Maaf, Aku Memilih Pergi!

989 Kata
Kenzi hanya menggeleng, merasa semakin tidak nyaman. “Nggak, aku nggak terlalu lapar,” jawabnya singkat, suaranya terdengar datar. Shakira hanya mengangguk sambil tersenyum, tatapannya tetap mengunci Kenzi, seolah ingin membuatnya semakin menderita di dalam canggungnya situasi ini. Setelah makanannya habis, Shakira meletakkan sumpit dengan tenang. Ia menyeka bibirnya dengan serbet dan menatap Kenzi serta Bunga. "Aku pamit dulu, nggak mau ganggu waktu kalian," katanya dengan senyum yang sangat manis. Ia berdiri, bersiap meninggalkan meja. Bunga, yang masih asyik mengunyah, tiba-tiba menghentikan makanannya dan menatap Shakira dengan mulut sedikit penuh. "Mbak, om Kenzi yang akan bayar makanan dan minuman Mbak, kan? Bukan begitu, om?" Kenzi, yang sejak tadi tampak terjebak dalam situasi canggung, hanya bisa mengangguk pelan. Wajahnya semakin tegang. Shakira menatap Kenzi sekali lagi, kali ini senyumnya lebih lebar. "Makasih ya, Kenzi," ucapnya sambil menatap langsung ke mata suaminya. Namun, Kenzi tidak mengangguk apalagi menjawab. Hanya Bunga yang langsung menimpali dengan riang, "Sama-sama, Mbak! Semoga kita bisa ketemu lagi, ya?" katanya dengan wajah polos. Shakira mengangguk pelan. "Ya, semoga," jawabnya singkat, lalu berbalik dan berjalan meninggalkan mereka. Ia melangkah dengan tenang, namun dalam hati penuh dengan tekad yang semakin kuat. Kenzi, yang merasa semakin terpojok, ingin sekali berdiri dan mengejar Shakira. Namun, saat dia hendak bangkit, Bunga tiba-tiba menghentikannya, "Eh, om, mau kemana?" Kenzi menahan kekesalannya dan menjawab, "Mau ke toilet." Bunga mengangguk, tapi saat Kenzi berjalan ke arah pintu keluar, Bunga tiba-tiba menegurnya, "Om, itu pintu keluar, bukan ke toilet!" Kenzi terpaksa balik arah dengan canggung dan akhirnya benar-benar menuju toilet. Di sana, ia mencuci wajahnya sambil menatap bayangannya di cermin. Wajahnya tampak tegang, penuh penyesalan. Dia tak menyangka Shakira bisa mengikutinya dan melihat semuanya. Dan yang lebih memalukan, Bunga bersikap sangat tidak sopan dan membuatnya semakin malu. Sementara itu, di luar, Shakira sudah keluar dari restoran dan berdiri di tepi jalan. Ia membuka ponselnya dan memandangi video yang baru saja ia rekam—bukti perselingkuhan Kenzi dengan Bunga. Senyumnya tipis, namun penuh kemenangan. Dalam hatinya, ia bertekad untuk segera melepaskan diri dari Kenzi. Suaminya itu begitu royal pada wanita lain, tetapi pelit dan dingin terhadapnya. "Hidupku tak akan terikat lagi padamu, Kenzi," gumamnya pada diri sendiri sambil memandang jauh ke depan. Tak lama setelah itu, Shakira melambaikan tangannya untuk memberhentikan sebuah taksi yang melintas. Ketika taksi berhenti di depannya, ia masuk dengan tenang dan menyebutkan alamat rumahnya pada sang sopir. Sepanjang perjalanan, pikirannya berkecamuk, namun hatinya semakin mantap. Kenzi sudah melangkah terlalu jauh, dan Shakira tak akan terus bertahan dalam pernikahan ini. Setibanya di rumah, Shakira langsung menuju kamar. Tanpa membuang waktu, ia menarik koper besar dari bawah tempat tidur dan mulai mengemasi pakaiannya. Satu per satu, baju-bajunya dilipat dan dimasukkan ke dalam koper dengan hati-hati. Matanya menyapu seisi kamar, menyadari bahwa ini bisa jadi terakhir kalinya ia berada di tempat yang dulu dianggap sebagai rumah. "Aku harus pergi," bisiknya pada dirinya sendiri sambil melipat sehelai gaun. Tapi kemana? Pikiran itu terlintas di benaknya. Shakira tahu, ia tak mungkin pulang ke rumah orang tuanya. "Aku tak mau membebani mereka," katanya, merasa enggan untuk kembali dan membawa masalahnya ke sana. Mereka sudah cukup khawatir tentangnya. Sambil terus merapikan pakaiannya, Shakira berpikir tentang tempat-tempat lain yang bisa ia tuju. Hatinya tegas, langkah ini harus diambil. Tak ada lagi ruang untuk ragu. Ia tak akan membiarkan Kenzi, dengan segala ketidak setiaannya, mengontrol hidupnya lebih lama lagi. Kenzi baru saja tiba di rumah, langkahnya cepat menuju kamar. Namun, saat membuka pintu, ia terkejut mendapati Shakira sedang mengemasi pakaiannya dan menutup koper besar dengan ekspresi serius di wajahnya. "Mau kemana kamu?" tanya Kenzi, nada suaranya penuh kebingungan. Shakira menatapnya dengan tajam. "Maaf, aku memilih pergi." Kenzi mengerutkan dahi, berusaha memahami. "Kamu marah karena aku jalan sama Bunga?" Shakira berdiri dan menatap Kenzi dengan kesal. "Apa kamu masih waras? Kalau masih, harusnya nggak usah nanya kayak gitu! Kamu belikan dia motor, ajak makan di restoran mewah, ya ampun!" Shakira menatap Kenzi tak habis pikir. "Aku aja yang istri, kamu pelit sama aku. Mas, perhitungan, sementara sama anak bau kencur kamu royal?!" Suaranya semakin meninggi, menekankan setiap kata. Ia menekan d**a Kenzi, bertanya penuh emosi, "Dimana letak hatimu?!” “Kamu tak bisa menahanku pergi! Aku sudah cukup menderita menikah denganmu. Kamu sangat cuek, temperamental, pelit, dan tak menghargai setiap usahaku. Apa yang aku lakukan tak pernah kamu hargai. Harapanku menjadi ratu pupus! Aku terkesan seperti babu setelah menikah denganmu." Air mata mulai menggenang di sudut matanya, namun ia menahan diri untuk tidak menangis. "Aku menyesal menikah denganmu. Sangat menyesal! Jadi, biarkan aku pergi!" Kenzi terdiam, terkejut oleh ledakan emosional Shakira. Ia tidak tahu harus berkata apa, hanya bisa menatap istrinya yang tampak begitu penuh perasaan, merindukan kehidupan yang lebih baik di luar hubungan mereka yang tak sehat. Shakira keluar dari kamar sambil menyeret kopernya, langkahnya mantap menuju pintu depan. Kenzi, yang tak percaya Shakira benar-benar akan pergi, langsung menyusulnya. Di ruang tamu, Kenzi berusaha menghentikannya. "Sha! Jangan pergi, ya. Kamu nggak usah macam-macam. Kamu bahkan nggak punya uang. Mau pergi ke mana? Ke rumah orang tuamu? Itu nggak mungkin, kan? Kamu nggak mau orang tuamu kepikiran," Kenzi mencoba menahan Shakira dengan nada meremehkan. Shakira menyunggingkan senyumnya, melihat bahwa Kenzi bahkan tak meminta maaf meski sudah ketahuan berselingkuh. "Kamu nggak usah menghalangiku untuk pergi. Kamu kan udah punya bocah yang tadi itu. Kamu udah nggak perlu aku. Sepertinya dia yang lebih bikin kamu bahagia." Ia kembali melangkah, menyeret kopernya ke arah pintu. Namun, Kenzi berseru dengan suara lantang, "Selangkah kamu keluar dari rumah ini, kamu bukan lagi istriku!" Shakira berhenti sejenak, lalu menyunggingkan senyum yang penuh keyakinan. Inilah harapan yang selama ini ia inginkan, lepas dari Kenzi. Tanpa ragu, ia melangkahkan kakinya melewati pintu rumah, menyeret koper besarnya. Kenzi, yang mulai murka, berteriak dari belakang, "Kamu akan menyesal telah pergi dariku, Shakira!" Shakira menatapnya tajam, matanya penuh dengan keteguhan. "Kita lihat nanti, Kenzi. Siapa yang akan menyesal! Aku atau kamu!" Lalu, tanpa menoleh lagi, Shakira melangkah keluar, meninggalkan Kenzi dengan amarah dan keputusasaan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN