Sebuah awal yang harusnya tak terjadi.

3423 Kata
Pov Rina Jam didinding menunjukan pukul 4 sore, skenario telah disusun, hari itu rencananya bang andi akan mengajak pak Frans Wenda untuk datang kerumah secara dadakan, pura2 tanpa sepengetahuan aku, saat nanti sudah dirumah bang andi akan pura2 belanja ke supermarket agar aku bisa memasakkan sesuatu buat pak Frans Wenda, disaat itu kesempatan untuk berdua dengan pak Frans Wenda, aku jadi penasaran bagaimana situasi nanti Aku lalu mengambil baju yang akan ku gunakan nanti, karena skenarionya pak Frans Wenda datang tiba2 maka aku akan pakai baju rumah, kemaren aku dan bang andi menyempatkan ke mal untuk membeli kostum untuk projek ini, bang andi memilihkan daster kemben tali kecil di pundak dengan Panjang sampai betis, karena demi natural sandiwaranya Aku memakai daster tersebut, kupatutkan diriku di hadapan cermin, wow seksi sekali, kulit pundakku yang putih mulus terpampang jelas, begitu juga betis indahku. Apa behaku lepas aja ya, kan wajar klo dirumah, kemudian aku lepas beha yang kukenakan, ehmm seksi banget ya, gesekan putingku dengan kain daster yang kukenakan semakin menambah gairahku, apa yang aku lakukan ini?, aku berdandan seperti wanita binal yang bertujuan agar lelaki lain napsu, apa sudah gila? Semakin aku memikirkan semakin basah selangkanganku Spoiler: Rina sedang memikirkan cara menggoda frans Membayangkan pria lain selain suamiku yang menatap diriku dengan penuh napsu membuat hatiku semakin berdebar, pak Frans Wenda tinggi besar seperti itu pasti penisnya juga besar ohhh..Rina apa yang kamu pikirkan..semua gara gara semalam dona mengirimkan foto bosnya yang telanjang bulat dengan p***s besar menjuntai ohhh…kenapa aku jadi sebinal ini, pikiranku berkecamuk bagaimana cara menggoda bos suamiku itu tanpa terkesan murahan..apa perlu ku pura2 tersingkap dasterku sehingga pahaku terlihat..ohhh ihhh, aku meraba vaginaku, rasanya berdenyut. Tiba tiba “assalamualaikum bund” suara suamiku datang. Ohh gimana ini..aku benar2 gugup. Aku sampai lupa mengenakan beha Kembali. “walaikumsalam” jawabku, aku pura2 kaget (sebenarnya kaget juga), walaupun aku tau pak Frans Wenda datang, tapi tetap aku kaget.. “ohh ada pak Frans Wenda” kataku saat melihat beliau sudah duduk di ruang tamu. Kulihat pak Frans Wenda juga kaget dengan penampilanku, biasanya dia melihatku dengan baju gamis, sekarang Sebagian kulit mulusku tersingkap, kulihat pandangannya melekat tajam, aku melihat harimau lagi, kali ini aku yakin ini harimau asli. “Maaf pak, saya gak tau pak Frans Wenda akan bertamu, kok ayah gak kabarin sih” rajukku pura2 kepada suamiku dengan nada suara yang kumanjakan, “aku tadi udah telpon bunda mau suruh siapin makanan buat pak Frans Wenda tapi gak diangkat” jawab suamiku (ternyata suamiku pintar juga berimprovisasi). “yah aku belum masak, tadi abis setrika pakaian, hp juga aku charger, gimana dong, apa ayah order go food aja” ucapku lagi. “gakusah repot gak apa2 kok bu Rina, pak andi” kata pak Frans Wenda. “wah masa pak Frans Wenda makan sembarangan sih, dia kan kangen masakan bunda kaya tempo hari makanya ayah ajak pak Frans Wenda ke rumah” ucap suamiku, “ok gini aja ayah ke supermarket dulu sebentar, beli kebutuhan buat masak bunda, gak apa2 kan pak tunggu sebentar, maaf loh pak” lanjut suamiku kemudian. ‘waduh pak andi gak usah repot, gampang nanti saya makan di jalan aja” jawab pak Frans Wenda. “gak repot kok pak, sebentar ya pak, supermarketnya juga deket” kemudian suamiku segera keluar dan tak lupa menyuruh aku membuatkan minuman untuk pak Frans Wenda. Sepeninggal suamiku aku segera membuatkan minuman untuk pak Frans Wenda, lalu aku ke ruang tamu untuk membawakan minuman tersebut, aku mengenakan pashmina untuk menutup pundakku yang terbuka, terlihat pak Frans Wenda agak kecewa dengan pashmina tersebut, aku lalu duduk di hadapan pak Frans Wenda. Kami terlihat canggung. “Apa supermarketnya dekat bu?” tanya pak Frans Wenda, kulihat matanya menatap tajam betis indahku, “gak terlalu jauh kok pak, maaf ya pak saya gak tau kalo pak Frans Wenda datang” jawabku sambil tersenyum. “Silahkan diminum kopinya pak” ucapku kemudian “ terima kasih bu, ohh kopi hitam ya, saya sih sebenernya suka kopi s**u bu” ucap pak frans sambil menekankan kata s**u , “ohh maaf biar saya buatkan pak” jawabku sambil berdiri, “gak usah bu, gak apa2 ini juga gak apa, gak usah pake s**u” sekali lagi pak Frans Wenda menekankan kata s**u sambil menatap wajahku. “pak andi beruntung ya punya istri secantik ibu” ucap pak Frans Wenda mulai menggoda, “ah pak Frans Wenda bisa aja, masa ya saya cantik” ucapku dibuat manja, “bolehkah saya memangil ibu dengan adek saja, biar lebih enak” tanya pak Frans Wenda, “teserah bapak aja” jawabku senyum yang pasti membuat pak Frans Wenda semakin geregetan. Percakapan kami semakin cair, pak Frans Wenda pandai bercerita lucu, membuat aku tertawa cekikikan, dan suasana mulai lebih cair. “dek Rina apa gak panas menggunakan selendang itu” tiba2 pak Frans Wenda bertanya tentang pashmina yang aku kenakan untuk menutupi Pundak, “panas sih pak, tapi saya kan pakai baju terbuka, takutnya dianggap gak sopan sama bapak” jawabku, “ masa ya saya bilang gitu , justru saya Sukanya waktu tadi dek” pak Frans Wenda semakin berani, “ohh gt pak, soalnya saya malu sih pak, tadinya saya gak tau kalau ada tamu, malah belum sempat pake beha,eh maaf” aku juga bingung kok aku semakin berani ya. Pak Frans Wenda yang sedang minum kopi jadi tersedak mengetahui aku gak pakai beha. Kopi yang diminumnya bercecaran di celananya, spontan aku berdiri dan membantu mengelap celananya dengan pashmina yang menutupi pundakku, saat membantu mengelap celananya aku terkejut melihat bentuk yang menyerupai botol minyak telon di balik celananya. kulihat pak Frans Wenda tersenyum, sepertinya dia menangkap basah mataku yang melihat gundukan dibaik celananya. “gak apa2 dek nanti juga kering sendiri?” ujarnya sambil memegang tanganku, aku hanya diam membiarkan, tubuhku mulai terasa hangat, ya tuhan..apa yang terjadi bulu kudukku terasa berdiri semua saat pak Frans Wenda mengelus punggung tanganku, segera aku menarik tanganku. Tak lama suamiku Kembali. *** ​ AFTER DINNER Setelah makan malam, kami bertiga Kembali berkumpul di ruang tamu pak Frans Wenda tak henti2nya memuji masakan Rina, sambil matanya terus terusan mencoba menembus bagian d**a Rina, “pak andi mohon maaf kalau saya lancang, bolehkah saya minta bantuan bu Rina menemani ke undangan pernikahan, kebetulan saya gak ada yang menemani, soalnya cannggung kalo datang sendiri, lagipula kenalan saya gak banyak disini” ucap pak Frans Wenda, “ohh gitu ya pak, saya sih gak apa2, tapi Rinanya bisa gak?” tanya andi ke istrinya “ohh ya gak masalah pak saya bisa nemani pak Frans Wenda” jawab Rina. “terima kasih bu, besok malam saya jemput jam 7 malam ya, baiklah saya pamit dulu karena sudah malam” ucap pak Frans Wenda. *** ​ POV Rina Setelah melihat gundukan dibalik celana pak Frans Wenda, aku jadi terhenyak, pikiranku melayang2, membayangkan bentuknya, ohh aku kok jadi m***m gini, rasa debaran saat pak Frans Wenda mengelus punggung tanganku, keberanian aku menggoda pak Frans Wenda dengan blak2an bilang gak pakai beha, ya ampun, aku menyadari perubahan diriku yang mulai sedikit binal. Suamiku sgera bertanya padaku tentang apa yang terjadi saat dia ke supermarket, aku menceritakan semua pada suamiku secara detail, dan seperti yang kuduga, dia berubah beringas, aku ditariknya ke ranjang, kami bersetubuh dengan panas, kali ini suamiku mampu memberikan aku o*****e, namun setelah aku sadari bukan karena permainannya yang meningkat tapi karena aku membayangkan punya pak Frans Wenda yg membuat aku jadi b*******h, ya Tuhan aku mulai membayangkan p***s orang lain menyetubuhiku Sabtu Sore Rina mematut dirinya didepan cermin, dia telah berdandan cukup cantik malam itu, gamis berwarna dusty pink, dengan jilbab pasmina crinkle warna senada, menambah cantik penampilan Rina hari itu, pakaian yang dikenakan sungguh serasi untuk menutupi tubuh semampai Rina, tubuh yang di balut kulit putih mulus kemerahan, Andi memperhatikan istrinya yang sedang berdandan, dia merasa seolah olah istrinya akan kencan malam ini “wuihh bunda cantik sekali” puji andi. “kamu baru tau yah?” jawab Rina singkat sambil terus memakai makeup, Andi merasa sikap Rina tidak sama seperti yang dia kenal sebelumnya, Rina sekarang sudah mulai berani meledek dia, walau sebagai istri dia tetap melayani suaminya dengan baik, namun kadang jawaban Rina saat mereka ngobrol sering terdengar ketus. “tadi pak Frans Wenda w******p ayah, katanya mau jemput abis maghrib bun” kata andi, “ya bunda dah tau, tadi pak Frans Wenda juga wa bunda” jawab Rina, “ohh pak Frans Wenda tau nomor bunda?” tanya andi terkejut tak menyangka kalau bosnya itu tau nomor istrinya, padahal andi tak pernah merasa memberikan nomor istrinya pada bosnya itu. “ya iya atuh ayah, saat pulang dari rumah kita, dia minta nomor wa bunda” jawab Rina singkat tanpa menoleh ke suaminya, Rina masih terus sibuk makeup. “emang nya gak boleh bunda kasih nomor bunda ke dia?” tanya Rina, “ohh gak, ayah cuman gak tau kalo pak Frans Wenda tau nomor bunda” jawab andi, dia gak mau merusak suasana dengan menjawab sesuai dengan keheranan hatinya, walau banyak pertanyaan, tapi andi menahan diri. Adzan maghrib kemudian berkumandang.. Suara mobil berhenti depan rumah, andi mengenali mobil tersebut, itu mobil bosnya, tak lama pak Frans Wenda muncul keluar dari mobil, pak Frans Wenda cukup tampan malam itu, dengan batik warna coklat keemasan menambah aura wibawa di dirinya, setelah berbincang sejenak dalam rumah, kemudian Rina berpamitan pada suaminya “bunda jalan dulu ya yah” ucap Rina sambil mencium tangan suaminya, pak Frans Wenda menunggu diluar “ya bun, hati hati yah” jawab andi, ada perasaan aneh di dadanya melepas istrinya berkencan dengan lelaki lain, “ohh my god, kok aku jadi mikir istriku kencan dengan orang lain” batin andi sambil melihat istrinya memasuki mobil, pak Frans Wenda dan Rina duduk di belakang,. Setelah Rina pergi, andi kemudian menyalakan televisi, namun terasa hambar, lalu dia mematikan televisi, dinyalakan rokoknya, andi duduk di teras, pandangannya menatap bunga petunia yang terlihat cantik dengan warna ungu tua, bunga itu dirawat dengan baik oleh istrinya, melihat bunga itu dia kembali teringat istrinya “apa yang mereka obrolin di mobil ya”, “apa pak Frans Wenda akan megang megang Rina?” “ooh ya Tuhan apa yang aku lakukan, benarkah ini demi karierku?” bermacam pertanyaan bergemuruh di kepalanya, berdesir dia berfantasi Rina bermanjaan dengan pria yang seumur ayahnya..lalu kemudian andi masuk kamar, dia beronani di kamar berfantasi tentang Rina dan pak Frans Wenda..ooohhh... Dalam Mobil Pak Frans Wenda “terima kasih ya dek Rina sudah mau nemani saya ke undangan” ucap Frans Wenda saat dalam perjalanan menuju gedung pesta pernikahan, “ah gak apa-apa kok pak, kebetulan saya juga gak ada acara, lagian penasaran juga saya pak, datang ke pesta pernikahan bos besar, mau tau kaya gimana” jawab Rina tersenyum manis, Frans Wenda semakin geregetan, namun dia tak mau bersikap kurang ajar, dengan pengalaman menghadapi wanita, dia bukanlah anak kemaren sore yang langsung bertindak semaunya. “Dek Rina sangat cantik malam ini, sungguh serasi busana yang adek kenakan” Frans Wenda memuji tulus. Rina hanya tersenyum, dia sendiri menjadi aneh seperti gadis remaja yang sedang berkencan, dan malu2 ketika dipuji cowok. Tiba tiba mobil mengerem mendadak, tubuh Rina terlempar ke depan, refleks Frans Wenda segera merengkuh Rina . “Maaf pak, maaf ada kucing tiba2 nyebrang jalan” ucap pak pujo supir pak Frans Wenda agak cemas. “ya sudah jo, agak lebih hati hati ya” jawab Frans Wenda kalem, “njihh pak, pangapunten bu pak” kata pak pujo. “dek Rina gak apa2” tanya pak Frans Wenda, tanpa sadar pak Frans Wenda masih merengkuh tubuh sintal Rina, “gak apa2 pak, Cuma kaget aja” jawab Rina mencoba melepaskan dirinya dari pelukan Frans Wenda, “eh maaf ya dek” ucap Frans Wenda sadar kalau dia masih memeluk Rina, “maaf saya gak bermaksud kurang ajar, Cuma refleks aja tadi” lanjut Frans Wenda takut kalau Rina tersinggung. “gak apa2 pak, saya tau” jawab Rina singkat.. Di lain tempat.. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, andi agak gelisah menunggu istrinya pulang, sejak tadi dia mencoba mengirim w******p pada istrinya, namun tak dibalas, hanya dibaca saja, agak kesal andi karena Rina tidak membalas chat dia, resah, gelisah dan kesal berbaur menjadi satu, tiba tiba andi teringat kata kata Rina saat menyetujui permintaan andi “kamu gak boleh marah dan cemburu, apa kamu siap?”. Benar aku yang memulai dan aku sudah siap dengan segala konsekuensi ini, termasuk rasa cemburu, namun andi merasa aneh cemburu yang dia rasakan bukan menimbulkan emosi amarah, tapi malah menimbulkan gairah, membayangkan apa yang terjadi antara istrinya dan bosnya itu membuat birahinya perlahan naik. Tak lama andi melihat sorot lampu mobil mendekat, mobil pak Frans Wenda tiba depan rumah, dilihatnya pak Frans Wenda keluar dari mobil, dan membukakan pintu sisi Rina, pak Frans Wenda menjulurkan tangannya membantu Rina keluar, Rina kemudian menyambut. Andi segera keluar menyambut, “selamat malam pak andi, saya antar bu Rina pulang dengan selamat loh” ucap pak Frans Wenda sambil tersenyum, “ayah kirain dah tidur” ucap Rina kepada suaminya, andi hanya tersenyum tanpa menjawab, “pak andi saya pamit dulu, sudah malam, saya pamit bu Rina” pak Frans Wenda pamit, Rina dan andi menunggu hingga mobil pak Frans Wenda menghilang. “ayah nungguin ya?” tanya Rina sekilas matanya melihat banyaknya puntung rokok diasbak, “gak kok, tadi asik nonton bola” jawab andi berbohong. Rina terlihat ceria, dia kemudian bercerita betapa mewahnya pesta tadi, tentu saja mewah karena itu pernikahan putri bos cat terbesar di solo. Rina bercerita dengan semangat kalau di pesta tadi banyak dihadiri orang orang terkenal, Rina juga bercerita betapa kagumnya dia dengan pak Frans Wenda yang banyak kenal dengan orang orang berpengaruh di pesta itu. “bun tadi ayah kirim chat kok gak dibalas” tanya andi lembut sambil melihat istrinya yang sedang berganti pakaian, “ohh, maaf yah aku gak sempat balas chat ayah” jawab Rina singkat tanpa menoleh ke suaminya, “emangnya kamu ngapain aja ama pak Frans Wenda sampe gak bisa bales chat” batin andi kesal, “ayah gak marah kan, tadi mau bales, tapi pak Frans Wenda terus ngajak bunda kenalan dengan pengusaha ini, pengusaha itu, maaf yah” ucap Rina mellirik sekilas ke arah suaminya. Rina telah berganti pakaian tidurnya, dia berbaring disamping suaminya “aku tidur dulu ya yah, capek kaki aku berdiri terus tadi” ucap Rina sambil menarik selimut, “bun..ayah pengen” andi mencoba mengajak istrinya, “besok aja ya sayang, bunda capek banget.” Ucap Rina singkat kemudian membelakangi suaminya, andi hanya diam memandangi punggung istrinya, “hihihi rasain kamu bang, kentang deh, aku tau kamu pasti horni, kamu kan kebiasaan punya pikiran m***m kalo aku bertemu pak Frans Wenda” batin Rina sambil tersenyum. Hari minggu cerah, Rina sibuk membereskan tanaman bunga bunga indah dipekarangan, setelah selesai dia kemudian memasuki rumah, dilihatnya andi sedang asik nonton televisi, Rina kemudian duduk di samping andi “huuh panas banget ya yah” ucap Rina sambil mengelap keringat yang mengalir di lehernya, andi melihat itu tiba tiba berfantasi m***m, keringat Rina sungguh terlihat seksi, dia membayangkan keringat Rina dan keringat bosnya menyatu dalam gairah “what..apa yang gw pikirin sih” batin andi, ditatapnya istrinya dalam2, “ehh ayah kok liatin bunda kaya gitu sih” ucap Rina terdengar manja mencoba menggoda suaminya, tiba tiba tangan Rina ditarik oleh suaminya. Andi menarik Rina ke pelukannya di ciumi bibir istrinya dalam dalam, Rina kemudian membalas ciuman suaminya, lidah keduanya saling membelit, Rina hanya mendesah, ketika bibir suaminya melata di sekujur lehernya, begitu geli dan nikmat rasanya ketika lehernya disedot oleh suaminya dengan napsu. Andi mengangkat tangan Rina di tariknya kaos yang digunakan Rina, dibukanya bra istrinya itu, napsu andi telah memuncak, di kenyotnya p****g Rina seperti bayi besar yang sedang kehausan, Rina sungguh terbuai dalam gairah, apalagi daerah putingnya yang sangat sensitif sekarang dikenyot oleh suaminya. “Aahhhh enak yah...sssss terus sedot yahh” racau Rina, andi kemudian mengangkat tangan Rina keatas kepalanya, dijilati ketiak istrinya yang penuh keringat “oohh ayahhhh, geliiii, sss” Rina terkejut dengan aksi suaminya, baru pertama kali suaminya ini menjilati ketiaknya, sungguh terasa sensasi yang nikmat, ada rasa geli, ada rasa yang sangat sulit diungkap namun terasa nikmat dalam diri Rina, sepertinya suaminya ini sedang kesetanan, setiap jengkal kulit mulusnya telah terjejak liur suaminya. Andi memposisikan penisnya ke liang senggama istrinya, andi mengangkat kedua kaki Rina ke pundaknya, andi kemudian menghujam v****a istrinya, Rina sedikit menjerit dan meresapi penetrasi tersebut, andi kemudian memompa penisnya ke v****a istrinya. Rina kembali merasa radar gairahnya seperti tak merasa apa2, kadang terasa p***s suaminya menghujam v****a, kadang tidak, saat dia mencoba konsentrasi karena gak mau kehilangan gairah ini, tiba tiba Rina terbayang pak Frans Wenda yang sedang menyetubuhinya, pelan pelan radar gairahnya menjadi full, dia bingung ketika dia membayangkan pak Frans Wenda, begitu nikmat terasa p***s suaminya, ah Rina tak peduli lagi, yang penting dia harus tuntaskan gairah ini, 10 menit kemudian andi melenguh dia menghentak hentakkan penisnya ke lubang istrinya rupanya dia sudah klimaks, andi memuncratkan s****a yang banyak sekali, Rina sempat merasakan o*****e sekali itu juga akibat dia membayangkan pak Frans Wenda, keduanya kemudian terkapar. Rina melirik suaminya yang terlentang disampingnya, tanpa berkata apa2 Rina pergi ke kamar madi, dia kemudian mandi sambil bermarturbasi, perlahan dia kemudian menyadari sosok yang dia bayangkan saat bermarturbasi adalah pak Frans Wenda, lelaki yang bukan suaminya, saat dia menyentuh klitorisnya, Rina membayangkan pak Frans Wenda mengulum klitorisnya, membayangkan p***s besar pak Frans Wenda menghujam kasar vaginanya, Rina menjadi berdesir rasa gairah yang menghujam sanubarinya turun meleleh menjadi lendir kenikmatan ohhhh Rina o*****e hebat...tersengal sengal dia. Pertama kali Rina merasakan o*****e seperti ini, membayangkan lelaki lain yang bukan suaminya menyetubuhinya, membayangkan lelaki lain yang seumur ayahnya membuatnya berteriak2 ohhh...rina merasa lemas, seperti copot semua sendi sendinya. Dia menyenderkan punggungnya ke box toilet, Rina tau sekarang apa yang dia inginkan, ini bukan lagi membantu suaminya, tapi ini adalah kebutuhanku..ohh, ya Rina sekarang ingin pak Frans Wenda menyetubuhinya, membuatnya menjerit2 dalam kenikmatan, ohhhh sekilas dia merasa pikirannya ini sungguh salah, tapi gairah ini sungguh tak tertahankan. Seminggu kemudian Andi merasakan perubahan perilaku pada istrinya, sekarang istrinya sangat asik memainkan hp, dia seperti sibuk bertukar chat dengan orang lain, kadang andi melihat istrinya senyum senyum sendiri, terkadang terkikik geli. Andi ingat kemarin tengah malam terbangun, dia tidak melihat Rina di sampingnya, lalu andi keluar mengambil minum sambil mencari istrinya, dia berpikir mungkin istrinya sedang pipis, tapi dilihatnya kamar mandi kosong, lalu sayup2 andi mendengar suara istrinya sedang berbincang, andi kemudian mencari arah suara istrinya, ternyata istrinya ada di kamar depan yang kosong, dia kemudian mendekatkan telinganya ke pintu mencoba menguping pembicaraan istrinya, tak terdengar jelas, cuman terdengar cekikikan istrinya saja, lalu andi buru2 balik kekamarnya ketika dia mendengar suara langkah Rina yang akan keluar dari kamar tersebut. Spoiler: Rina saat video call dengan frans Di kamar andi berbaring pura pura tidur, dilihatnya istrinya masuk, lalu kemudian tidur disampingnya..”kamu ngobrol ama siapa bun tengah malam begini” batin andi. ***​ “Chat ama siapa sih bun seru banget,” tanya andi, “eh ini vera teman aku cerita lucu” jawab Rina tanpa menoleh ke suaminya, “bun, pak Frans Wenda gak pernah chat bunda?” andi mencoba bertanya pada istrinya itu, “sering kok yah” jawab Rina singkat, andi agak kaget, dia kemudian menghampiri istrinya. “Sering bun” tanya andi, “ya ayah, emanngnya kenapa sih ayah nanya gitu, cemburu ya, kan ayah udah janji gak cemburu” jawab Rina menatap suaminya tajam, “gak kok ayah gak cemburu, heeh penasaran aja, udah sampe mana projek kita” ucap andi. Kemudian Rina meletakkan hpnya dia berbalik menghadap suaminya “projek?, ohh maksud ayah projek itu” jawab Rina tersenyum nakal, andi tercekat melihat senyum itu “bunda lagi godain pak Frans Wenda ya, biar dia tergila2 ama bunda, kan rencananya kalo dia udah tergila2 ama bunda, nanti kan bisa gampang bantu ayah” ucap Rina kemudian. “Ayah mau baca chat aku ama pak Frans Wenda? Tapi awas ya klo marah atau cemburu, soalnya isinya agak gimana gitu hihihi” lanjut Rina sambil tersenyum geli. Berdebar2 andi mendengar perkataan istrinya yang sungguh lugas tersebut. “kalau ayah mau tau isi chatnya, ntar malam aja ayah baca sendiri, aku sekarang lagi seru ngobrol sama teman2 di grup, dah sana ayah nonton tv lagi, ntar malam aku off kan paswordnya” ucap Rina datar, andi hanya diam, dan kembali menuju tv, matanya melihat tv, tapi pikirannya menerawang jauh.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN