Sebenarnya Eva itu termasuk orang yang sangat betah rebahan di tempat tidur. Bahkan, setelah bangun tidur pun wanita itu kadang merasa sulit untuk bangun saking nyamannya berada di dalam selimut sehingga tidak ingin beranjak. Namun, sejak beberapa tahun terakhir wanita itu pelan-pelan memperbaiki pola hidupnya.
Selain makanan yang lebih diperhatikan, Eva juga membiasakan diri bangun pagi lalu mulai jogging berkeliling area tempat tinggalnya. Meski awalnya berat, tapi saat ini wanita itu sudah terbiasa. Apalagi udara sejuk dan segar menjadi salah satu alasan Eva betah berkeliling pagi-pagi begini.
Seperti sekarang, Eva memakai setelan olahraganya dan mulai berlari mengelilingi rute jogging-nya. Earbuds di telinganya pun sudah memutar musik dalam playlist miliknya yang telah di-setting secara acak.
Kalau sedang berlari seperti ini, Eva terkadang nostalgia pada masa-masa dirinya kembali ke daerah sini. Jadi, setelah bercerai dengan Ardi, Eva tidak langsung pulang ke sini.
Ya, sebelumnya Eva menghabiskan waktunya untuk melakukan berbagai hal yang membuatnya sibuk sehingga tidak punya waktu untuk memikirkan Ardi. Dari kursus masak, mengikuti kelas make-up, belajar menjahit menggunakan mesin, les vokal, les piano, ikut komunitas dance dari yang tradisional hingga modern. Ah, pokoknya masih banyak kegiatan-kegiatan positif yang Eva lakukan demi bisa move-on.
Sampai pada akhirnya, Eva yang sudah merasa jauh lebih baik memutuskan pulang ke daerah di mana ia menghabiskan masa kecilnya. Ditambah lagi ia mendapatkan kabar kalau Nafa sebentar lagi melahirkan.
Nafa memang menikah dengan Dika sebelum Eva menikah dengan Ardi. Itu sebabnya dulu saat ada yang melamar Eva, ibu wanita itu mendesak Eva untuk menerimanya dan menyusul Nafa menjadi seorang istri.
Namun, Eva lebih memilih menikah dengan Ardi yang sekadar berpura-pura. Eva tak bisa membayangkan jika enam tahun lalu dirinya setuju untuk menikah dengan pria yang melamarnya ke rumah … pasti saat ini ia tidak akan berlari pagi sendirian seperti sekarang lantaran sibuk mengurus anak dan suami.
“Lari pagi, Ev?” sapa ibu-ibu yang sedang berkumpul mengelilingi pedagang sayur yang membawa dagangannya menggunakan gerobak.
“Iya, Bu. Semangat memasak ya, Ibu-ibu,” balas Eva tak kalah ramah. Eva lalu berlari dan kali ini melewati kantornya yang tentu saja masih sepi.
Saat kuliah di kota besar selama beberapa tahun, bahkan pada tahun terakhirnya Eva menyambi menjadi istri kontrak Ardi, dulu Eva sempat mengira kehidupan di kampung itu membosankan dan terutama jauh jika ingin pergi ke mana-mana.
Hanya saja, setelah memutuskan kembali menetap di sini … Eva merasa kehidupan di kampung tidaklah terlalu buruk. Eva bisa beradaptasi dan menikmati hari-harinya sampai detik ini.
Toh wilayah ini adalah tempat aku menghabiskan masa kecil, bukan hal aneh aku betah di sini….
Ditambah lagi secara pengeluaran, tempat ini jauh lebih hemat dibandingkan tinggal di kota besar. Hal yang membuat Eva bertahan sebagai staf administrasi di Savanna selama beberapa tahun ini. Padahal tidak ada jenjang karier yang menjanjikan. Kantornya pun bukan di gedung tinggi. Saking nyamannya Eva merasa tidak masalah jika bekerja di Savanna hingga usia pensiun.
Hanya saja, mulai hari ini mantan suami yang sempat membuatnya gagal move-on resmi menjadi bos barunya. Akankah kenyamanan Eva di kantor jadi berkurang atau bahkan hilang? Eva tidak tahu.
Di antara banyak perusahaan … kenapa kamu jadi bos di kantor cabang tempat aku kerja, Mas?
***
Ardi menjadi yang berangkat paling pagi saat kantor masih sangat sepi. Sepertinya para staf masih tidur di kamar masing-masing mengingat ini masih terlalu pagi. AC di ruangan staf saja masih belum dinyalakan, saking belum ada yang datang.
Ardi sengaja datang pagi-pagi karena ini hari pertamanya bekerja. Ia ingin hari pertamanya ini menjadi langkah awal yang luar biasa. Selain itu, yang paling utamanya, sih, Ardi ingin melihat data para staf. Ah, lebih tepatnya data Eva yang membuatnya penasaran semalaman sampai-sampai kesulitan tidur.
Evarha Dian Syafanina. Setelah mengetikkan itu dalam komputer yang menampilkan pencarian data pegawai, tak lama kemudian keluarlah hasil yang Ardi cari.
Rupanya Eva sudah bekerja di sini cukup lama….
Ardi juga baru ingat kalau wilayah ini adalah kampung halaman Eva. Ardi sama sekali tidak pernah mengingat-ingatnya. Selama ini Ardi memang tak pernah memikirkan Eva. Sedikit pun tidak.
Dari data yang ditampilkan melalui layar monitor, setidaknya Ardi mengetahui kalau Eva memilih tinggal di wilayah ini setelah mereka bercerai. Padahal seingat Ardi, dulu Eva pernah bilang lebih baik bekerja di kota besar daripada di kampung halamannya seperti ini. Namun, yang terjadi sekarang justru sebaliknya.
Memangnya apa yang nggak terjadi sebaliknya dalam diri kamu?
Sekarang Ardi mulai paham, semua hal yang terjadi pada Eva saat ini memang berkebalikan dengan yang pernah wanita itu katakan dulu. Ya, wanita itu bilang tidak mau tinggal di kampung halamannya. Ia hanya akan berkunjung saat cuti atau libur saja, itu pun tidak bisa sering-sering.
Eva juga bilang tidak berminat membina rumah tangga, dalam artian punya anak dan suami. Namun, nyatanya apa? Eva sudah menikah dan punya dua anak sekarang!
Eva, dulu yang kamu katakan itu hanya kebohongan atau memang sekarang kamu sudah berubah pikiran? Kenapa yang terjadi semuanya berlawanan dengan perkataanmu?
Tunggu, Ardi yang masih menatap layar monitor di mana data-data Eva ditampilkan, tiba-tiba salah fokus dengan status perkawinan wanita itu. Di sana tertulis belum menikah atau nol keluarga. Apa-apaan ini?
Eva tidak mengakui suami dan anaknya? Jelas mustahil mengingat betapa harmonisnya mereka kemarin. Selain itu, jika Eva benar-benar tidak mengakui status perkawinannya, bukankah seharusnya status perkawinannya cerai hidup? Dalam artian … Eva adalah seorang janda. Kenapa di situ tertulis belum menikah?
Baiklah, nanti Ardi akan meminta HRD untuk memperbarui data seluruh staf agar tidak ada data yang keliru atau kurang update lagi seperti yang terjadi pada data Eva.
Ardi memundurkan kursinya. Ia mengambil secangkir kopinya lalu berdiri menuju jendela untuk melihat suasana pagi di luar sana. Ruangan Ardi memang berada di lantai dua.
Kebetulan macam apa ini? Tepat saat Ardi melihat keluar jendela, ia mendapati Eva di luar sana sedang berlari pagi. Sejenak Ardi memperhatikan dari ujung kepala hingga kaki. Matanya yang sangat normal ini bisa melihat dengan jelas betapa Eva itu sudah sangat berubah.
Satu hal yang pasti, Eva sudah benar-benar beranjak dewasa. Wanita itu kini menjelma menjadi wanita yang bukan hanya cantik, tapi memiliki tubuh yang sempurna.
Sial, sejak kapan kamu menjadi seperti ini, Ev? Penampilanmu sekarang … sadarkah kamu bisa membuat pria normal tergoda?
Astaga, bisa-bisanya Ardi berpikiran omes pagi-pagi begini!