“Hai Dion,” sapa Daisy yang baru saja turun dari atas. Daisy terbangun dari tidurnya dan berniat untuk minum ke bawah, ternyata ia melihat Dion yang masih terjaga dan duduk di mini bar dengan beberapa botol yang ada di hadapannya.
“Hai, bagaimana kabarmu? Katanya kamu sakit, apa sudah jauh lebih baik?” tanya Dion khawatir. Daisy tertawa kecil lalu menganggukkan kepalanya. Ia tidak sakit yang terlalu berlebih, ia hanya mau menghindar dari Devian itu saja.
“Sudah baikan setelah tidur, sepertinya kabar aku sakit tersebar dengan sangat baik ya,” sindir Daisy membuat Dion tertawa.
“Kamu tidak melayani kami untuk makan malam, jelas itu menjadi pertanyaan, ‘kan? Kamu yakin sudah jauh lebih baik? Kalau belum, aku bisa membawamu ke rumah sakit,” kata Dion membuat Daisy tertawa.
“Boleh bergabung?” tanya Daisy mengalihkan.
“Silahkan.” Akhirnya Daisy ikut bergabung dan duduk di samping Dion. “Kamu suka minum?” tanya Dion.
“Sangat, apa aku boleh bergabung minum denganmu?” tanya Daisy dengan tersenyum.
“Sudah pasti boleh.” Dion mengambil gelas yang ada di depannya dan diberikannya pada Daisy. “Silahkan, aku senang karena punya teman minum. Karena minum sendirian itu tidak enak, aku baru tahu kamu suka minum.” Daisy tertawa.
“Mau taruhan nggak? Aku jago minum, kamu pasti akan kalah kalau minum sama aku,” kata Daisy dengan sombong membuat Dion tertawa.
“Benarkah? Aku nggak yakin.” Dion memicingkan matanya menatap Daisy.
“Lihat saja nanti siapa yang menang, aku pastikan pemenangnya adalah aku. Kalau kamu kalah kamu harus membelikanku botol ini lagi, bagaimana?” tanya Daisy.
“Oke setuju, kalau kamu yang kalah kamu harus menemaniku minum lagi bagaimana?” tanya Dion membuat Daisy tertawa.
“Oke aku juga setuju.” Daisy mengulurkan tangannya guna menjabat tangan Dion akan kesepakatan mereka, lalu Dion membalas uluran tangan Daisy itu.
“Aku senang kamu datang menemaniku, aku jadi punya teman cerita,” ujar Dion dengan tersenyum, ia menuangkan wine tersebut ke dalam gelas Daisy. Dengan cepat wanita itu segera meminumnya sampai tandas. “Kamu memang peminum yang baik,” puji Dion membuat Daisy tertawa. Pria itu kembali menuangkan wine itu lagi. “Kamu emang suka minum? Aku cukup terkejut,” kata Dion dan Daisy tertawa.
“Dulu teman yang ajarin, jadinya suka deh. Tapi minuman mahal ya, jadi tunggu kalau ada yang traktir aja baru bisa minum. Pokoknya aku pastikan kamu harus membelikannya lagi untukku, kita lihat saja nanti.” Keduanya tertawa dan hal itu dilihat oleh Devian.
Pria itu mendengar suara pintu Daisy terbuka, maka itu Devian segera keluar untuk menyusul Daisy. Karena dari tadi dia belum tidur menunggu Daisy. Namun saat mengikuti Daisy ternyata wanita itu menghampiri Dion dan minum bersama.
Hal itu jelas tidak disukai oleh Devian. Ia tak suka melihat interaksi di antara Daisy dan Dion. Bagaimana Daisy bisa tertawa lepas pada Dion, sedangkan bersamanya Daisy tak pernah seperti itu. Ada rasa aneh yang Devian bisa rasakan.
Karena tak bisa bergabung ataupun menganggu, Devian memilih naik ke atas dan kembali ke kamarnya. Penantiannya sia-sia, ia pikir ia bisa bicara dengan Daisy ternyata tidak. Sedangkan Dion dan Daisy sibuk bercerita banyak hal. Dion yang pada dasarnya bisa mencairkan suasana bisa membuat Daisy tertawa.
Dion bisa membuat Daisy lupa akan masalahnya dengan Devian. Ada rasa nyaman yang Daisy rasakan saat bersama dengan Dion. Daisy bisa menceritakan banyak hal dan bercanda juga. Dion juga memperlakukannya dengan sangat baik. Dion tak memandangnya layaknya seorang pelayan namun seorang teman.
“Dion,” panggil Daisy.
“Ya?” Dion menatap Daisy dengan lekat.
“Kamu nggak malu berteman denganku? Aku hanyalah seorang pelayan. Sedangkan kamu tuan di rumah ini, nggak seharusnya ki..”
“Aku nggak pernah membedakan orang dari kelas, pekerjaan atau apapun itu. Kamu harus mengenalku lebih supaya kamu bisa mengenalku Daisy,” kata Dion dengan serius. “Dian sudah lama bekerja di rumah ini, sebelum dia jadi kepala pelayan dia yang mengurusku dari kecil. Aku sangat dekat dengannya, aku sudah menganggapnya seperti ibuku sendiri. Bahkan waktuku lebih banyak bersama dengan Dian dari pada Mamaku sendiri dulu. Aku menyayangi Dian, makanya Dian bertahan di rumah ini karena permintaanku. Aku menerima siapapun yang bisa menerimaku juga, kalau kamu bisa menerimaku maka aku juga harus bisa menerimamu, ‘kan? Apa kamu yang nggak mau berteman denganku?” tanya Dion dengan serius.
“Jelas aku mau berteman sama kamu karena kamu sangat baik!” jawab Daisy dengan cepat. “Aku bisa merasakan kamu sangat baik pada semua orang. Kamu juga bisa menerimaku dengan sangat baik, bagaimana mungkin aku nggak mau berteman sama kamu? Aku bertanya hanya mau tahu aja, siapa tahu kamu malu berteman denganku.” Dion memegang dagu Daisy sehingga menatapnya, Daisy kaget saat Dion melakukan hal itu.
“Kalau aku malu berteman sama kamu, mungkin saat ini kita tidak duduk bersama seperti ini. Aku jelas menolak saat kamu mau bergabung, aku juga tidak akan mengajakmu pergi untuk menemaniku. Jadi sekarang apa kamu paham kalau aku mau dekat sama kamu? Aku membutuhkanmu Daisy, aku menginginkanmu,” ucap pria itu dengan serius dan menatap mata Daisy dengan lekat. Dion mendekatkan wajahnya pada wajah Daisy, lalu mengelus pipi Daisy dengan pelan. Lalu ibu jarinya mengusap bibir Daisy dengan s*****l.
“Kamu membutuhkanku untuk apa Dion?” tanya Daisy dengan hati-hati.
“Untuk menemaniku,” ucap Dion dengan tegas. “Aku nyaman sama kamu, aku mau kamu berada di sampingku. Selain itu kamu wanita yang cantik dan baik. Aku suka itu,” puji Dion membuat Daisy menahan napasnya sejenak saat Dion mulai mendekatkan wajahnya lagi sehingga mereka hanya berjarak berapa senti saja.
“Dion,” panggil Daisy dengan suara seraknya, entah menagapa tiba-tiba Daisy merasa tercekat.
“Jangan menolak kehadiranku Dai,” mohon Dion, Daisy tak bisa mengatakan apa-apa lagi.
Daisy seperti terhipnotis dengan tatapan Dion serta perkataan pria itu. Dion memegang tengkuk Daisy lalu menempelkan bibirnya pada bibir Daisy. Setelah itu Dion mulai menciumnya dan mulai bergerak. Ciuman itu awalnya lembut, namun pada akhirnya ciuman Dion mulai menuntut.
Entah mengapa Daisy pun pada akhirnya membalas ciuman Dion. Tangan pria itu kini tak tinggal diam, ia mulai meremas bagian d**a milik Daisy dari luar. Mata Daisy terpejam merasakan tangan Dion yang bermain di dadanya.
Ciuman Dion mulai turun ke leher jenjang miliknya. Daisy langsung saja mendongakkan kepalanya mempermudah Dion untuk melakukannya. Tangan pria itu menelusup masuk ke dalam kaosnya dan mengangkat branya ke atas sehingga kini bukit kembarnya bisa disentuh oleh Dion tanpa ada penghalang sama sekali.
Tangan Daisy kini berada di rambut Dion meremasnya dengan pelan. Ciuman Dion turun dan kini ia bermain di kedua bukit kembar milik Daisy. Wanita itu semakin merasakan hal gila saat Dion bermain di sana. Daisy akui bahwa Dion sangat pintar membuatnya kehilangan akal.
Namun perlahan ciuman itu semakin lambat sampai akhirnya Dion berhenti. Daisy membuka matanya saat Dion tak bergerak sama sekali namun masih berada di dadanya. Daisy melihat ke bawah dan ternyata Dion sudah tertidur, pria itu benar-benar sudah mabuk.
Daisy menghela napasnya panjang, ia mendorong Dion perlahan dan memegang pria itu agar tidak jatuh. Daisy memperbaiki bra miliknya serta bajunya, lalu mulai membantu Dion untuk naik ke atas.
“Dion, ayo bangunlah. Kamu harus pindah ke atas.” Dion bergeming dan membuka matanya sebentar.
“Daisy apa yang kamu lakukan,” racau Dion, melihat pria itu sedikit terbangun akhirnya Daisy bisa membawa Dion ke atas dengan mudah.
Sepanjang perjalanan Dion meracau tak jelas, Daisy berusaha agar Dion tidak jatuh. Namun akhirnya Daisy berhasil membaringkan Dion di tempat tidurnya. Setelah Dion aman, Daisy keluar dari sana. Ia kembali turun untuk membereskan botol minuman tersebut. Daisy merasa bodoh menikmati ciuman serta ciuman dari Dion. Bagaimana bisa ia merasakan hal itu?
Lalu kenapa ia kecewa saat Dion tak melakukannya dengan tuntas. Apa yang sebenarnya di harapkannya? Daisy merasa kacau dengan dirinya sendiri. Setelah semua selesai ia kembali ke kamarnya mencoba tidur walaupun tak bisa. Sampai akhirnya ia keluar dari kamar saat jam bangun pagi tiba. Daisy tak bisa kembali tidur setelah kejadian tersebut.