PROLOG
Happy Reading and Enjoy
ANDAI MEMUTUSKAN UNTUK MENIKAH SEPERTI MEMBELI BAJU DI TOKO
Pernikahan bukan akhir segalanya, bukan akhir happy ending yang selalu diharapkan. Namun.. pernikahan adalah awal untuk memulai hidup yang baru, awal yang baru, lembaran baru dengan seseorang yang akan menemaninya hingga maut memisahkan.
“Mau nikah sebentar lagi?” Reynald kembali mengejutkanku ketika aku akan kembali ke kamar hotel, malam ini aku akan cek out dan kembali ke rumahku sendiri, rumah yang ku dapatkan sekitar 4 tahun yang lalu.
“Hah… kenapa emang?” tanyaku pada Reynald.
“Itu” tunjukkan dengan dagu pada bunga yang ku peluk.
“Ohh…” jawabku, aku tak tau harus berbicara apa dengannya, sedangkan aku tidak pernah mampu menatapnya lebih dari 5 detik.
“Mau nikah sebentar lagi?” Reynald bertanya sekali lagi ketika pertanyaannya diawal tak mendapatkan jawaban dariku, aku menoleh sekilas dan menggelengkan kepalaku.
“Belum ada rencana, belum ada calon juga” jawabku seadanya.
Munafik kalau aku mengatakan belum ingin. Aku sudah memimpikan masa depan dengan Rion sejak awal kami pacaran ditahun 2013, nyatanya lamanya pacaran tidak menjamin kau akan menikah dengannya.
Tuhan begitu baik hati hingga membukakan mataku, tentang bagaimana bejatnya Rion dibelakangku, menghianatiku dengan begitu pedih, membuatku malu karena pernikahan kami batal beberapa hari sebelum ijab Kabul dilaksanakan.
Dan kembali lagi, aku hanya mengingat itu sebagai masa lalu, sebagai masa pelajaran hidup yang tidak aku dapatkan dari siapapun, walau pedihnya melebihi tersayat pisau dapur.
Denting lift dan pintu besi itu terbuka.
“Duluan Mas” kataku.
Dia menolak dipanggil Pak waktu itu dan aku mengganti sebutanku untukku menjadi Mas, awalnya ia mengerit namun dia diam seolah menerima sebutan baru yang didapatkannya dariku.
Ketika ku akan keluar dari lift.
Dia menahan tanganku.
“Sama saya mau?”