Alana tak berhenti memikirkan apa yang dia lakukan tadi malam. Dengan tidak tahu malunya dia memuaskan dirinya dengan membayangkan jika ayah tirinya yang telah menyentuh tubuhnya.
Ketika matahari semakin naik dan menampakkan sinarnya, Alana memutuskan untuk segera keluar membersihkan tubuhnya. Gadis itu mengedarkan pandangannya ke segala penjuru rumah yang terlihat sepi.
"Apa mereka udah berangkat semua?" gumam Alana heran.
Langkah kaki gadis itu mengarah pada pintu belakang yang tidak sepenuhnya tertutup. Membuat Alana menebak jika masih ada seseorang yang berada di rumah ini selain dirinya.
Kriet..
Bunyi engsel yang berputar menghasilkan bunyi yang cukup nyaring. Alana berdiri di ambang pintu sembari menatap sekitar. Dimana dia menemukan seorang pria jangkung yang tengah sibuk menjemur beberapa potong pakaian yang masih basah.
"Ayah.." panggil Alana setengah bergumam.
Gadis itu berjalan mendekati Dirga yang belum menyadari akan keberadaannya.
Pluk
"Ayah.." panggil Alana sembari menepuk pundak polos Dirga. Pria itu memang sedang bertelanjang d**a. Membuat Alana salah fokus dibuatnya.
Pria yang dipanggil dengan sebutan 'ayah' tersebut seketika menoleh. Mendapati putri tirinya tengah berdiri di sampingnya dengan jarak yang cukup dekat.
"Alana? Kamu sudah bangun?" balas Dirga menanyakan hal yang sebenarnya tidak perlu.
"Kalau Alana belum bangun, terus yang di depan Ayah sekarang siapa?" decak Alana memajukan bibirnya.
Dirga tersenyum kecil yang membuat Alana dapat melihat lesung pipi gadis itu yang tampak sangat mempesona. Dia akui jika ayah tirinya tidak hanya tampan, namun juga sangat manis.
"Kamu mau mandi?" tanya Dirga melirik handuk yang tersampir di pundak Alana.
Alana mengangguk samar sembari tangannya memegang kaos lusuh milik Dirga yang sering dia pakai ketika berada di ladang.
"Tapi Alana mau bantu Ayah jemur pakaian ini." kata Alana tanpa permisi sudah mengambil sepotong baju milik Dirga dan dijemurnya dengan asal.
Dirga terkekeh melihat cara menjemur Alana yang tampak berantakan. Dia membenarkan jemurannya sembari mengatakan sesuatu pada Alana.
"Bukan seperti itu cara menjemurnya, Alana." kata Dirga sembari memperlihatkan cara menjemur baju dengan benar.
Alana mengamati apa yang dilakukan Dirga dengan serius. Dia mengikuti arahan pria itu hingga tanpa sadar posisi keduanya menjadi semakin dekat.
"Alana baru sadar kalau tinggi Alana cuma sebatas d**a Ayah." celetuk Alana sembari mendongakkan wajahnya. Menatap kagum pahatan sempurna pada wajah Dirga.
Dirga tertawa kecil sembari menunduk karena entah bagaimana ceritanya Alana sudah berdiri di depannya. Dengan posisi kedua tangan mereka saling memegang ujung baju basah Dirga.
"Bukan Ayah yang tinggi. Tapi kamu yang terlalu pendek." kata Dirga mengejek.
Alana yang mendapat ejekan dari ayah tirinya semakin memajukan bibirnya. Dia menatap sebal ke arah Dirga yang menatapnya dengan pandangan geli.
Gyut
"Ayah jahat ih." kesal Alana sengaja mencubit perut keras milik Dirga.
Dirga yang mendapat cubitan itu tentu saja meringis sakit. Dia menepis tangan Alana yang tak kunjung melepaskan cubitannya.
"Aduh... Kamu kenapa mencubit Ayah? Sakit, Alana." berenggut Dirga mengusap perutnya yang memerah karena bekas cubitan tangan Alana.
Bukannya merasa bersalah, Alana justru menjulurkan lidahnya dengan tatapan mengejek. Dia mengambil ancang-ancang untuk kabur ketika melihat Dirga yang seperti akan mengejarnya.
"Awas kamu ya. Kalau Ayah berhasil tangkap kamu, tidak akan Ayah lepaskan dengan mudah." ancam Dirga yang benar-benar mengejar Alana.
Gadis itu cekikikan berusaha menghindar dari kejaran ayah tirinya. Namun langkah kecilnya tidak bisa dibandingkan dengan langkah lebar milik Dirga. Membuat gadis itu dengan mudah tertangkap ketika berlari menuju ruang tengah.
Hap
"Kena kamu." smirk Dirga menangkap tubuh Alana.
Pria itu lalu mulai menggelitik pinggang Alana hingga membuat gadis itu memekik geli. Dirga justru tertawa keras melihat putri tirinya yang tampak kegelian.
"Ampun, Ayah.. hahaha... ampun.." mohon Alana dengan napas terengah.
Setelah puas memberi pelajaran pada Alana, Dirga akhirnya melepaskan gadis itu. Alana langsung terbaring lemas karena terlalu banyak tertawa. Keringatnya sampai bercucuran membasahi pelipisnya.
Dirga terduduk di samping Alana sembari tertawa kecil melihat gadis itu yang tampak lemas. Dia juga sama terengahnya karena banyak bergerak saat menggelitik putri tirinya itu.
"Perut Alana sampai keram karena kebanyakan ketawa." keluh Alana memegangi perutnya yang terasa kaku.
"Salah siapa sudah berani mencubit Ayah." kata Dirga membela diri.
"Ayah duluan yang ngejek Alana pendek." seloroh Alana tak mau kalah.
"Kamu kan memang pendek." kekeh Dirga yang membuat Alana kembali kesal.
Gadis itu bangun dari posisi baringnya dan tanpa disangka-sangka langsung menerjang tubuh Dirga hingga membuat pria itu terjerembab dan jatuh berbaring dengan posisi Alana berada di atas tubuhnya.
Jantung Alana berdegup kencang saat menyadari akan posisi mereka yang sangat intim. Netra coklatnya terpaku pada sosok tampan nan rupawan yang ada di bawahnya.
"Alana? Bisa kamu turun dari atas Ayah." kata Dirga yang merasa tidak nyaman dengan posisi mereka saat ini. Pasalnya Alana tanpa sadar sedang menduduki gundukan keras miliknya.
Alana yang tersadar dari keterpakuannya langsung menggeleng keras.
"Nggak mau. Alana mau balas dendam sama Ayah." tolak Alana mentah-mentah.
"Alana.." Dirga mencoba membujuk Alana agar mau turun dari atas tubuhnya. Namun memang dasar Alana yang bebal. Gadis itu justru dengan sengaja bergerak di atas Dirga hingga membuat pria iru terkesiap.
"A-Alana? Jangan bergerak seperti itu. Cepat turun." ujar Dirga dengan wajah kaku.
Alana tetap menggeleng dan justru semakin liar bergerak di atas tubuh Dirga. Membuat ayah tirinya itu mati-matian menahan sesuatu yang bengkak di antara selangkangannya.
Alana yang sadar akan benda keras apa yang tengah menusuk-nusuk area intimnya walau masih terhalang hotpans itu mengulum senyum. Gadis itu semakin intens menggerakkan pinggulnya sembari menggelitik perut keras ayah tirinya.
Dirga yang tidak ingin lepas kendali akhirnya dengan terpaksa menggulingkan tubuh Alana hingga membuat posisi gadis itu bergantian dengannya.
Alana terpaku saat dapat melihat dengan dekat wajah ayah tirinya yang begitu tampan. Membuatnya lagi-lagi terpesona akan rupa pria dewasa itu.
"Kamu benar-benar nakal sekali." omel Dirga yang tidak dengan jelas menanggapi tatapan memuja dari gadis di bawahnya.
Pria itu hendak bangun dari atas tubuh Alana saat gadis itu dengan sengaja melingkarkan kedua kakinya di punggung Dirga. Membuat pria itu semakin kesusahan melepaskan diri.
"Alana.. cepat lepaskan Ayah." kata Dirga yang mulai geram.
"Nggak mau. Alana belum selesai balas dendam sama Ayah." Alana menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Balas dendam? Kamu masih belum puas balas dendam pada Ayah?" tanya Dirga memicing yang diangguki Alana dengan raut tenang.
"Belum dong. Kecuali Ayah mau turutin kemauan Alana." ujar Alana dengan senyum misterius.
"Kamu mau apa? Ayah akan turutin semuanya. Yang penting kamu lepaskan Ayah." balas Dirga dengan santai.
Alana yang mendengar jika sang Ayah akan menuruti semua yang dia minta tentu saja merasa senang.
Gadis itu menarik tengkuk Dirga agar sedikit lebih rendah. Dia lalu mengangkat kepalanya ke atas dan berbisik lirih di telinga ayah tirinya.
"Cium Alana."
***