Yuni pikir ia akan mendapatkan apa yang selam ini diinginkannya. Sayang, Yuni lupa kalau tadi pagi tamu bulannya datang lebih awal. “Kamu datang bulan?” Yuni ingin mengutuk diri atas kebodohannya sendiri yang lupa kalau sedang berhalangan disentuh. Dan rasa tanggung itu benar-benar menyiksanya sekarang. “Sebenernya baru bercak aja. Boleh nggak sih? Kentang banget ini, Kang,” akunya polos sambil merajuk. Gema terkekeh seraya membantu merapihkan rambut Yuni yang sudah acak-acakan karena jambakannya juga. “Tetap saja tidak boleh, Sayang. Nanti setelah kamu selesai datang bulan ya?” Bahu Yuni melorot. Entah kenapa rasa malu itu menguap begitu saja. Yuni tak peduli tubuhnya yang hampir telanjang saat ini sementara sang suami masih mengenakan kaos dan celana pendeknya. Di sisi lain, Gema