9.Killer Mother

1613 Kata
Reagan menjaga Asley saat malam hari, Iris terlihat tidur di sofa yang berada didalam ruangan tersebut. Reagan terus terjaga dan tidak berniat tidur karena perasaan was was yang melanda dirinya. Ia benar benar takut jika seseorang itu datang dan membawa Asley pergi seperti Cloe yang hilang dan tidak kembali sampai detik ini. Reagan melirik jam tangan di pergelangan tangannya menunjukkan pukul tiga dini hari. Pantas saja ia merasakan tubuhnya mengantuk dan tidak bisa menahan lagi rasa kantuknya. Reagan melihat keseluruh ruangan masih terdapat satu sofa lagi yang dekat dengan ibunya. Reagan memandang kearah Asley yang tampak masih tertidur nyenyak. Reagan beranjak dari tempat duduknya, mungkin tidur satu jam tidak apa apa. Ia tidak tega membangunkan ibunya yang sudah seharian menjaga Asley sedangkan dia harus pergi kekampus dan baru kembali saat sore hari. Reagan langsung terlelap saat berbaring di sofa yang dekat dengan ibunya. Pintu ruang rawat itu terbuka perlahan lahan menunjukkan seseorang masuk memperhatikan orang orang disana. Seseorang yang menggunakan pakaian suster itu mendorong kursi roda masuk kedalam untuk membawa Asley bersamanya. Wanita itu tampak mendekati Asley yang masih tertidur nyenyak. Wanita itu berjalan mengusap kepala Asley lalu wajahnya. Dan tangannya dan menggenggam tangan mungil Asley. Asley terbangun karena perlakuan wanita itu padanya membuat Asley terkejut dan langsung dibekab oleh tangan wanita itu. Bola mata Asley bergerak cepat dan seperti meminta pertolongan kepada Reagan dengan gerakan tangan yang hendak meraih apa saja. Wanita itu bergerak cepat menutup mulut Asley dengan lakban hitam, Asley sudah menangis melihat kearah Reagan dan Iris yang tetap tidak bergerak dan terganggu sama sekali dengan bunyi suara yang terjadi didekatnya. Asley menangis dalam diam merasakan tubuhnya diangkat dan semua jarum yang menempel padanya dicabut paksa membuatnya menangis dalam keadaan mulut tertutup. Wanita itu mendorong kursi roda keluar dari ruang rawat itu dengan cepat. Dengan cara menutupi tubuh Asley dengan sweter tebal menutupi kepalanya dan tidak terlihat jika Asley yang tengah di bekap mulutnya. Asley terus menangis disepanjang perjalanannya. Karena rasa takut dan traumanya Asley sangat takut kepada wanita didekatnya ini. Mereka keluar dari rumah sakit dengan cepat dan masuk kedalam mobilnya meninggalkan rumah sakit dan Reagan serta Iris yang masih terlelap dalam tidurnya. *** Pagi hari Reagan tersentak bangun karena guncangan pada tubuhnya membuat Reagan mengucek matanya duduk melihat siapa yang membangunkannya. "Reagan, Reagan bangun!" Iris sudah berusaha membangunkan Reagan yang terlihat masih nyenyak dalam tidurnya. "Ada apa Ma!" Reagan menguap saat mengatakan hal itu. Iris menatap Reagan dengan tatapan takut dan panik. "Reagan, dimana Asley?" tanya Iris membuat Reagan menatap wanita dihadapannya seketika dan bangkit melihat ranjang Asley yang tampak kosong. Reagan berjalan mendekati tempat tidur itu melihat jarum infus masih menyisakan jarum yang berdarah menetes hingga lantai, membuat Reagan mengacak rambutnya. Ia berlari keluar meninggalkan Iris yang sudah menangis tersedu. Reagan berlari memanggil suster yang berjaga. "Suster, susterr!" teriak Reagan berlari tidak tentu arah. Seorang suster mendekatinya memandang Reagan yang tampak sedang mengatur nafasnya. "Ada apa Pak? Ada yang bisa kami bantu?" suster itu memandang Reagan yang terlihat berantakan. Reagan menarik nafasnya lalu menghembuskan nya panjang. "Suster apa kau tahu pasien di kamar no 717 itu? Seorang anak kecil suster!" ucap Reagan dengan terburu buru. Suster tersebut mengerutkan dahinya menatap Reagan dengan bingung. "Kami tidak melihatnya Pak, Pasien masih ada di kamarnya!" Reagan menggelengkan kepalanya dan menjambak rambutnya prustasi. Ia takut memikirkan kenyataan bahwa Asley menghilang dan seseorang telah mengambilnya. "Dia tidak ada di kamarnya Sus! Dimana penjaga keamanan di rumah sakit ini?" tanya Reagan dengan raut khawatir memikirkan kondisi Asley yang masih tidak baik baik saja membuatnya tidak tenang. "Tapi pasien tidak terlihat keluar dari kamarnya Pak!" jelas suster di hadapan Reagan. Reagan memijit dahinya mendengar ucapan suster tersebut. "Aku juga tidak melihatnya, dia menghilang begitu saja!" Suster itu menatap Reagan dengan wajah penuh tanya. "Mungkin dia ada di luar atau mencari angin sendiri, mari kita cari Pak!" ajak sang suster memberikan bantuan. Reagan menggeleng lemah sambil menunduk pasrah. "Tidak mungkin Sus, Asley tidak mungkin jalan keluar tanpa meminta bantuan kami!" Reagan semangkin panik, ia menatap suster di hadapannya dengan lekat. "Dimana ruangan keamanan?" tanya Reagan dengan terburu buru. "Ada di bagian kanan, lalu lurus saja Pak!" Tunjuk suster tersebut menggerakkan tangannya mengarah berbelok. Reagan berlalu meninggalkan suster tersebut berlari menuju keruangan keamanan. "Tolong tunjukkan CCTV pada ruangan di nomor 717," pria penjaga itu mengangguk patuh lalu memutar rekaman di saat malam hari sekitar pukul setengah empat pagi. Seseorang berpakaian suster masuk membawa kursi roda. "Apa ini?" tunjuk penjaga Cctv tersebut pada arah pintu menunjukkan perawat sedang mendorong kursi rodanya. Reagan memandang teliti pada seorang suster tersebut. "Siapa itu? Mungkin saja dia menyamar menjadi seorang perawat!" analisa yang penjaga itu ucapkan. Reagan ikut berpikir demikian. "Apa yang dia lakukan disana, membawa kursi roda?" Reagan bergumam lirih sambil terus memperhatikan gerak gerik suster wanita itu.Tidak lama seorang itu membawa satu orang yang tampak menggunakan sweater. Suster tersebut menggunakan masker untuk menutupi wajahnya membuat Reagan mengepalkan tangannya marah. "Itu dia, sepertinya dia membawa pasien Pak!" ucap pria penjaga itu kepada Reagan. Reagan mengangguk lalu menyuruh petugas itu membesarkan cameranya. "Tidak jelas Pak," Reagan menghela nafasnya lelah. Raut sedih terlihat di wajahnya. Ia menyesal meninggalkan Asley hingga tertidur. Ia kembali kekamar rawat itu melihat Iris menangis sambil duduk disofa menunggu kedatangan Reagan. Reagan memandangnya dengan tatapan sedih membuat Iris semangkin menangis. "Dimana Asley Rea?" tanya wanita itu kepada Reagan. Reagan menatap wanita yang tak lain adalah ibunya dengan tatapan bersalah. Jika ia tidak tertidur mungkin Asley masih ada dan tidak mungkin seseorang itu mengambilnya dari mereka. Reagan menarik Iris kedalam pelukannya memeluk wanita itu agar lebih tenang. "Kita harus melapor kepihak yang berwajib!" jawab Reagan membuat Iris semangkin menangis histeris. Wanita itu benar benar terpukul mendengar ucapan yang Reagan lontarkan. Pihak keamanan sudah mengelilingi seluruh area rumah sakit. Tapi tetap tidak mendapatkan hasil, Reagan mengusap wajahnya kasar. Perasaan menyesal kini menghantuinya. "Tenanglah, Asley pasti bisa kita temukan!" Reagan mengatakan itu mencoba menghibur dirinya sendiri karena ia benar benar takut jika yang terjadi di dalam mimpinya benar benar Asley, adiknya tersayang. *** Asley meringkuk di ruangan gelap menangis merintih merasakan sakit pada pergelangan tangannya akibat jarum infus yang di tarik paksa oleh seseorang yang membawanya kemari. Asley merasakan tubuhnya menggigil karena tidur dilantai hingga berjam jam lamanya. Ia tidak tahu dimana ia berada karena ia tidak bisa melihat saat tiba di tempat yang mereka tuju. "Mama, Ayah ... Sakitt!" rintihnya sambil menangis pilu terpejam merasakan dinginnya lantai. Asley menggigil hebat wajahnya pucat bibirnya membiru, ia benar benar takut berada diruangan gelap itu. Saat Asley berada di ambang kesadarannya, seseorang masuk menerangi ruangan yang bau anyir dan amis darah manusia. Asley memandang seseorang yang berjalan mendekatinya dengan tatapan sayu. Wanita itu membelai lembut rambut Asley lalu mengusap pipi Asley yang sudah berlinangan air mata. Wanita itu mengangkat tubuh Asley duduk di sebuah meja panjang membuat wajah pucat Asley bisa memandang jelas wanita di hadapannya. "Bibi, kau disini?" Asley tampak tersenyum menatap wanita dihadapannya. Wanita itu ikut tersenyum membalas Asley "Ya, Asley, bibi disini!" jawab wanita itu dengan senyuman penuh arti. Ia membawa Asley agar bangkit dari tidurnya. "Bibi bawa aku keluar dari sini?" Asley memohon memandang wanita dihadapannya. Wanita itu tersenyum miring menatap Asley yang memohon padanya. "Kenapa Asley? Apa kau tidak suka dengan tempat ini?" tanya wanita itu dengan raut mata tajam memandang kearah Asley yang langsung berkerut takut. Asley menunduk takut karena pertanyaan yang wanita itu lontarkan begitu menakutkan. "Disini sangat gelap Bibi, aku takut!" wanita itu terlihat terkekeh mendengar ucapan Asley. Lalu mengusap lengan Asley dan mengangkat tangan gadis kecil itu lalu menjilati jari jarinya membuat Asley menangis takut. "Bibi apa yang kau lakukan?" Asley sudah duduk dan menangis terisak melihat apa yang di lakukan oleh wanita di hadapannya. "Lihatlah jari jari mungil ini, sungguh sangat menggemaskan!" ucap nya menatap Asley yang menangis takut melihat tingkah wanita dihadapannya. "Bibi, aku takut!" wanita itu tertawa lalu melepaskan tangan Asley dan meraih pisau yang tidak jauh darinya. Asley membulatkan matanya menatap pisau yang dipegang oleh wanita tersebut. Ia menggeleng keras dengan air mata yang berlinang. "Tenang saja sayang ini tidak akan sakit!" ucap wanita itu saat meletakkan tangan Asley tepat di hadapannya. Asley berontak, ia mencoba menarik tangannya tapi wanita itu tentu saja lebih kuat. "Bibi kau mau apa?" Asley melihat tangan wanita itu yang membawa pisau di tangannya yang lain membuat Asley menatapnya ngeri. "Aku ingin mengambil ini!" tunjuk wanita itu dengan tatapan matanya mengarah pada jari jari Asley membuat Asley menangis histeris. Ia memohon dengan menggeleng keras menolak apa yang hendak wanita itu lakukan. "Jangan Bibi!" mohon nya kepada wanita itu. Wanita itu tidak mendengar rengekan Asley, ia seolah tuli dan terus menuntun tangan Asley untuk ia letakkan di lantai tepat di hadapannya. "Diam!" bentak wanita itu kepada Asley membuat Asley menahan tangisnya karena takut. Wanita itu tertawa lalu mengangkat pisaunya dan memotong jari jari Asley membuat Asley teriak histeris merasakan jari tangannya yang mengeluarkan darah akibat wanita itu yang memotong jari jari kecil Asley. Asley merintih merasakan sakit yang benar benar membuatnya tidak bisa lagi bersuara. "Hahahaha, Lihatlah jari mungil ini sungguh menggemaskan!" wanita itu memasukan jari jari tangan Asley kedalam mulutnya saat jari itu masih berlumuran darah tanpa rasa jijik sedikitpun. Sementara Asley benar benar merintih menahankan rasa sakit yang teramat sakit membuatnya kehilangan kesadarannya dan jatuh pingsan. _________________________ Bijak dalam membaca ya.. yang gak kuat boleh kok gak lanjut.. Maaf untuk typo dan lain lain.. Jangan lupa Komen Follow cerita Author yang lainnya ya Dan follow akun Author ya? ~Sabrina ~3DARA ~The Secret Of Isshy ~This Is Love ~Dua Cincin ~Cinta Tak Bersyarat Dan buat yang mau dekat dan tahu jadwal Update Author, Author info in di sss ya, yang mau tahu alamat sss Author seperti di bawah ini.. *Lyerma wati Salam sayang dari Author..
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN