bc

Killer Mother

book_age18+
436
IKUTI
1.8K
BACA
BE
heavy
mystery
scary
brilliant
genius
special ability
horror
like
intro-logo
Uraian

Reagan pria berusia dua puluh dua tahun memiliki kemampuan indra keenam (Indigo) dan bisa melihat sesuatu yang akan terjadi, ia selalu bermimpi dengan kejadian kejadian aneh ia mulai mencari teka teki yang berada di dalam mimpinya, saat itulah ia mulai mengungkap sesuatu yang janggal yang selalu mengusik pikirannya.

Saat hilangnya adik perempuannya dan tidak ada jejak kemana pun perginya Reagan mulai menebak teka teki yang ada didalam pikirannya, ia mulai terganggu dengan pikiran pikiran itu, di dalam bayangan itu ia melihat Asley adik perempuannya bersimbah darah, dalam keadaan tak sadarkan diri Asley tampak diseret seseorang yang tengah menggunakan jubah yang menutup seluruh tubuh dan wajahnya, ia menggeret tubuh Asley dengan tangan kanan menarik kaki Asley dan tangan kiri memegang gunting kawat.

chap-preview
Pratinjau gratis
1.Killer Mother
Happy reading.. Seseorang berjalan tergesa gesa dengan menggeret sekantong plastik besar dilihat dari ia berjalan seseorang itu jelas terburu buru, ia memasuki sebuah ruangan yang tidak cukup besar ada sebuah meja dan rak rak berisi tople toples yang terdapat air dan jari jari manusia, seseorang itu mengeluarkan sesuatu dari kantong plastik yang ia bawa, ia mengeluarkan mayat dari kantong plastik tersebut, yang sudah berlumur darah lalu membaringkan mayat tersebut diatas meja yang cukup panjang, ia meraih tangan mayat tersebut lalu menjilat satu persatu jari jemari mayat anak kecil yang penuh dengan darah, terlihat dari postur tubuhnya kalau mayat tersebut masih belia, ia berbalik mencari sesuatu di belakangnya. Ia melihat koleksi pisau yang berjejer rapi dihadapannya, seseorang tersebut mengambil pisau yang ukurannya cukup besar seperti pisau pemotong daging. Ia berjalan ke arah mayat tersebut lalu memegang tangan mayat anak kecil itu yang tidak terlihat siapa rupanya karena tertutub rambut dan darah segar yang terus mengalir dari lehernya. Ia mengangkat pisau itu tinggi tinggi seperti hendak ingin memotong tangan tersebut. Tok tok tok "Reagan, Reagan, bangun lah, ini sudah siang apa kau tidak berniat untuk kekampus??" Ucap wanita diluar pintu yang tengah menggedor pintu kamar putranya yang belum kunjung bangun. Reagan tersentak mengusap wajahnya kasar ia baru saja bermimpi aneh, kenapa mimpinya begitu menyeramkan, dan siapa orang itu, kenapa ia menggunakan jubah yang menutupi semua tubuhnya, batin Reagan. Ia terduduk lemas mengatur nafasnya, keringat membasahi keningnya menandakan ia benar benar bermimpi buruk. "Reagaaaan, apa kau tidak ingin bangun?" Teriak wanita paruh baya itu diluar kamar. "Aku sudah bangun, pergilah!" Reagan berdiri mengambil handuknya lalu kekamar mandi untuk pergi kekampus. Wanita barusan adalah ibu tirinya yang selalu cerewet tapi begitu menyayangi Reagan semenjak ia remaja. Ia menggosok giginya sambil membayangkan mimpi tersebut, mimpi yang ia alami itu selalu terjadi, ia berpikir mungkin kah mimpi tersebut sedang terjadi saat ini, kalau ya dimana itu dan siapa orang tersebut kenapa ia menggunakan jubah seperti itu, membuat Reagan tidak bisa mengenalinya. Ia mempercepat kegiatan nya lalu turun kebawah bergabung bersama keluarganya. "Morning." Sapa Reagan turun dari kamarnya saat tiba di dapur yang sudah ada dua orang tersayang Reagan. Ia mengacak rambut adiknya yang masih berumur lima tahun sedang menikmati sereal nya. "Kau ingin sarapan apa??" Tanya Iris kepada Reagan yang duduk dihadapan Asley yang masih menatapnya cemberut akibat ulah Reagan. "Bisakah kau buatkan aku sandwich?" Ucap Reagan ke arah ibu tirinya. "Oke baiklah, asalkan kau sabar menunggu." Reagan mengangguk sambil mengacungkan jempolnya. Ayahnya memang tidak terlihat lagi, ayah nya seorang karyawan pabrik menjabat sebagai supir kontraktor alat alat berat. Selepas sarapan Reagan pergi kekampus dengan mengendarai sepedanya, ia menuntun sepeda nya keluar dari garasi rumah, ia menuntunnya terlebih dulu baru menaikinya saat sudah berada di pinggir jalan, saat hendak pergi ia melihat ke arah rumah tetangganya, tetangga yang tidak pernah keluar rumah dan tidak banyak bicara yaitu bibi Zwetta, Reagan mengayuh sepedanya dengan cepat menuju kampusnya, rumah mereka memang tak terlalu jauh dari kampus dan pusat kota London. Reagan sampai di area kampus, pria itu tidak banyak memiliki teman ia juga jarang berkumpul bersama teman temannya karena kemampuannya memiliki penglihatan di luar batas kemampuan manusia ia menjadi siswa yang cerdas dan suka menyendiri tidak begitu menyukai keramaian, ia berjalan ke ruang loker membuka lokernya dan mengganti barang bawaannya sesuai jadwal kuliah Reagan terus berjalan menyusuri lorong kampus hingga salah seorang dari arah belakang mengejutkannya. "Hei, Broo!!" Delwyn merangkul nya sambil berjalan beriringan. "Ada apa?" Tanya Reagan pada Delwyn. "Tidak ada, aku hanya melihatmu jalan sendirian jadi aku bisa menemanimu." Reagan melepaskan rangkulan tangan Delwyn lalu berjalan lebih cepat. "Hei, kau mau kemana?" "Aku sudah terlambat jangan menggangguku." Ucap Rea saat hendak berlalu meninggalkan Delwyn. Setelah selesai jam kuliah Reagan berniat kembali pulang, saat ia berjalan di lorong perempatan ia dikejutkan Delwyn yang lagi lagi mengganggunya. "Hei, bro kau sudah selesai?" "Berhenti menggangguku Delwyn, apa kau tidak punya kegiatan?" Reagan berjalan mendekati arah parkiran kampus dimana ia meletakkan sepedanya. "Aku hanya merasa heran padamu apa kau tidak ingin party bersama anak anak yang lain, malam ini kami mengadakan pesta di rumah Nicholas, come on aku akan menjemputmu jika kau mau?" Ucap Delwyn membujuk Reagan. Reagan adalah sosok pria yang dikagumi para gadis dikampusnya, ia memiliki tubuh tinggi, hidung mancung, dan kulit putih bersih, tapi karena sikap acuh dan cuek nya terhadap orang sekelilingnya, banyak gadis yang hanya bisa gigit jari melihatnya. Saat hendak mendekati parkiran mata Reagan menatap ke arah kerumunan gadis yang tertawa, entah sedang membahas apa, tapi Reagan tertarik dengan salah satu gadis disana yang memiliki senyum manis, rambut sebahu dan postur tubuh mungil selalu tersenyum kepada semua orang, Delwyn mengikuti arah pandang Reagan ia menyikut tubuh Reagan seraya berbisik. "Kau benar tidak berniat ikut? Aku mengenalnya, namanya Casey, dia akan datang malam ini, kau akan menyesal jika tidak ikut, gimana?" Reagan menatap teman satu satunya yang tidak jera untuk mendekatinya ia sedikit berpikir lalu berkata. "Jemput aku tepat jam delapan malam, jika kau terlambat aku tidak akan menganggapmu teman." Reagan mengucapkan hal itu sambil menaiki sepedanya. Terdengar suara siulan dari Delwyn karena ia berhasil membujuk temannya untuk pergi kesebuah pesta. Reagan tiba di kompleks perumahannya, ia memasukan sepedanya kembali kedalam garasi, ia menoleh ke arah sekitar rumah disana seperti perasaannya ada yang mengikutinya dan memperhatikannya. Ia membuang perasaan tersebut lalu berjalan masuk. Reagan membuka lemari es mengambil minuman soda lalu duduk disofa sambil meraih remote tv dan menghidupkannya, ia berjalan masuk ke kamarnya berniat mengganti pakaiannya, saat di jam seperti ini ibu dan adiknya selalu tidak berada dirumah, ibunya pasti sedang menjemput Asley disekolahnya. Saat menuruni tangga ia seperti melihat bayangan seseorang melintas melewati jendela Reagan membuka tirainya dan melihat keseliling arah tapi tidak menemukan apapun ia duduk kembali dihadapan televisi meminum minuman sodanya kembali sambil menikmati acara televisi. *** Hampir pukul delapan malam Reagan menuruni tangga ia keluar dengan setelan yang lebih casual, Asley menatap kakaknya penasaran. "Apa kakak ingin berkencan?" "Kenapa kau bertanya seperti itu?" Ucap Reagan sambil mengambil sosis goreng di atas meja. "Kau terlihat rapi kak, apa benar kau ingin pergi berkencan?" "Kenapa kau banyak sekali pertanyaan, kau masih sangat kecil untuk pertanyaan itu?" Reagan mengusap puncak kepala Asley dan membuat Asley cemberut. "Aku sudah besar, aku sudah sekolah!!" "Benarkah?" "Ya, kau juga tahu setiap pagi Mama mengantarku untuk pergi ke sekolah?" "Tapi bukan berarti kau sudah pantas membicarakan tentang kencan orang dewasa." "Tapi Sean dan Cloe selalu mengatakan mereka sudah sering berkencan." "Tapi ini kencan yang beda kau mengerti, cepat sikat gigimu lalu pergilah tidur." "Aku tidak mau, aku masih ingin menonton." Iris datang membawa tumpukan pakaian yang sudah selesai ia cuci dan keringkan ia menatap putranya yang sudah rapi tidak seperti biasanya. "Kau ingin pergi?" Tanya Iris pada Reagan. "Ya, aku akan pergi bersama Delwyn." "Pergilah tapi jangan sampai larut malam." "Mam, apa kakak akan berkencan?" Tanya Asley lagi masih dengan rasa penasaran. "May be!!" Jawab sang ibu kepada putri kecilnya. "Apa aku juga boleh berkencan?" Iris tertawa mendengar ucapan Asley putrinya. "Kau ingin berkencan dengan siapa?" "Aku ingin berkencan dengan Diaz!!" "Wow, siapa Diaz?" Tanya Reagan kepada adik nya. "Dia anak lelaki yang satu kelas dengan ku, dia sangat keren aku menyukainya." Iris tersenyum memandang putrinya lalu mengusap rambutnya yang di kepang. "Oke, kita lanjut lagi pembicaraan ini besok, kau harus menyikat gigimu lalu tidur, ayo?" Ajak Iris pada putri kecilnya. "Oke Mama." "Kau belum juga pergi?" Tanya Iris kepada Reagan. "Aku menunggu Delwyn, mungkin sebentar lagi!!" Bunyi klakson mobil menandakan Delwyn sudah ada di luar, Reagan berpamitan dengan Iris sembari mengambil jaketnya yang terletak di kursi dan keluar menemui Delwyn. "Woahoo, siapa ini, kau terlihat mempesona, aku yakin semua gadis disana akan terpesona melihatmu." "Berhenti bicara omong kosong, ayo kita pergi?" Reagan menepuk bahu temannya yang masuk kedalam mobil. Reagan menoleh ke belakang melihat rumah bibi zwetta seperti ada yang memperhatikannya, saat Reagan menoleh ia bisa melihat horden jendela bibi Zwetta terlihat bergerak ternyata firasatnya benar tetangganya itu sedang memperhatikan mereka, tidak ingin mengambil pusing Reagan masuk kedalam mobil yang langsung melaju dengan kecepatan penuh agar cepat sampai pada tujuan mereka. Delwyn memarkirkan mobilnya tepat didepan rumah Nicholas teman yang sedang mengadakan pesta, suara musik terdengar keras keluar dari rumah tersebut, sudah banyak mobil yang terparkir diarea halaman rumah tersebut Delwyn dan Reagan memasuki rumah yang sudah dipenuhi muda mudi yang asik bergoyang, Reagan mengedarkan pandangannya ia merasakan lengannya di tepuk oleh seseorang yang ternyata Delwyn ia menunjuk ke arah luar area kolam renang, mereka berjalan mendekati area tersebut yang sudah lebih ramai oleh sekumpulan tamu pesta. Reagan mengedarkan pandangannya mencari seseorang ia melihat gadis itu tengah duduk disofa bersama teman temannya yang sedang tertawa sambil memegan gelas berisi wine. Delwyn menyenggolnya membuat Reagan menoleh kearahnya. "Kau ingin mendekatinya?" "Tidak!!" Jawab Reagan jujur. "Kenapa tidak, kau sudah ada disini?" "Sepertinya lain kali saja,," "Lalu kau ingin kemana? Sudahlah tunggu disini aku akan membantumu." "Apa yang ingin kau lakukan?" "Kau lihat saja apa yang akan kulakukan!" "Jangan membuatku malu." "Tidak, aku ini temanmu, kau pasti akan berterimah kasih padaku." Reagan seperti tak ingin mempercayainya tapi ia memang tertarik dengan gadis yang duduk disana. Ia memilih tempat yang lebih sepi menikmati segelas wine yang sudah mereka tata dengan rapi. Ia melihat dari kejauhan Delwyn tampak sedang tertawa bersama para gadis tersebut, lalu pandangan mata Casey mengarah padanya entah apa yang telah Delwyn bisikan tapi ia berjalan mendekati Reagan membuatnya salah tingkah. "Hai, kita belum sempat berkenalan?" Ucap Casey saat tiba di meja yang Reagan duduki. "Oh, hai, aku Reagan." Sambil mengulurkan tangannya kepada Casey. "Casey, senang berkenalan dengan mu?" "Ya, aku juga!!" Reagan merasa kaku dan tidak tahu harus berkata apa. "Kau salah satu mahasiswa dibidang kedokteran?" "Ya, kau sendiri mengambil jurusan apa?" "Aku mengambil Seni Budaya!!" "Ah kau ingin menjadi seniman?" Tanya Reagan pada Casey. "Ya aku suka melukis," Reagan tampak mengangguk, pembicaraan itu tidak berakhir sampai disitu, Reagan mulai terbiasa dan tidak canggung lagi. "Aku boleh menyimpan kontak mu?" Ucap Reagan memberanikan diri. "Oh,tentu!!" Casey memberikan ponselnya memberikan sederet nomor pada Reagan. Delwyn bergabung bersama mereka, dan mengajak Reagan kembali pulang. Hari sudah menunjukkan pukul satu malam saat Reagan tiba di rumahnya, Delwyn langsung meninggalkan Reagan karena hari sudah larut dan ia harus kembali pulang kerumah. Saat Reagan hendak masuk kedalam rumahnya ia melihat seseorang melintasi rumahnya, Reagan dengan cepat mengikuti seseorang itu ia berjalan kebelakang rumah mengikuti langkah orang misterius tersebut, seperti orang yang berada di dalam mimpinya, orang itu menggunakan jubah hitam yang menutupi seluruh tubuhnya. Saat tiba di halaman belakang seseorang itu menghilang entah kemana, suasana gelap menjadi kan orang tersebut tidak mudah dilihat, Reagan mengambil ponselnya menghidupkan senter, menyinari sekelilingnya tapi ia tidak juga menemukan orang tersebut, ia mengelilingi rumah nya hingga tiga kali tapi tetap tidak menemukannya, ia mengakhirinya dan masuk kedalam rumahnya, Reagan berpikir mungkin ia sedang dalam berhalusinasi, ia mengacak rambutnya lalu berjalan menaiki tangga menuju kamarnya, mungkin ia terlalu lelah membuat ia harus melihat hal hal yang tidak nyata. _________________ Welcome To The Story Maaf untuk typo dan lain lain.. Jangan lupa Komen Follow cerita Author yang lainnya ya Dan follow akun Author ya? ~Sabrina ~3DARA ~The Secret Of Isshy ~This Is Love ~Dua Cincin ~Cinta Tak Bersyarat Dan buat yang mau dekat dan tahu jadwal Update Author, Author info in di sss ya, yang mau tahu alamat sss Author seperti di bawah ini.. *Lyerma wati Salam sayang dari Author..

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Di Balik Topeng Pria Miskin

read
864.6K
bc

My Devil Billionaire

read
95.7K
bc

Menantu Dewa Naga

read
179.7K
bc

Scandal Para Ipar

read
700.0K
bc

Marriage Aggreement

read
83.5K
bc

Pulau Bertatahkan Hasrat

read
632.5K
bc

TERPERANGKAP DENDAM MASA LALU

read
5.7K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook