7.Killer Mother

1664 Kata
Asley terbangun dari tidurnya merasakan tempat tidurnya yang sedikit sempit. Ia mengucek matanya lalu memandang kesamping melihat kakaknya tidur tepat disampingnya. Asley mengerjabkan matanya melihat Reagan berada disampingnya ia melihat Reagan yang tampak nyenyak tidur disampingnya. Asley menunjuk pipi Reagan agar terbangun dari tidurnya. Pria tampan itu tidak bergerak sedikitpun membuat Asley bergerak bangkit. Lalu menatap Reagan yang terlihat tidur dengan lelap. Asley menggoyang goyangkan tubuh Reagan agar pria itu terbangun karena hari tampak sudah pagi. Asley terus membangunkan Reagan membuat pria itu bangun dan mengerjabkan matanya. Ia menatap Asley yang sudah duduk di hadapannya. Reagan tersenyum kearahnya gadis kecil itu tampak lucu dengan rambut berantakan dan mata bulatnya memandang Reagan dengan tatapan heran. Asley mengerjabkan matanya membuat bulu matanya yang lentik bergerak lucu. "Kenapa Kakak tidur disini?" tanya Asley sambil menatap Reagan dengan tatapan tidak suka. Reagan menggeser tubuhnya berbaring miring menghadap adik kecilnya. Dengan tangan sebagai penyangga kepalanya. "Kenapa?" Asley tampak mengerutkan dahinya menatap Reagan. Reagan malah memejamkan matanya kembali membuat Asley menarik hidungnya. "Auuww, sakit Asley!" pekik Reagan menatap adik kecilnya yang menatapnya tak suka. "Ini kan kamarku. Dan kakak itu seorang pria, kenapa bisa masuk kedalam kamar wanita?" ucapnya sembari mengerucutkan bibirnya. Reagan menyentuh bibir Asley yang tampak maju beberapa senti. Asley langsung menepis tangan Reagan. "Kenapa kau terlalu cerewet?" Regan membawa Asley kedalam pelukannya membuat gadis kecil itu tertawa riang. Sambil berontak minta dilepaskan. "Jangan memelukku, aku sudah besar!" Reagan menautkan alisnya menatap adiknya yang terlihat sudah seperti seorang gadis. "Kau bahkan masih sering lupa menyikat gigimu yang ompong itu!" Asley melotot melihat kakaknya yang masih menggodanya. "Aku sering menggosok gigiku!" ucap Asley tidak terima. "Mana ada gadis yang sudah besar masih ompong seperti ini!" Reagan menjawil dagu Asley menunjukkan gigi ompongnya. Asley langsung cemberut menatap Regan. "Semua ini karena masih dalam pertumbuhan!" ucapnya lagi tak terima. "Kau sungguh cerewet, menggemaskan!" Reagan mengacak rambut Asley sambil beranjak dari tempat tidur Asley. "Setiap wanita pasti cerewet!" jawabnya asal, sambil menatap Reagan dengan tatapan sinis khas anak anak. "Benarkah? Dan kau ingin menjadi wanita cerewet?" tanya Reagan lagi sambil melipat kedua lengannya di dadaa menatap Asley. "Tentu saja!" Asley ikut melipat kedua lengannya yang kini sudah terduduk di ranjangnya menatap kearah Reagan. "Kenapa kau suka menjadi wanita cerewet?" Reagan bertanya sambil mendekati Asley dan berjongkok dihadapannya. "Karena wanita yang cerewet itu selalu di rindukan oleh setiap pria!" jawabnya membuat Reagan terkekeh. Asley sangat lucu di mata Reagan ia sangat suka menggoda adik kecilnya yang terpaut usia lima belas tahun dengannya. "Ayo kita sikat gigimu, lalu mandi dan pergi kesekolah!" Reagan mengangkat tubuh kecil Asley membuat gadis itu menjerit tertawa. "Tunggu, kau belum menjawab pertanyaanku!" ucap Asley membuat Reagan menghentikan langkahnya. Melirik Asley yang berada di gendongannya. "Pertanyaan yang mana?" tanya Reagan sembari menggendong Asley mengerutkan dahinya bingung. "Kenapa kakak tidur di kamarku?" tanya gadis mungil itu menatap Reagan menanti jawaban pria tampan dihadapan nya. "Aku sangat takut tidur sendiri, jadi aku memutuskan untuk tidur bersamamu!" jawab Reagan asal lalu berjalan membawa Asley keluar menuju kamar mandi terdekat. Keduanya berjalan menuju meja makan terlihat Iris dan suaminya tampak sedang berada di dapur. Reagan mengerutkan dahinya melihat ayahnya berada dirumah saat pagi hari. Ayahnya biasanya selalu berada di pabrik saat hari sudah siang hingga malam hari. Reagan dan Asley sudah siap pergi ke sekolah dengan setelannya masing masing. "Mam, Kakak tadi malam tidur denganku!" celoteh Asley kepada Iris yang tengah menyiapkan sarapan pagi. Iris memandang Reagan dengan mengerutkan dahinya. "Kau tidur bersama Asley?" tanya Iris heran. Reagan mengangguk sembari memakan sarapannya. "Kenapa?" Iris menatap putra sambungnya itu dengan dahi berkerut. "Tidak ada, hanya ingin saja!" jawab Reagan acuh. Iris menggelengkan kepalanya memandang putra sambungnya tersebut. Ayah Reagan hanya tersenyum memandang kedua anaknya yang selalu bertengkar menunjukkan betapa mereka saling menyayangi. "Kenapa Ayah ada dirumah?" Reagan bertanya sembari menatap ayahnya. Robert tersenyum lalu mengangguk. "Ayah mengambil cuti, besok baru mulai bekerja!" ucap pria paruh baya itu yang masih terlihat tampan seperti Reagan. Reagan mempercepat makannya dan berlalu pergi menuju kampusnya setelah pamit kepada kedua orang tuanya. Reagan menuntun sepedanya saat sudah keluar dari rumahnya. Reagan menoleh memandang kearah rumah bibi Zwetta seperti sedang di awasi. Ia melihat kerah rumah tersebut dan benar seseorang tengah mengintipnya dari balik jendela bibi Zwetta. Reagan mengerutkan dahinya bingung, siapa yang memperhatikan dirinya dari balik jendela yang tampak bergoyang itu. Ia melanjutkan langkahnya menuju kampus. *** London pukul 01.30 dini hari Asley terbangun dari tidurnya saat merasakan jendela kamarnya yang berbunyi berderat. Ia mengucek matanya hendak melihat apa yang terjadi. Asley terduduk di tempat tidurnya melihat kain hordennya bergerak seperti tertiup angin. Ia mengerjabkan matanya melihat sebuah tangan hendak meraih dinding jendelanya. Asley terkejut lalu menutup mulutnya takut. Anak kecil tersebut menangis takut lalu tidur dan bersembunyi di balik selimutnya. Ia bisa mendengar suara langkah mendekat kearahnya. Seseorang itu berjalan menuju pintu masuk lalu mengunci pintu dari dalam dan berjalan mendekat kearah Asley. Seseorang itu mendekati gadis kecil tersebut lalu mengusap selimut yang menutupi tubuh Asley. Ia bersenandung kecil membuat siapa saja yang mendengarnya menjadi merinding. Asley terus meringkuk merintih takut dengan seseorang yang mendekatinya. Seseorang itu menarik paksa selimut Asley membuatnya bisa terlihat di hadapan orang berjubah hitam itu. Asley memekik terkejut saat selimut yang ia gunakan di tarik paksa. Gadis kecil itu sudah benar benar ketakutan memandang seseorang di hadapannya yang mengisyaratkan kepada Asley untuk menutup mulutnya. Asley mengangguk takut sambil terisak. "Hai Asley!" sapa seseorang itu kepada Asley. Asley menatap takut kearah orangbyang tengah berdiri di hadapannya. "Jangan menculikku aku mohon. Pergilah!" Asley berbicara dengan suara bergetar dan sambil menangis sesegukkan. Orang tersebut menyunggingkan senyumnya lalu meletakkan telunjuknya di mulut tersenyum kearah Asley. "Sssuuutttth, jangan menangis aku tidak akan menyakitimu!" Ia tersenyum penuh arti membuat tatapan Asley takut menatapnya. Sambil mengusap kepala Asley dengan sayang ia tersenyum bahagia memandang Asley lalu meraih tangan mungil Asley. Dan menciumnya dengan penuh kelembutan. "Apa kau akan menyakitiku?" tanya Asley disela isakan tangisnya. Orang tersebut hanya menyunggingkan senyumnya. "Tidak, Aku tidak menyakiti anak anak yang pintar. Aku hanya menyakiti setiap anak yang ceroboh dan menjijikan!" ucapnya sembari membawa tangan Asley mendekati pipinya dan ia usapkan dengan gerakan lembut. Asley memandang wajah seseorang yang selama ini selalu ia lihat. Ia benar benar takut kepada wanita dihadapannya ini. "Apa kau juga yang membawa Cloe dari rumahnya?" tanya Asley dengan raut wajah memerah. Wanita itu terkekeh tanpa menimbulkan suara. "Ya begitulah, dia anak yang menggemaskan dan membuatku tidak suka!" ucap wanita itu kepada Asley dengan tatapan menghunus. Ia mencekik leher Asley membuat Asley merintih dengan wajah memerah. "A ... apa ya .. yang kau la ... kukan padda ku!" rintih Asley sambil menggenggam pergelangan tangan wanita yang mencekiknya. Asley sampai mengeluarkan bulir air mata memandang wanita di hadapannya ini yang terus mencekiknya hingga tidak bisa bernafas. Wajahnya berubah membiru membuat Asley bergerak pelan hampir kehilangan kesadarannya. Wanita di hadapannya tampak tersenyum senang dan terus mengeratkan cekikkannya membuat gadis kecil tersebut memejamkan matanya dan tangannya terkulai lemas. Dilain tempat Reagan terbangun dari tidurnya merasakan jantungnya berdebar kencang. Ia mengusap keringatnya yang membasahi dahinya. Reagan bermimpi tentang Asley lagi. Tapi mengapa di dalam mimpi itu terasa sangat nyata. Reagan menyugar rambutnya lalu membuang nafasnya kasar. Ia menenggak air minum yang berada di samping tempat tidurnya. Lalu berjalan menuju kamar Asley karena ia benar benar khawatir jika adik kecilnya benar menjadi korban seseorang yang memiliki jiwa pembunuh. Reagan membuka pintu Asley tapi terkunci dari dalam membuat Reagan mengerutkan dahinya. Asley tidak pernah mengunci kamarnya karena Iris ibunya selalu memperingati Asley agar tidak mengunci pintu kamarnya saat tertidur untuk berjaga jaga jika terjadi sesuatu. Tapi kali ini pintu kamar Asley terkunci membuat Reagan mengerutkan dahinya bingung. Mengapa Asley mengunci kamarnya. "Asley," teriak Reagan mencoba membangunkan adiknya. Ia bergerak gelisah sambil menggedor pintu tersebut. "Asley bangun, buka pintunya!" Reagan menaikan panggilannya agar Asley membukanya. Reagan menempelkan telinganya mendengarkan suara dari dalam tapi tidak mendapati suara apapun. "Asley kau baik baik saja?" Reagan mulai khawatir pun bergerak gelisah di depan pintu tersebut. Ia menggedor pintu itu cukup keras membuat orang lain yang berada di rumah pasti ikut terbangun. "Asleyy, buka pintunya!" teriak Reagan kali ini dengan suara penuh membuat kedua orang tuanya ikut terbangun. "Asley buka pintunya!" Reagan kembali berteriak sambil mendorongkan tubuhnya berniat mendobrak pintu kamar Asley. Iris dan suaminya keluar melihat Reagan hendak mendobrak pintu kamar Asley. "Apa yang kau lakukan Rea?" tanya ayahnya kepada Reagan. Reagan menatap ayahnya dengan tatapan khawatir. "Asley mengunci kamarnya Ayah!" ucapnya dengan nada memburu. "Biarkan saja, mungkin dia sedang tidur nyenyak!" ucap sang ayah sambil menepuk pundak putranya. Reagan menggeleng dihadapan sang ayah, ia tidak akan tenang sampai melihat Asley aman di dalam. "Tidak Ayah, aku khawatir dengan Asley!" Pria paruh baya itu menatap putranya dengan lekat. "Kau bermimpi lagi?" tanya Ayahnya membuat Reagan mengangguk menunjukkan wajah khawatirnya. "Apa yang kau lihat Nak?" tanya pria paruh baya itu yang tampak seperti Reagan versi tua. "Aku melihat Asley, Ayah! Ayolah kita buka pintu ini aku sangat mengkhawatirkannya!" sang ayah mengangguk lalu ikut mendobrak pintu itu. Reagan dan ayahnya berhasil membuka pintu itu dan mendapati Asley terbaring di lantai dengan wajah memucat. Iris langsung berlari mendekati putrinya dan mengangkat tubuh kecil Asley. "Asley bangun, Asley!" Iris menepuk nepuk pipi Asley agar putrinya tersadar tapi tetap tidak bangun. Reagan sendiri sedang sibuk memperhatikan jendela kamar yang terbuka membuatnya melihat keluar siapa pelaku dari semua ini. "Reagan ayo kita bawa adikmu kerumah sakit!" teriak ayahnya membuat Reagan tersadar dan mendekati tubuh kecil Asley. Ia mengepalkan tangannya siapapun orang itu ia harus menangkapnya dan harus di hukum seberat mungkin batin Reagan sambil berjalan menggendong tubuh Asley menuju garasi mengikuti sang Ayah yang tengah bersiap membawa mobilnya menuju rumah sakit. _______________________________ Maaf untuk typo dan lain lain.. Jangan lupa Komen Follow cerita Author yang lainnya ya Dan follow akun Author ya? ~Sabrina ~3DARA ~The Secret Of Isshy ~This Is Love ~Dua Cincin ~Cinta Tak Bersyarat Dan buat yang mau dekat dan tahu jadwal Update Author, Author info in di sss ya, yang mau tahu alamat sss Author seperti di bawah ini.. *Lyerma wati Salam sayang dari Author..
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN