bc

Diselingkuhi Suami, Diratukan Calon Suami

book_age18+
336
IKUTI
4.5K
BACA
HE
age gap
fated
serious
bold
city
office/work place
like
intro-logo
Uraian

Shakira menyesal telah mengambil calon suami kakaknya. Impiannya diratukan Kenzi tak pernah terwujud. Bukannya jadi ratu malaah jadi babu. Sekeras apapun ia berusaha ia tak mendapatkan perhatian dari Kenzi, suaminya. Suaminya cuek dan sibuk dengan dunianya sendiri. Semua pekerjaan ia kerjakan sendiri, tapi ia tak pernah dapat apresiasi dari Kenzi.

Hingga akhirnya kesabaran Shakira habis, saat ia mendapati Kenzi berselingkuh dan ia ketahuan sangat royal pada selingkuhannya.

Malam itu Shakira berkata, "Maaf Mas, Aku memilih pergi darimu!" Kenzi berseru, "Selangkah kamu keluar dari rumah ini. Kamu bukan lagi istriku!" Shakira menyunggingkan senyumnya, harapannya selama ini sudah ada di depan mata, lepas dari Kenzi. Tanpa pikir panjang Shakira melangkahkan kakinya dengan menyeret sebuah koper.

Kenzi murka, "Kamu akan menyesal telah pergi dariku, Shakira!" Shakira menatap Kenzi tak kalah tajam, "kita lihat nanti. Siapa yang akan menyesal! Aku atau kamu!"

chap-preview
Pratinjau gratis
Notifikasi Pesan Penting!
Sore itu, aroma masakan Shakira memenuhi dapur. Ia dengan teliti menyajikan makanan yang ia masak. Setelah menyusun hidangan di meja makan, Shakira merasa bangga dan berharap ini akan menjadi momen istimewa. “Semoga mas Kenzi menyukainya,” ucap Shakira sambil tersenyum penuh harap. Setelah memastikan semuanya siap, Shakira beranjak ke kamar. Ia memasuki kamar, menutup pintu, dan segera menuju ke kamar mandi. Suara air mengalir menyegarkan tubuhnya, sementara pikirannya melayang. Setelah mandi, Shakira berdiri di depan cermin. Ia merias diri dengan penuh perhatian, mengaplikasikan bedak, lipstik, dan sedikit parfum favoritnya. Ia ingin tampil cantik, berharap Kenzi akan memberikan sedikit apresiasi kali ini. “Semoga kali ini mas Kenzi melirikku. Sama seperti saat kita masih berpacaran,” harapnya. Saat bercermin, kenangan akan masa lalu mengalir dalam pikirannya. Ia teringat bagaimana ia mendekati Kenzi saat berstatus tunangan Nana, kakaknya. Rasa bersalah mulai menyelubungi hatinya. Ia tahu apa yang dilakukannya salah, namun nasi sudah jadi bubur. Kini Kenzi adalah suaminya, dan itu adalah pilihan yang telah dibuat. Shakira menghela napas, berusaha mengusir perasaan itu. Ia berharap, semoga malam ini akan berbeda. Suara deru mesin mobil yang familiar terdengar di depan rumah, menggema di hati Shakira. Dengan semangat, ia cepat-cepat keluar dari kamarnya, berharap menyambut Kenzi dengan senyuman. Saat ia membuka pintu, hatinya berdegup kencang. Namun, alih-alih menyambutnya dengan hangat, Kenzi melangkah masuk tanpa memandangnya. Raut wajahnya datar, seolah Shakira tak ada di sana. Merasa kecewa, Shakira mengikuti langkah Kenzi, berusaha menjalin komunikasi. "Mas, mau makan? Aku sudah siapkan makanan favoritmu," tawarnya, berusaha terdengar ceria. Kenzi berhenti sejenak, lalu dengan nada dingin menjawab, "Tidak, aku tak tertarik makan. Dan untuk apa kamu berdandan seperti itu? Aku tak akan tertarik padamu." Kata-kata itu menghujam hati Shakira, menyisakan kepedihan. Ia terdiam, menyaksikan suaminya pergi tanpa memberi perhatian. Semua harapannya seolah hancur dalam sekejap. Tapu Shakira tidak bisa menahan diri. Ia mengejar Kenzi, melangkah cepat ke dalam kamar di belakangnya. Saat ia masuk, matanya tertuju pada Kenzi yang membuka kancing kemejanya dengan santai, tampak tidak peduli. "Kenzi!" serunya, suaranya bergetar. "Untuk apa kita mempertahankan pernikahan macam ini? Aku tersiksa! Kamu selalu cuek dan sangat pelit. Aku mau pergi, tapi kamu melarang." Kenzi hanya menoleh sejenak, ekspresinya masih datar. "Apa sebenarnya yang kamu harapkan dari pernikahan kita?" lanjut Shakira, frustasi. "Aku lelah." Suasana di dalam kamar menjadi tegang. Shakira merasa berat hati, berharap Kenzi akan mendengarkan dan merespons. Namun, Kenzi kembali mengalihkan pandangannya, seolah tidak menganggap kata-katanya serius. Kekecewaan dan kebingungan melanda hati Shakira, sementara ia berharap ada sedikit perubahan. Kenzi menatap Shakira sekilas, kemudian tanpa berkata apa-apa, ia berbalik dan berjalan menuju kamar mandi. Shakira menunggu, berharap setidaknya ada jawaban atau reaksi dari suaminya, namun yang ia dapatkan hanyalah punggung Kenzi yang menjauh. Kenzi membuka pintu kamar mandi, melangkah masuk, dan menutup pintu dengan perlahan namun penuh keheningan, seakan-akan percakapan tadi tidak pernah terjadi. Shakira berdiri mematung di tengah kamar, nafasnya berat dan dadanya terasa sesak. Ia merasa diabaikan—lagi. Rasa frustasi dan sakit hati yang menumpuk selama ini kembali memuncak. Segala upayanya untuk membuat pernikahan ini berjalan baik terasa sia-sia. Di dalam kamar yang sunyi, suara air yang mengalir dari kamar mandi menjadi satu-satunya saksi bisu perasaan Shakira yang semakin hancur. Shakira masih berdiri di kamar, mendengar suara air dari kamar mandi yang mengalir dengan tenang. Di tengah kekosongan itu, ponsel Kenzi yang tergeletak di atas meja tiba-tiba bergetar. Suara getaran itu menarik perhatiannya. Dengan rasa penasaran yang semakin memuncak, Shakira melirik ponsel tersebut. Sebuah notifikasi pesan baru muncul di layar. Dari kontak bernama Bunga. Jantungnya berdegup lebih kencang saat jarinya tanpa sadar menyentuh layar untuk melihat isi pesannya dari notifikasi itu tanpa membuka pesannya. Saat Shakira mengusap layar ponsel Kenzi, Shakira bersyukur ponselnya tak terlindung dengan kata sandi. (Bunga: Sayang, sampai jumpa malam nanti di restoran Four Seasons. Love you.) Pesan itu membuat darah Shakira mendidih. Wajahnya memanas, tangannya bergetar saat ia membaca kata-kata itu berulang kali. Kenzi, suaminya, ternyata memiliki hubungan lain di belakangnya—dan dengan wanita lain. "Kenzi...," bisik Shakira, marah dan terluka. Dengan cepat, ia meletakkan kembali ponsel itu di tempat semula, pikirannya mulai dipenuhi oleh rencana. "Aku akan mengikuti Kenzi," gumamnya pelan namun penuh tekad. Shakira segera menyimpan kembali ponsel Kenzi dengan hati-hati, memastikan semuanya tampak seperti semula, sementara rencana di kepalanya semakin jelas. Ia akan menemukan kebenaran malam ini. Shakira memutuskan untuk keluar dari kamar dan duduk di ruang keluarga, matanya kosong menatap ke arah lantai. Hatinya berat, pikirannya dipenuhi oleh kebingungan dan luka yang tak kunjung sembuh. Di ruangan yang sepi itu, suara detak jam terdengar pelan, seolah ikut menghitung waktu yang terasa berjalan lambat baginya. "Aku hanya tinggal berdua dengan Kenzi selama ini... tapi rasanya seperti hidup sendirian," ucapnya pelan, suara yang keluar nyaris seperti bisikan kepada dirinya sendiri. "Tak pernah hidup bersama. Ini sangat menyakitkan dan menyiksa." Ia menghela napas panjang, menunduk, lalu menyandarkan tubuhnya ke sofa dengan lelah. "Rasanya duniaku berhenti setelah menikah. Tapi dunia Kenzi... dunia Kenzi masih berputar, seolah tak ada yang berubah baginya." Pikiran Shakira semakin larut dalam kesedihan. "Ini benar-benar tak adil," lanjutnya, matanya berkaca-kaca. "Dia begitu, tapi tak mau melepaskanku. Aku terjebak di pernikahan yang kosong ini, sementara dia bebas menjalani hidupnya tanpa memikirkan aku." Tangannya meremas ujung bantal yang ada di pangkuannya, mencoba menahan perasaan yang meluap. Tapi dalam hati, ia tahu ia tak bisa terus seperti ini. "Sampai kapan aku harus bertahan di sini?" Tak lama setelah itu, Kenzi keluar dari kamar. Shakira yang masih duduk di sofa langsung menangkap aroma parfum Kenzi yang segar, membuat hidungnya nyaman sejenak. Matanya tertuju pada sosok suaminya—Kenzi terlihat sangat rapi, dengan potongan rambut baru yang membuatnya semakin tampan. Shakira menatapnya dengan campuran rasa kecewa dan penasaran. "Kamu mau ke mana?" tanyanya, suaranya berusaha terdengar tenang meski hatinya dipenuhi curiga. Kenzi menatapnya sebentar, lalu menjawab dengan datar, "Aku mau ketemu teman." Shakira mencoba tersenyum, meski hatinya mendesak untuk mencari tahu lebih lanjut. "Aku ikut, ya?" pintanya lembut, berharap Kenzi tidak menolaknya kali ini. Namun, seperti yang sudah sering terjadi, Kenzi menggeleng. "Nggak usah, kamu di rumah aja. Ini cuma urusan teman, gak penting buat kamu." Shakira menelan kekecewaannya, lalu dengan suara rendah menjawab, "Baiklah." Meski ia tersenyum, hatinya bertekad. Di balik kesepakatan yang ia tunjukkan, rencananya untuk mengikuti Kenzi malam ini semakin kuat.

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook