6.Killer Mother

1589 Kata
Iris baru tiba dirumahnya saat menjemput Asley pulang dari sekolahnya. Gadis kecil itu tampak bersiap siap hendak keluar rumah setelah mengganti seragam sekolahnya ia langsung berjalan menuju kediaman Sean putra bibi Zwetta yang berada tepat disamping rumahnya. Selama Cloe menghilang Asley tidak memiliki teman bermain. gadis kecil itu memilih bermain sendiri di rumah tetapi setelah ia sering bermain dengan Sean gadis kecil itu tampak sering bermain kerumah anak lelaki itu. Iris menatap putrinya yang tampak diam diam hendak keluar rumah. "Asley, Kau mau kemana?" teriak Iris bertanya sambil merapikan barang barang yang berserakan di area dapur. Asley menghentikan langkahnya memandang ibunya yang melihat dari arah dapur. Asley terkekeh menunjukkan giginya yang ompong di bagian depan. Ia menghentikan tindakannya lalu berjalan mendekati ibunya dengan wajah cemberut. "Mam, aku akan kerumah Sean. Aku ingin bermain dengannya." ucapnya sambil menunjukkan wajah cemberut. Iris menggeleng lalu menatap Asley agar mendekat dengannya. "Asley makanlah dulu. Kau terus saja bermain. Ayo duduk!" perintah Iris kepada putrinya membuat Asley semangkin cemberut. Gadis kecil itu menurut dan duduk di kursi meja makan. "Setelah ini apa aku noleh bermain bersama Sean?" tanya nya dengan raut memohon. Iris mengangguk sambil tersenyum, ia menyodorkan sepiring makanan di hadapan putrinya. "Boleh. Tapi habiskan lebih dulu makananmu!" Asley menatap lesu makanan di hadapannya lalu mulai menghabiskannya. "Mam, apa Cloe tidak akan kembali lagi?" tanya Asley kepada ibunya. Iris menatap putri ya heran mengapa sudah hampir berminggu minggu kepergian Cloe, putrinya masih saja bertanya tentang sahabatnya tersebut. Iris menghela nafasnya bingung. "Mungkin saja!" jawabnya asal. Iris membereskan dapurnya sambil menemani putrinya. "Apa dia akan bermain denganku lagi?" Iris menggeleng lalu menatap putrinya dengan lembut. "Cepat habiskan makananmu. Kau bilang akan bermain dengan Sean?" Asley mengangguk antusias lalu menghabiskan makanannya dengan cepat. Setelah menghabiskan makanannya Asley langsung bergegas keluar rumah. "Jangan main terlalu jauh sayang!" teriak Iris kepada putrinya yang sudah berlari keluar tanpa menjawab ucapan Iris. Asley bersama Sean bermain di ujung jalan yang berada tepat di depan rumah nenek Loye. Hari ini London terlihat lebih cerah setelah berakhir dengan musim saljunya. Sisa sia salju yang masih banyak berada di pinggir jalan membuat Sean dan Asley bermain salju di sana. Kedua anak itu bermain salju dengan saling melemparkan. Nenek Loye terlihat memperhatikan keduanya dengan tersenyum sambil menyesap minumannya dengan memperhatikan tingkah kedua bocah tersebut yang kadang terlihat lucu. Asley dan Sean tanpa sengaja melempar bola bola salju yang meleset kearah rumah nenek Loye. Tiba tiba karena lemparan Sean yang terlalu kuat akibatnya jendela nenek Loye menjadi retak karena ulah mereka. "Oo.. Oww!" ucap keduanya saat mengetahui lemparan mereka mengenai jendela kaca nenek Loye. Nenek Loye yang memang sudah memperhatikan anak kecil itu dari tadi membuatnya keluar rumah melihat apa yang dilakukan kedua anak kecil tersebut. Nenek Loye melihat kaca jendelanya yang retak dan menghela nafas lalu menatap kedua bocah yang tampak takut menatap kearahnya. Nenek Loye mendekati Asley dan Sean yang berdiri masih menggenggam tangan bola salju di tangan mereka masing masing. Tatapan nenek Loye seperti seseorang yang menakutkan. Asley bersembunyi di belakang tubuh Sean. Sean juga bergerak gelisah karena takut kepada wanita tua di hadapannya ini. "Apa yang kalian lakukan dengan kaca jendelaku?" tanyanya sambil mengangkat kedua tangannya dan ia letakkan di pinggang. Asley dan Sean menatap takut nenek Loye yang tampak terlihat marah. "Maafkan kami Nek, kami tidak sengaja melakukannya!" ucap Sean dengan raut takut. Asley sudah berdiri di belakang Sean karena takut dengan tatapan nenek Loye. "Tapi jendelaku retak! Kalian ini menggangguku saja!" Nenek Loye berjalan masuk kedalam rumahnya dengan menggerutu. Asley menghela nafasnya menatap kepergian nenek Loye, ia menarik tangan Sean agar pergi dari sana. "Sean ayo kita pulang!" Ajak Asley kepada temannya. Sean menatap Asley dengan dahi berkerut. "Bagaimana dengan kaca jendelanya?" tanya Sean lagi. Asley menatap Sean bingung, mana mungkin mereka bisa memperbaiki jendela itu. "Biarkan saja. Kita kan tidak bisa memperbaikinya. Nanti akan aku beritahu kepada Ayahku atau Kakak ku saja kalau aku memecahkan kaca Nenek itu!" ucap Asley mencoba mencari solusi membuat Sean menuruti kemauan Asley dan meninggalkan rumah nenek Loye. Wanita tua itu tampak keluar lagi tapi tidak mendapati kedua anak kecil itu lagi. Ia bisa melihat kedua anak itu berjalan kearah rumahnya membuat nenek Loye tersenyum sinis menatap anak kecil itu. Nenek Loye membawa palu dan paku serta kayu yang akan ia gunakan untuk menutupi jendelanya yang retak sedikit. Karena anak kecil tersebut ia harus membenahi rumahnya membuatnya tidak terima. Asley dan Sean masuk kedalam rumah Sean. Kedua anak itu masuk menuju dapur. Tidak ada orang disana, Asley dan Sean membuka kulkas bibi Zwetta mengambil kotak jus buah lalu menuangnya kedalam gelas yang ada diatas meja. Sean yang lebih tinggi dari Asley karena lebih tua darinya bisa meraih gelas yang berada di atas meja untuk mereka isi dengan jus. Asley dan Sean meminum jusnya sambil tertawa bersama. Asley yang hendak meminum jusnya tiba tiba menumpahkan nya membuat kotor baju Sean karena suara pintu yang di buka paksa dari arah loteng membuatnya terkejut. Sean hanya tersenyum kepadanya mengatakan jika tidak apa apa. Tapi jus yang tumpah sebagian berceceran di lantai membuat Asley takut jika bibi Zwetta akan marah. Zwetta turun dari lantai dua memandang anak kecil yang sedang berada di dapur lalu mendekatinya. "Apa yang kalian lakukan?" Zwetta menatap tajam kedua anak tersebut membuat Asley takut lalu menunduk diam. "Kami hanya ingin minum Ma!" jawab Sean kepada ibunya. Zwetta memandang Sean yang tampak kotor karena jus yang Asley tumpahkan. "Kenapa dengan bajumu Sean?" Zwetta menarik putranya agar menghadap ke arahnya. Sean menunduk takut karena ibunya tampak marah padanya. "Jus itu tumpah mengenai bajuku!" Zwetta menghela nafasnya lalu memandang ke arah Asley yang tampak takut kepadanya. Asley menunduk takut dan tidak berani menatap Zwetta di sampingnya. "Cepat buka bajumu dan ganti!" ucap Zwetta kepada putranya. Sean langsung berlari menuju kamarnya meninggalkan Asley yang berdiam diri disana memandang Zwetta takut takut. "Apa bajumu juga kotor Asley?" tanya Zwetta membuat Asley mengangkat pandangannya. Asley menggeleng dihadapan Zwetta, Zwetta menatap lekat kearah Asley. "Tidak Bibi!" jawabnya pelan tanpa memandang Zwetta. Ia terus menundukkan kepalanya karena takut. "Apa kau yang menumpahkan jus ini?" tunjuk Zwetta ke arah jus yang berceceran di lantai. Asley mengangguk takut ia terus menundukkan wajahnya membuat Zwetta mendekati putri tetangga tersebut. "Asley pulanglah, Sean akan Bibi suruh tidur siang. Besok lagi bermainnya!" Zwetta menyuruh Asley pulang kerumahnya sambil mengusap pipi asli dengan lembut. "Baiklah Bibi!" Asley berjalan meninggalkan Zwetta yang masih menatap kepergian Asley hingga hilang di balik pintu masuk. *** Reagan bergerak gelisah didalam tidurnya. Bulir bulir keringat membasahi dahinya. Di dalam mimpi tersebut seseorang berjubah hitam tampak menggeret anak kecil yang sudah bersimbah darah. Seseorang tersebut menggeret anak kecil itu dengan leher yang tertancap benda tajam dan menggeretnya dengan menarik benda tajam tersebut sehingga mengeluarkan darah segar yang keluar dengan deras. Seseorang itu terus menggeret anak kecil yang Reagan lihat masih bergerak dan sesekali merintih mengeluarkan suara seperti seseorang yang berada di ujung kematiannya dan terlihat sulit untuk bernafas. Terlihat dari postur tubuh yang mungil bisa di tebak jika itu adalah mayat anak kecil. Reagan terus berjalan mengikuti langkah seseorang yang menggeret mayat tersebut meninggalkan jejak darah yang bercucuran sepanjang ia membawanya. Seseorang itu masuk kesebuah gudang yang Reagan sendiri tidak tahu dimana tempat itu berada. Ia bisa melihat jika banyak sekali jari jari berjejer rapi didalam sebuah gelas kaca membuat Reagan bergidik ngeri. Reagan berjalan mendekati seseorang itu yang menggunakan jubah hitam. Ia menggeret mayat anak kecil itu. Dan ia letakkan di meja panjang yang berada di ruangan tersebut. Lalu menjilat jari jari kecil tersebut yang tertutup darah segar. Tanpa rasa jijik dan kotor ia menjilat jari anak kecil itu sampai bersih hingga terlihat bahwa itu adalah tangan mungil anak anak. Reagan menatap tak percaya seseorang itu yang terlihat meraih pisau yang berbentuk lebar lalu meletakkan tangan anak kecil itu dengan posisi siap untuk di potong. Reagan memperhatikan semua yang dilakukan seseorang dihadapannya ia memotongnya disetiap baris jari jarinya membuat darah mengalir deras karena potongan jari tersebut. Reagan tidak tahan untuk berada disana ia menjauhi orang tersebut yang tampak tertawa lepas menunjukkan suara aslinya dan Reagan bisa mendengar jika dia seorang wanita. Reagan berjalan mundur melihat kearah wajah anak kecil tersebut yang tertutup rambut rambutnya yang berantakan. Reagan berusaha menyingkirkan rambut rambut tersebut tapi entah kenapa ia tidak bisa. Saat ia masih sibuk berusaha menyingkirkan rambut tersebut. Wanita itu tampak menggeser tubuh mayat tersebut membuat Reagan bisa melihat wajah yang sudah bersimbah darah itu terlihat seperti. "Asleyy!!" Reagan tersadar dari mimpinya merasakan degup jantungnya tak beraturan. Nafasnya terengah engah seperti orang berlari kencang Ia menyugar rambutnya benarkah yang ia lihat didalam mimpinya adalah adik kecilnya Asley. Perasaan tidak tenang Reagan membuatnya bangkit berniat melihat Asley adik kecilnya. Ia keluar dari kamarnya saat pukul satu dini hari. Reagan berjalan menuju kamar Asley. Saat ia hendak masuk, sosok berjubah hitam itu tampak terbayang di dalam pikiran Reagan. Reagan memperhatikan kamar Asley yang terdapat jendela kecil berada di ujung kamar Asley tampak terbuka membuat Reagan mengerutkan dahinya. Pria itu langsung menutup jendela tersebut lalu Reagan langsung mendekati adiknya melihat Asley ternyata masih tidur nyenyak membuat Reagan menjadi was was. Ia mengusap kepala Asley dengan sayang lalu ikut berbaring disana menemani hingga pagi hari. Untuk membuat perasaanya lebih tenang. ________________________________ Maaf untuk typo dan lain lain.. Jangan lupa Komen Follow cerita Author yang lainnya ya Dan follow akun Author ya? ~Sabrina ~3DARA ~The Secret Of Isshy ~This Is Love ~Dua Cincin ~Cinta Tak Bersyarat Dan buat yang mau dekat dan tahu jadwal Update Author, Author info in di sss ya, yang mau tahu alamat sss Author seperti di bawah ini.. *Lyerma wati Salam sayang dari Author..
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN