SEBELAS

936 Kata
Happy Reading and Enjoy Aku semakin pusing karena Papa sudah memberitahu pada mama kalau ada yang melamarku, setelah papa mengatakan bahwa ada seorang pria yang melamarku, entah kenapa otakku langsung bergerak dan menemukan 2 nama, namun aku merasa kalau pria itu bukanlah Hansen walaupun ada kemungkinan adalah pria itu. “Ma, aku bahkan nggak tau dia siapa” gerutuku seraya mengeringkan rambutku yang basah karena baru selesai mandi, dan Mama sudah memberondongku dengan pesan singkat juga telfon sejak semalam. “Ya jalanin dulu kenapa sih Kak, ada yang mau sama kamu jangan disia-siain lah” ujar mama bersemangat, aku baru mendengar suara ceria mama setelah berpisah dengan papa setelah bertahun-tahun yang lalu. Ya Tuhan…. Bahkan aku tak mengenal siapa pria itu, keluhku namun hanya bisa berujar dalam hati. “Iya nanti lah, Ma.” Aku mengatakan iya hanya untuk menenangkan Mama. “Jangan iya-iya sih kak, kamu itu kebiasaan iya-iya cuma buat mama seneng” gerutuan mama membuatku mendengus seketika. Aku sebenarnya penasaran dengan pria itu, apakah benar Hansen yang tak begitu ku yakini atau bukan, karena aku memang tak menanyakan pada Papa seperti apa pria itu. Dan juga sampai sekarang tak ada satupun dari kedua pria yang ku prediksi itu menghububungiku. Aku segera mengakhiri obrolanku dengan Mama karena lama kelamaan mama jadi semakin cerewet dan semakin menodongku. Setalah sambungan telfon dengan Mama berakhir, phonselku kembali berdering dan kali ini giliran Amel yang menelfon, aku yakin Papa ataupun Mama sudah mengatakan pada adikku itu. “Kenapa lagi dek, kakak lagi pusing ini” gerutuku padanya. “Pusing mikirin lamarannya kak Reynald yah?” goda Amel dari seberang sana, aku bahkan bisa mendengar suara tawa Jeremy juga. “Kata siapa Reynald yang nglamar kakak?” tanyaku padanya. “Papa sih yang ngomong, kan sempet kenalan juga sama papa, emangnya kakak nggak dikasih tau namanya sama papa? Atau kakak lagi ngarepin orang lain yang lamar kakak” Tanya Amel dengan sedikit heran dan bernada curiga. “Nggak, abis papa ngomong gitu gue langsung matiin telfonnya” bisikku, karena memang aku terlalu panik dan bingung, akhirnya aku langsung mematikan sambungan dan mematikan phonselku juga, sampai pagi ini. “Duh… pantes Papa sampai panik gitu pas telfon gue” gerutunya. Aku hanya berdecak, lalu mematikan sambungan langsung tanpa mengatakan sepatah katapun. Aku langsung berjalan menuju walk in closet ku mengambil blouse dan rok hitamku, hari ini aku berniat ke kantor lagi, karena kemarin aku di kantor benar-benar hilang konsentrasi. Regina sejak tadi sudah mewanti-wantiku agar tidak seperti kemarin karena itu hanya menganggu waktu kerjanya, dan aku mengiyakan. Aku memesan ojek online karena malas dengan macetnya ibu kota apa lagi dijam berangkat kantor atau sekolah seperti ini, masa bodo dengan tampilanku yang awut-awutan pada akhirnya. Aku mulai melakukan opening untuk bahan daily vlog’ku. Ahhh aku jadi ingat ketika aku mengupload video Q&A bersama Jeremy-Amel beberapa hari yang lalu, subscriber dan Like juga komen yang aku dapatkan sungguh luar biasa. Mungkin karena pengaruh Amel, karena dia juga seorang public figure. *** Sampai didepan gedung, aku memilih untuk membeli minuman terlebih dahulu untuk mengganjal lapar selama 2 sampai 3 jam kedepan, karena memang aku belum sarapan. “Kak Gigi yah?” aku menoleh melihat seorang karyawan mini market menyapaku. Aku tersenyum. “Boleh minta foto kak?” tanyanya dengan penuh harap. Aku mengangguk “boleh” jawabku. Beberapa foto telah didapatkan dan dia berterimakasih lalu mulai kembali bekerja, aku bukan seorang yang terjun langsung dalam dunia infotainment, tapi aku cukup di kenal, dan cara agar tidak banyak hatters itu harus tetap bersikap ramah pada siapun yang mengenalku. Aku membayar minumanku lalu menuju kantor yang berada diseberang mini market. “Kenapa lama?” Tanya Regina yang sudah stand by di dalam ruang meeting. “Abis beli minum, dicegat orang minta foto” jawabku seraya duduk disisinya. Kali ini aku tidak akan memasukkan kegiatanku kali ini dan daily Vlog’ku, karena memang sudah terlalu sering dan Regina adalah salah satu orang yang sangat sering masuk ke daily vlog’ku selain beberapa temanku yang lain. “Gitu aja deh dulu” ujarku ketika perutku sudah terasa perih, sejak semalam aku belum makan dan ini sudah pukul 11 siang. “Ya udah, mau langsung balik?” Tanya Regina seraya membereskan beberapa kertas di atas meja. “Nggak, mau makan dulu lah. Belum sarapan juga” ujarku padanya. “Tumben, lo kan pecinta kesehatan, jarang banget nglewatin sarapan” sindirnya dan aku mendengus. Aku memang selalu sarapan, apalagi jika hendak bepergian, dan mungkin ini pertama kalinya karena aku tidak dalam keadaan baik sejak kemarin malam. “Males aja” jawabku lalu berpamitan dengannya. Ketika aku tengah menuju loby, phonselku bergetar ditanganku, aku baru akan membuka phonselku, dan ada beberapa panggilan tak terjawab disana. Kebiasaan men-silent phonsel tentu ada jika aku sedang sibuk. Dan mataku membeliak ketika nama Reynald terpampang disana. Ada 7 panggilan tak terjawab dan beberapa pesan singkat yang masuk, aku membuka pesan tersebut. From : Mas Reynald Bisa bertemu? 08.16 Gigi? Kamu marah dengan saya? 08.45 Kalau kamu ada waktu bisa ketemu di Café Guardian pada jam makan siang, saya tunggu kamu disana. 09.28 Aku melirik sudut paling pojok atas phonselku dan disana pukul 11.24, aku berfikir sebentar sebelum akhirnya memesan taxi. Niatnya ingin memesan ojek online tapi karena panasnya luar biasa, jadilah aku memesan taksi saja, walau nanti akan memakan waktu yang lebih lama, karena memang café yang di sebutkan oleh Reynald itu cukup jauh dari kantor ini. Dan kenapa aku tau? Karena Café Guardian itu salah satu café terkenal dengan makanannya yang enak di kota ini, aku sering datang kesana kalau sedang ingin, atau tidak sengaja lewat. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN