8.Killer Mother

1554 Kata
"Asley," teriak Reagan dari luar kamar membuat wanita itu terkejut dan melepaskan cekikikan nya pada leher Asley. Wanita itu berjalan perlahan mendekati pintu memastikan jika terkunci. "Asley bangun, buka pintunya!" Suara Reagan kembali terdengar membuat wanita itu bergerak cepat hendak membawa Asley, tapi terhalang karena jendela kamar Asley yang tampak kecil dan tidak memungkinkan dua orang keluar dalam bersamaan. "Asley kau baik baik saja?" Reagan kembali memanggil membuat wanita itu bergerak cepat, tapi tetap susah untuk membawa tubuh Asley yang sudah tidak sadarkan diri. "Asleyy, buka pintunya!" teriakan Reagan kali ini cukup keras membuat wanita itu mau tidak mau meninggalkan tubuh kecil Asley tergeletak di lantai dan ia berlalu pergi meninggalkannya begitu saja. Dan melesat cepat dari jendela kamar Asley. "Asley buka pintunya!" teriak Reagan lagi, kali ini pintu kamar itu tampak didorong dari luar dan akhirnya terbuka menunjukkan Asley yang sudah tergeletak tak berdaya disana. Reagan berlari mendekati jendela kamar melihat keluar, tidak menemukan apapun selain jendela yang terbuka menimbulkan kecurigaan. Iris histeris lalu mendekati putrinya dan membawanya kedalam pelukannya. Robert pria paruh baya itu tampak terkejut mendapati putrinya tergeletak tidak berdaya. Ia mendekati istrinya lalu meraih tubuh putrinya melihat bekas cekikkan tangan seseorang disana membiru menunjukkan jika cekikkan itu tampak sangat kuat. Robert memandang kearah putranya yang sibuk sedang memperhatikan keluar. "Reagan cepat kemari!" pria itu tampak memandang kearah ayahnya dan langsung mendekati tubuh Asley yang tampak tidak baik baik saja. Ia cukup terkejut melihat luka lebam di leher adiknya. "Cepat Nak, angkat Asley bersamamu kita akan kerumah sakit sekarang juga!" jawab Robert dengan nada panik membuat Reagan langsung mendekat dan mengangkat tubuh mungil itu. Robert berjalan menuruni tangga mengambil kunci mobil lalu masuk kedalam garasi diikuti Reagan dan Iris yang juga berlari mengikuti langkah pria paruh baya itu. Reagan masuk dengan cepat lalu diikuti Iris yang juga ikut mengantar putrinya setelah mengunci semua rumahnya. Mereka menuju rumah sakit terdekat di kota London. Tidak butuh waktu lama rombongan Reagan tiba kurang dari sepuluh menit mengendarai mobil. Reagan berlari masuk membawa adiknya yang sudah tidak sadarkan diri untuk langsung di tangani. Suster yang berjaga langsung datang menyambut keluarga itu dan membawa Asley masuk keruang UGD. Reagan memijit pelipisnya bergerak tidak tenang menunggu kabar dari dokter. Iris dan Robert datang mendekati Reagan yang tertinggal oleh Reagan. Iris mendekati putranya lalu memandang Reagan seolah bertanya dari tatapan matanya. "Kita harus menunggu!" jawab Reagan yang mengerti dari tatapan Iris. Iris menangis terduduk di kursi tunggu dengan Robert yang setia memeluknya. Reagan mengusap wajahnya kasar, ia benar benar terkejut dengan semua peristiwa ini. Ia tidak menyangka jika mimpinya benar benar sedang berjalan dan nyata. Reagan merasa marah pada dirinya sendiri karena membiarkan Asley adik kecilnya harus melewati ini. Cukup lama menunggu dokter akhirnya keluar dari ruangan UGD tersebut. Iris dan Robert ikut berdiri menunggu penjelasan dari dokter. "Bagaimana keadaan putri kami? Apa dia baik baik saja?" tanya Iris dengan air mata yang mengalir deras di pipinya. Kenyataan bahwa putrinya kehabisan nafas karena seseorang mencekiknya membuat Iris benar benar takut. "Syukurlah kami masih bisa menyelamatkannya, denyut nadinya sangat lemah sekali. Tapi pasien sudah melewati masa kritisnya." jelas dokter pria dihadapan mereka membuat ketiga orang dihadapannya menghela nafas bersyukur. Reagan terduduk lemas di kursi tunggu, karena mengetahui kabar adiknya. Ia bersyukur setidaknya Asley selamat, dan tidak membuat perasaan menyesalnya semangkin mendalam. "Apa kami bisa melihatnya?" tanya Robert kepada dokter dihadapannya itu. Dokter tersebut tersenyum mengangguk sambil tersenyum kearah Robert dan Iris. "Bisa, tapi biarkan dia beristirahat dulu, kalian bisa menunggunya disini! Setelah kami memindahkannya, kalian baru bisa melihatnya!" ucap dokter itu lagi menyarankan membuat mereka mengangguk mengerti. Reagan bersyukur Asley masih bisa bertahan. Kali ini dia akan menjaga lebih ketat lagi dan menangkap seseorang yang berada di balik semua ini janjinya pada dirinya sendiri. Robert memandang putranya yang terlihat memijit dahinya. Ia menepuk pundak Reagan lalu tersenyum padanya. "Pulang lah Nak, biar ayah dan mama yang menjaga adikmu. Besok baru kembali lagi!" Reagan menatap ayahnya dengan tatapan bimbang karena ia ingin menemani Asley. "Tapi aku ingin menemaninya Ayah!" ucap Reagan dengan wajah masam karena sang ayah menyuruhnya pergi. "Masih ada hari esok Rea, pulang lah, dan istirahat. Asley tidak akan baik baik saja dengan ayah disini!" Reagan menghela nafasnya, ia mengangguk lalu bangkit menuju ibunya. Ia memeluk Iris yang mulai sudah tenang. Reagan berjalan meninggalkan tempat itu dan akan kembali lagi besok. *** Reagan sudah bersiap kembali kerumah sakit saat pagi hari untuk memberikan beberapa barang Asley dan pakaian ganti untuk ibunya. Rose tampak melihat Reagan yang berniat meninggalkan rumahnya, ia langsung menghampiri pria tampan itu. "Bagaimana keadaan Asley?" tanya Rose kepada Reagan pria muda yang hendak masuk ke mobilnya. Reagan memandang kearah Rose, wanita yang tampak lebih kurus karena kehilangan anak satu satunya Cloe hingga saat ini tidak ada kabar. "Dia sudah mulai membaik!" jawab Reagan sambil menatap wanita dihadapannya. Rose tampak berbinar mendengar hal itu. "Apa yang terjadi dengan Asley?" wanita yang masih terlihat muda itu tampak menatap Reagan dengan wajah penasaran. "Dia hanya sedikit demam!" jawab Reagan menutupi keadaan yang sesungguhnya. Rose tampak terdiam mendengar ucapan Reagan. "Mengapa kalian membawanya ke rumah sakit jika hanya demam?" tanya Rose lagi merasa janggal dengan ucapan Reagan. Reagan bergerak bingung, ia menggaruk kepalanya menatap Rose yang menanti jawaban darinya. "Panasnya terlalu tinggi, jadi kami membawanya ke rumah sakit." Rose tampak mengangguk mengerti. Wanita itu menghela nafasnya seperti merasakan kekecewaan. Reagan mengerutkan dahinya melihat perubahan wajah wanita itu. "Ada apa?" tanya Reagan bingung melihat wajah Rose tampak menjadi berubah masam. "Aku kira, dia korban penculikan seperti putriku! Aku ingin bertanya padanya apa Asley mengetahui orang itu?" ucap wanita di hadapan Reagan membuat Reagan mengerutkan dahinya pertanyaan wanita ini ada benarnya. Mungkinkah Asley tahu siapa seseorang yang meresahkan rumah mereka. Reagan memandang kearah wanita di hadapannya yang tampak sedang menunggu jawaban dari Reagan. "Asley tidak apa apa. Terima kasih sudah mengkhawatirkan Asley, maaf aku masih ada keperluan!" Reagan berpamitan kepada wanita dihadapannya yang tampak mengangguk. Reagan tidak terpikir untuk bertanya pada adiknya tentang orang itu. Karena hasil tes dari pemeriksaan tidak ada di temukan sidik jari seseorang di leher Asley. Sudah jelas orang itu menggunakan sarung tangannya mencekik Asley. Reagan langsung bergegas mengambil barang barang yang di perlukan dan langsung kembali kerumah sakit. Ia akan bertanya pada adik nya siapa orang yang melakukan hal ini. Reagan kembali masuk kedalam mobilnya melaju meninggalkan kediamannya. Reagan bergerak gelisah merasakan perasaanya tidak tenang ia menambah kecepatan mobilnya menuju rumah sakit. Reagan memarkirkan mobilnya dengan asal lalu berlari menuju kamar inap Asley yang sudah memang dipindahkan oleh perawat yang berjaga. Reagan tampak melihat ibunya berjalan keluar meninggalkan kamar Asley membuat Reagan menghampiri wanita itu. Iris menatap dari kejauhan Reagan yang berlari mendekatinya. Wanita itu menunggu putranya hingga sampai didekatnya. "Ada apa Rea? Kenapa kamu berlari?" Iris menatap Reagan yang sedang mengatur nafasnya. "Kenapa Mama keluar?" Iris mengerjtkan dahinya mendengar ucapan Reagan. "Mama hanya ingin mengisi ini!" wanita itu menunjukkan sebuah botol air minum. "Bagaimana keadaan Asley?" tanya Reagan sambil mengatur nafasnya. Iris menatapnya dengan tatapan aneh. "Dia sedang tidur, dan sedikit takut saat aku bertanya padanya!" jawab Iris dengan raut wajah sedih. Reagan tampak menahan kekesalannya lalu menatap marah Iris. "Kenapa Mama meninggalkannya sendiri?" Reagan hendak berlalu tapi Iris menarik tangannya kembali. "Kenapa Rea? Apa yang membuatmu takut? Mama hanya sedikit haus dan berniat mengambil air minum!" jawab Iris lagi tapi Reagan melepaskan tangan Iris lalu berlalu meninggalkan Iris yang tampak terperangah dan mengikuti Reagan kembali keruangan Asley. Reagan berlari dengan cepat, ia benar benar takut jika seseorang yang mencelakai Asley akan mengambilnya kembali saat mereka lengah. Reagan membuka pintu kamar itu dengan kasar dan mendapati Asley masih terbaring lemah disana. Ia mengatur nafasnya lega mendapati Asley masih tetap ada disana. Karena pikirannya ia benar benar takut terjadi sesuatu dengan Asley dan membuatnya semangkin merasa bersalah karena tidak berguna sebagai seorang kakak. "Kenapa kamu berlari seperti itu?" Iris memandang Reagan dengan tatapan heran. Sementara Reagan mengatur nafasnya karena berlari dengan cepat, takut firasatnya benar. "Aku takut seseorang mengambil Asley dari kita!" jawab Reagan disela nafasnya yang mulai teratur. Iris menatap putranya dengan dahi berkerut. "Seseorang? Siapa?" Iris memandang putranya dengan kerutan di dahi. "Entahlah, yang pasti aku merasa ada yang tidak beres dengan semua ini. Jangan tinggalkan dia sendiri Ma!" ucap Reagan seperti memohon. Iris mengangguk lalu menepuk pundak Reagan menenangkan. "Terimakasih sudah menyayangi Asley begitu besar!" ucap Iris kepada Reagan, meskipun Reagan dan Asley berbeda ibu tapi Iris bisa melihat jika Reagan benar benar menyayangi Asley sepenuh hatinya. Reagan mengangguk lalu berjalan masuk kedalam ruangan Asley. Ia masuk mendekati Asley, ia meraih tangan mungil Asley lalu menciumnya. "Hai, little girl, cepatlah sembuh. Aku sudah merindukanmu meskipun baru semalam kau tidak baik baik saja!" ucap Reagan sambil mengusap kepala Asley dengan sayang. "Aku rindu bertengkar dengan dirimu!" desahnya lagi sambil menunduk menggenggam tangan Asley. "Cepatlah sembuh, dan katakan padaku siapa orang yang menyakitimu!" Reagan menggenggam tangan Asley erat memandang lekat adiknya yang tampak tertidur nyenyak. Ia akan bertanya pada Asley tentang siapa orang yang meresahkan ketentraman hidup mereka. __________________________ Maaf untuk typo dan lain lain.. Jangan lupa Komen Follow cerita Author yang lainnya ya Dan follow akun Author ya? ~Sabrina ~3DARA ~The Secret Of Isshy ~This Is Love ~Dua Cincin ~Cinta Tak Bersyarat Dan buat yang mau dekat dan tahu jadwal Update Author, Author info in di sss ya, yang mau tahu alamat sss Author seperti di bawah ini.. *Lyerma wati Salam sayang dari Author..
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN