Mulai Dekat

1054 Kata
Setelah mendengar penuturan Dirga tempo hari, sikap Alana semakin hari berangsur berubah. Kini dia mulai mencoba menerima kehadiran ayah tirinya itu. Sintia merasa senang melihat Alana yang sudah tidak bersikap ketus pada Dirga. Begitu juga dengan Dirga yang awalnya merasa aneh dengan perubahan sikap Alana. Namun tentu saja dia menerima baik perubahan gadis itu. "Mama pasti capek seharian kerja di pasar." kata Alana sembari memijit kedua pundak Sintia. Sintia yang tengah menikmati pijitan tangan Alana tersenyum tipis. Mereka tengah duduk lesehan di atas karpet usang yang ada di ruang tengah. "Capek pasti. Tapi Mama seneng karena bisa berinteraksi sama orang banyak." jawab sang Mama dengan wajah sumringah. Alana yang melihat Mamanya terlihat lebih bahagia dari sebelum mereka pindah ke sini mengulum senyum. Sepertinya memang benar, kebahagiaan itu tidak hanya hadir ketika hidup kita bergelimangan harta. Namun bisa juga kita rasakan dalam keadaan yang sederhana. "Alana ikut seneng kalau Mama seneng." ujar Alana tersenyum tipis. "Mama juga seneng lihat kamu sudah bisa menerima keadaan kita sekarang." timpal Sintia membalas senyum putrinya. "Ekhem. Sepertinya ada yang sedang bahagia di sini." celetuk Dirga yang baru saja datang dengan wajah yang lebih segar. Pria itu baru selesai membersihkan diri setelah seharian berada di ladang. Sintia tersenyum malu-malu menyadari kehadiran sang suami. Sedangkan Alana tersenyum tipis melihat ayah tirinya kini sudah ikut duduk di sampingnya. "Ayah mau dipijit juga nggak sama Alana?" tanya Alana menawarkan diri. "Memangnya kamu tidak capek setelah memijit Mama kamu?" tanya Dirga tersenyum. Alana menggeleng cepat. "Nggak dong. Alana masih kuat kok mijit Ayah." jawab Alana sombong. Mendengar jawaban sombong putrinya membuat pasangan suami istri itu tertawa kecil. Dirga lalu menerima tawaran Alana dan mulai mendudukkan dirinya dengan nyaman. Alana menarik kursi kecil yang ada di sudut ruangan dan mendudukkan dirinya di sana. Tubuh ayah tirinya terlalu jangkung hingga membuatnya tidak bisa memijit dengan nyaman jika duduk di bawah lantai. Alana mulai memijat pundak lebar Dirga dengan tangan-tangan mungilnya. Meremas-remas pundak pria itu agar semakin terasa pijatannya. "Ugh.. pijatan kamu enak sekali Alana." kata Dirga dengan suara beratnya. Alana yang mendapat pujian dari sang ayah tentu saja merasa senang. Dia semakin bersemangat memijat pundak pria dewasa itu. "Mas, besok lusa Bu Juminah ngajak aku ke kota untuk beli beberapa kain. Apa Mas Dirga ngijinin aku ikut?" tanya Sintia memecah keheningan di antara mereka bertiga. Dirga yang semula memejamkan matanya menikmati pijitan anak tirinya itu lantas membuka kedua matanya. Tampak menimang-nimang apa yang Sintia ucapkan barusan. "Boleh. Setelah itu langsung pulang kan?" kata Dirga mengijinkan. "Aku juga belum tau, Mas. Katanya bisa sampai dua hari karena sekalian beli banyak untuk dijual lagi." jelas Sintia. Dirga terdiam. Dia pikir istrinya itu hanya akan membutuhkan waktu sehari saja. "Kalau Mas Dirga nggak mengijinkan, aku bisa nolak tawaran Bu Juminah besok, Mas." kata Sintia saat melihat suaminya yang terlihat enggan. Dirga membuang napas berat dan menatap istrinya dengan seksama. Mungkin lebih baik dia memperbolehkan Sintia untuk ikut saja. Hitung-hitung sebagai liburan dadakan untuk istrinya. "Ya sudah tidak papa. Yang penting kamu jaga diri selama di sana." ucap Dirga pada akhirnya. Sintia yang mendengarnya tentu saja merasa senang. Akhirnya dia bisa kembali melihat gemerlap kota setelah hampir satu bulan tidak melihatnya. "Terimakasih, Mas." seru Sintia sembari memeluk suaminya. "Ekhem. Alana jadi nyamuk nih kayanya." dehem Alana sengaja mengintrupsi kemesraan orang tuanya. Sintia tersenyum malu karena lepas kendali di depan putrinya. Sedangkan Dirga bersikap biasa saja seolah tidak terjadi apa-apa. |•| Alana meremas ujung gaun tidurnya saat mendengar desahan-desahan keras yang terdengar dari kamar yang ada di depannya. Untuk kedua kalinya dia mengintip kegiatan sang Mama dan ayah tirinya yang tengah berhubungan suami istri. Tidak seperti yang lalu ketika Alana hanya diam saja melihatnya. Kini gadis itu mulai merasakan sesuatu yang berbeda pada tubuhnya. Apalagi saat melihat tubuh kecoklatan mengkilap milik ayah tirinya yang tengah sibuk berpacu dengan gairahnya. Alana menggigit bibir bawahnya resah saat melihat bagaimana gagahnya Dirga yang tengah menghujam sang Mama. Membuat wanita itu mendesah keras merasakan hentakan kuat itu. Jantung Alana berdebar dengan cepat, seiring dengan semakin panasnya percintaan kedua orang tuanya. Alana bisa dengan jelas melihat tangan besar milik sang ayah yang tengah mencengkram kuat p******a milik mamanya. Dan hal itu membuat Alana tanpa sadar ikut menyentuh dadanya. Meremasnya seperti apa yang dilakukan oleh Dirga. "Emnh.. " Remasan tersebut tanpa sadar membuat Alana mengeluarkan suara yang aneh. Dia kembali meremas dadanya lagi. Dan lagi-lagi suara aneh itu kembali terdengar dari bibirnya. Merasa pendaran, Alana terus melakukannya secara berulang kali. Remasannya semakin intens dengan netra coklatnya yang tak lepas melihat tubuh kekar milik ayah tirinya. "Ahh... A-yahh.." Alana tanpa sadar mendesahkan nama Dirga saat merasakan kenikmatan pada payudaranya. Dia menatap pria itu dengan sayu. Yang tentunya tidak disadari oleh Dirga. Netra coklat Alana kini mengerjap beberapa kali saat melihat jari-jari panjang milik sang ayah terbenam sempurna di dalam lubang senggama Mamanya. Keluar masuk dari lubang sempit itu hingga membuat sang Mama menjerit kenikmatan. Alana semakin dirundung rasa penasaran. Gejolak di dalam dirinya semakin terasa saat dirinya mulai memberanikan diri untuk menyentuh area intimnya yang masih terbalut celana dalam. Awalnya Alana hanya mengelusnya dengan gerakan ragu-ragu. Namun desiran aneh yang tercipta dari sentuhan ringan itu membuat Alana terbelenggu. Dia semakin ingin menggoda intimnya seperti apa yang dilakukan oleh Dirga. "Ahh.. kenapa rasanya bisa kaya gini." gumam Alana mendesah pelan. Dia merasa terkejut karena tidak menyangka jika apa yang tengah dilakukannya itu membuat tubuhnya terasa nikmat. Gesekan jari Alana pada area intimnya semakin intens. Dia menarik sisi samping celana dalamnya dan menyentuh vaginanya tanpa penghalang. Membuat rasa nikmat semakin jelas Alana rasakan. "Ouhh.. rasanya lebih nikmat kalau kaya gini." lenguh Alana menengadah. Gesekan jari Alana semakin cepat saat mendengar desahan-desahan keras Mamanya. Dia menatap sayu ke arah Dirga dengan bibir bawah dia gigit. Mendambakan jika pria itu juga melakukan hal yang sama pada tubuhnya. Tubuh Alana semakin belingsatan saat merasakan sesuatu di dalam dirinya kian mendesak ingin keluar. Alana tidak tau apa itu artinya. Namun entah mengapa dia merasa penasaran dengan apa yang akan terjadi pada tubuhnya. Dorongan itu semakin terasa hingga membuat Alana seperti tersedot di dalamnya. Gadis itu menggigit bibir bawahnya kuat saat desakan itu semakin mendesaknya. Hingga akhirnya... "Emnh..." Byur.. Byur.. Sesuatu yang basah dan lengket terasa keluar dari lubang sempit Alana. Gadis itu meraba cairan hangat itu dan melihatnya dengan wajah sayu. "Ahh.. Alana pipis di celana." desah Alana dengan napas terengah. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN