre Mallory. Staff mengantar mereka ke table tepatnya di samping jendela kayu besar yang terbuka. Di setiap table terdapat lampu gantung, penerangannya sangat baik dan terlihat mewah. Staff mengantar buku menu berbahan kulit kepada Andre, Andre memesan udang nagih, salad special Plataran Menteng, iga lada hitam dan ayam dharmawangsa. Untuk minuman old fashioned yaitu whisky, bitters, cherry and sugar dan sedangkan Kenny dry martini. Setelah mencatat pesanannya, staff meninggalkannya. Andre menatap wajah cantik Kenny, “Kamu nggak lagi dekat dengan siapa-siapa kan?” Tanya Andre. “Enggak kok,” ucap Kenny. “Kenapa?” “Tanya aja.” “Kamu suka nonton nggak?” Tanya Andre, ia ingin mencairkan suasana, agar suasana tidak terlalu tegang. “Suka sih, tergantung filmnya, aku lebih suka film dekumenter, science fiction, biografi, fantasi.” “Really?” “Yes.” “Romance suka nggak?” “Suka juga, tergantung siapa pemeran utamanya. Kalau kamu suka film apa?” “Aku suka film science fiction, tapi aku paling suka sampe sekarang itu film The Day After Tomorrow” “Ya ampun sama, aku juga suka banget film itu. Menurut kamu, itu bisa terjadi nggak? Bumi ini mengalami iklim jaman es lagi, seperti di film itu?” Tanya Kenny penasaran. “Enggak, karen pada dasarnya itu hanya film fiksi saja, kita tidak akan mengalami jaman es lagi, seperti di film itu.” “Palingan kita hanya diminta waspada untuk menghentikan pencemaran atmosfir rumah kaca yang memicu pemanasa global. Tentunya proses pengembalian itu tidak bisa dijalankan terlihat hasilnya dalam sehari semalam.” “Mengantikan bahan bakar fosil mulai hari ini, agar 30 persen lapisan gletser tetap akan mencair. Jika dunia hingga tahun 2050 bisa melakukan de-karbonisasi, makan sekitar 30% massa gletser bisa diselamatkan hingg akhir abad ini.” “I see, kok kamu tau sih, masalah gitu.” “Dulu pernah di bahas sih, di kampus masalah ini. Maka dari itu, dunia sekarang berlomba-lomba menciptakan kendaraan berbasis listrik.” “Wow,” ia tahu bahwa Andre Mallory secerdas ini. Staff datang membawa pesanan mereka dan menyajikannya di atas meja. Semua makanan terlihat mengguguah selera. Sebelum makan Kenny meraih gelas dan menyesap air mineral itu. Kenny dan Andre mulai mencicipi makanan yang tersaji itu. “Aku akan resign sebentar lagi.” Alis Kenny terangkat mendengar kata resign dari Andre, “Kenapa resign?” Tanya Kenny, ia nyaris tidak percaya bahwa Andre akan resign dari pekerjaaan. “Pada dasarnya aku kerja cuma cari pengalaman aja, belajar bagaimana mengelola keuangan perusahaan. Aku berterima kasih kepada Harvey yang sudah memperkerjakan aku di sana selama tiga tahun. Kita udah ngobrol banyak waktu itu.” “Terus” “Aku melanjutkan kembali ke perusahaan orang tuaku.” “HAH! Kamu punya perusahaan?” Kenny masih shock bahwa Andre memiliki perusahaan, ya ampun pantasan mobil BMW yang dikenakan Andre sama seperti milik Eros. Ia sudah curiga sejak awal, karena tidak mungkin rasanya ada seorang manager yang hanya gajinya duapuluh juta sebulan dapat membeli mobil BMW series terbaru, kecuali dia memiliki warisan dari orang tua yang sanggup membeli itu atau dia dari keluarga kaya raya. “Papa sih yang punya, aku hanya anak yang meneruskan saja. Kamu tau kan bagaimana finance, aku harus tau seluk beluk keuangan, sebelum menyelami perusahaan papa. Aku pikir aku sudah banyak belajar bagaimana mengelola keuangan dengan baik.” “Sekarang aku sudah waktunya aku move dan papa segera pensiun dari pekerjaan.” Kenny masih speechless apa yang telah diceritakan oleh Andre, ia masih tidak percaya bahwa Andre juga terlahir dari keluarga konglemerat di Jakarta. “Harvey itu siapa?” Tanya Kenny penasaran. “Yang punya perusahaan tempat aku kerja. Karena aku masuk ke perusahaan Harvey itu titipan papa, dalam proses pembelajaran. Di sana hanya Harvey yang tahu siapa aku.” “Wah.” Andre tersenyum kepada Kenny, “Kenapa?” “Enggak, masih speechless aja sih,” gumam Kenny, ia melanjutkan makannya. Kenny memakan dalam diam, ia memasukan daging udang ke dalam mulutnya, sambil melirik Andre yang memakan makanannya. Ia melihat jam yang melingkar di tangan Andre, jam itu merek rolex, ia yakin yang dikenakan Andre itu adalah jam rolex asli, yang harganya ratusan juta rupiah. Oh, Jesus, kenapa ia baru kepikiran sekarang bahwa yang tersemat di tubuh Andre itu merupakan produk original. Bukan barang KW. “Makasih ya, kamu udah udah ngajak aku makan malam,” ucap Kenny, ia bingung akan berkata apa, itu yang terlontar begitu saja. “Harusnya aku yang ngucapin terima kasih kepada kamu, Ken. Aku pikir kita udah cukup pendekatan dalam beberapa Minggu ini, aku ngobrol sama kamu nyambung, kamu anaknya asyik. Aku ingin hubungan kita naik level.” Kenny menghentikan makannya, ia menatap Andre, “Maksudnya?” “Mau kamu jadi pacar aku?” Ucap Andre to the point. Kenny menelan ludah ketika Andre menyatakan cinta kepadanya. Ia tidak tahu akan berkata apa, karena masih speechlees dan kaget setengah mati. Rasa laparnya juga hilang, setelah mendengar kejujuran siapa Andre dan kenapa mengajaknya ke sini. Harusnya ia sadar bahwa, ada proses pernyataan cinta pada makan malam ini. Kenny dan Andre saling berpandangan satu sama lain, Kenny mengambil gelas cocktail nya dan meneguknya. Ia mulai kebingungan, tidak ada kalimat yang bisa ia ungkapkan. “Boleh aku jawab nanti?” “Enggak bisa jawab sekarang?” Tanya Andre. Kenny menarik nafas, ia memandang iris mata Andre, “Aku perlu merenung sebentar,” ucap Kenny pelan. “Kalau jadian sama aku, nanti jangan ngekost di sana lagi ya?” Kenny mengerutkan dahi, “Kenapa?” “Lebih baik tinggal di apartemen.” “Tapi aku belum terima kamu loh, ya.” “Kamu nggak suka sama aku?” Tanya Andre lagi. “Bukan nggak suka, cuma aku tuh suka ngeri kalau pacaran sama orang yang kaya terus tajir. Beneran deh, aku pikir kamu cuma manager finance biasa.” Andre mengerutkan dahi, “Emang ada yang salah ya? Tajir sama manager finance?” “Ada lah. Manager finance itu kan biasa aja.” “Salahnya di mana?” “Masih takut aku, kalau pacaran sama orang kaya terus tajir.” “Takutnya di mana?” “Takut jadi hiburan doang.” Andre seketika tertawa, “Aku nggak ada loh ya mau mainin apalagi jadiin hiburan kamu, Ken. Aku serius mau menjalin in relationship sama kamu, dan aku serius.” “Kenapa nggak cerita dari awal siapa kamu.” “Ini aku udah cerita jujur sama kamu.” “Tapi aku masih kaget.” Andre kembali tertawa, “Udah ah, jangan kaget-kaget lagi. Habisin makanannya,” ucap Andre. “Udah kenyang.” “Kamu makan sedikit loh itu. Makan lagi.” Kenny kembali melanjutkan makanannya begitu juga Andre. Andre menatap Kenny, “Jadi kamu kapan resign?” Tanya Kenny memasukan makanannya ke dalam mulut, ia makan dengan tenang. “Minggu depan.” Beberapa menit kemudian Kenny sudah menyelesaikan makannya begitu juga dengan Andre. Andre meneguk cocktailnya dan menatap Kenny cukup serius. “Kapan kamu bisa kasih jawaban ke aku?” Tanya Andre. “Beberapa hari lagi mungkin.” “Enggak bisa sekarang?” Kenny tersenyum menggelengkan kepala, “Aku pikir kalau pacaran itu bukan aku suka kamu, kamu suka aku dan lalu kita pacaran. Aku harus menyelami sifat dan kepribadian kita. Yang paling penting itu rasa nyaman.” “Kamu selama ini nyaman nggak sama aku?” Kenny mengangguk dan tersenyum, “Iya, nyaman.” Kenny menarik nafas, “Kalau kita sudah pacaran, maka akan berubah menjadi kita. Nanti aja ya jawabannya.” Andre mengangguk, “Iya. Jangan terlalu lama jawabnya.” “Iya tenang aja.” Kenny melirik jam melingkar di tangannya menunjukan pukul 21.10 menit, ia yakin Eros menunggunya. Jujur ada perasaan gelisah di hatinya, mengingat Eros. *** Di luar exspetasi bahwa Andre mengantar Kenny pulang ke kost tepat jam sepuluh malam. Kenny memandang bangunan kostnya tepat di depan matanya. “Makasih ya makan malamnya. Aku senang kamu ngajak makan malam ini,” ucap Kenny, ia membuka sabuk pengamannya. “Kenny.” Kenny lalu menoleh memandang Andre, “Iya.” Andre menarik nafas panjang, “Saya tunggu jawaban kamu secepatnya.” Kenny tersenyum dan menangguk, “Iya.” “Jawaban kamu jangan buat aku kecewa.” Kenny tertawa, “Cewek mana yang akan menolak cowok tampan dan mapan seperti kamu.” Andre juga ikut tertawa, ia mengelus puncak kepala Kenny, “Kamu menggemaskan sekali. Boleh aku cium?” “No, tunggu jadi pacar.” Andre tertawa, “Jadi pacar bebas kan.” “Bebas apanya?” “Bebas cium di mana aja.” Kenny mengangguk, “Iya.” Kenny keluar dari mobi Andre, ia membawa tas dan paperbag nya, “Hati-hati di jalan.” “Kamu masuk ke dalam, jangan lupa kunci pintu kamar.” “Iya.” Kenny memandang mobil Andre yang sudah menjauhinya. Kenny melambaikan tangan begitu juga Andre. Oh Tuhan, kenapa sekenariomu seperti ini. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan setelah ini. Kenny menarik nafas panjang, ia akan menceritakan ini kepada Rubi. Rubi pasti tahu apa yang harus ia lakukan setelah ini. Apakah ia harus menerima Andre dalam hidupnya? Kenny memandang mobil Andre sudah hilang pandangannya, Kenny menatap mobil mewah yang berada di ujung sana mendekatinya. Ia tahu siapa pemilik mobil itu. Kini mobil itu berhenti tepat di hadapannya. Power window itu turun ke bawah, ia menatap Eros di sana. “Eros.” Pria itu tanpa senyum dan lalu keluar dari mobil, Kenny menelan ludah. Andre dan Eros membuatnya sakit kepala secara bersamaan. Eros meraih jemari Kenny, “Kita perlu bicarakan.” “Apa yang mesti dibicarain?” Tanya Kenny. “Kita nggak ada hubungan apa-apa kan.” “Tapi kita perlu ngobrol, Kenny.” Kenny menghela nafas, mengikuti langkah Eros mendekati pintu mobil, ia melihat Eros membuka pintu mobil untuknya, dan menyuruhnya duduk. Kenny lalu duduk di kursi dan lalu Eros menutup pintu mobil. Beberapa detik kemudian mobil itu meninggalkan area kost. Kenny tidak habis pikir dengan tindakan Eros. “Mau ke mana sih?” Tanya Kenny. Eros tidak menjawab pertanyaan Kenny, ia hanya melajukan mobilnya melawan angin dan membelah jalan. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN