Amoun-Ra 3. Lured Desire

1322 Kata
Ada sesuatu yang bangkit dari bagian tubuhnya yang lain. Aroma yang ia tebak tadi semakin menusuk indera penciumannya. Penari wanita itu semakin menari erotis. Namun, Amoun-Ra tetap menyadarkan diri. Dia tidak mau terlalu terburu-buru dan terjebak walau dia tahu bahwa sesuatu yang mengganjal di bawah sana membuatnya tidak nyaman. Semua mata tertuju pada si seksi dan Amoun-Ra yang tidak merespon banyak. Bagaimana mungkin semua tamu undangan tidak menjadikan mereka sebagai objek utama, sementara semua orang tahu siapa Dihyat Amoun-Ra. Penari seksi yang disebut-sebut sebagai sang Racun Mata Mesir mulai menggoda Amoun-Ra. Tanpa menyentuh, si seksi itu menghipnotis pria bertubuh tinggi, tegap, dan sempurna. Pria yang digadang-gadang merupakan pria berpengaruh di Mesir. Amoun-Ra semakin tidak kuasa menahan gejolak yang semakin bangkit dan merangsang. Jiwanya terguncang. Amoun-Ra mulai sulit mengatur napas. Mata dan senyuman indah itu mulai membuat Amoun-Ra terpikat. Namun, ketika pesan sang ibunda tercinta terlintas di benaknya, dia tertegun. Gerakan si Racun Mata Mesir semakin melambai, dia langsung membuang wajahnya ke arah lain. Amoun-Ra menghela napas dan bersikap seakan-akan gerakan, tatapan, dan senyuman si penari seksi itu tidak mempengaruhinya. Kahled memperhatikan sekitar mereka. Dia menjadi tidak nyaman dan merasa terintimidasi sekarang. Semua mata tertuju pada mereka dan itu membuatnya sulit bergerak. Apalagi penari seksi ini masih mengganggu kenyamanan Tuannya. Lama, Amoun-Ra enggan untuk menatap penari seksi yang masih menggodanya di sisi kanan. Wanita ini sama sekali tidak menyentuhnya, tapi aroma wangi tubuhnya sungguh mengganggu. Amoun-Ra gelisah, tapi dia tidak mau menunjukan perasaan tidak nyamannya. Dia tetap menjaga harga diri dan berusaha lepas dari jeratan yang tidak ia pahami. Mungkin karena Amoun-Ra tidak merespon apapun atau memberi sambutan hangat, si penari seksi mulai menjauhi mejanya perlahan. Tidak lama berselang menit, tatapan dan lekukan tubuh indah itu berpaling darinya. Amoun-Ra menarik napas panjang dan merelakskan tubuhnya disana. Setelah melewati beberapa menit sejak penari seksi itu berlalu dari mejanya, Amoun-Ra kembali memperhatikan sang Racun Mata Mesir berjalan dan menari menuju panggung utama. Dia mengakui bahwa lekukan tubuh dan perut rata wanita itu sungguh idaman. Amoun-Ra sempat merasa penasaran dan ingin menyentuh tubuhnya walau bagian ujung kuku saja. Namun, lagi-lagi pesan sang ibunda membuat Amoun-Ra tidak berkutik. Pesan yang tidak akan dia langgar bahkan untuk dijadikan sebagai teman sekalipun. Musik erotis yang terdengar masih bermain dan memberikan sinyal kepada sang pemilik tubuh seksi untuk terus menari diatas panggung sana. Amoun-Ra turut menikmati setiap gerakan yang disajikan. Lalu, tiba-tiba saja mata mereka saling bertemu. Mata seksi dan senyuman hangat yang sempat menggodanya tadi, kini mendadak berubah datar. Mata seksi dan senyuman penari itu seperti memiliki isyarat lain. Isyarat penuh kelicikan dan hasrat. Amoun-Ra hanya memahami itu. Untuk selebihnya, dia tidak tahu isyarat apa yang sedang diperlihatkan oleh sang Racun Mata Mesir. Sebab Amoun-Ra enggan untuk membayangkan hal yang lebih, terlebih jika wanita yang memikat seperti penari di depan sana. Dia tidak mau semakin terjatuh dan mendamba sesuatu hal yang mungkin bisa membuatnya semakin terjerumus. “Tuan? Ada yang bisa saya bantu?” tanya Kahled memahami kondisi yang tidak memungkinkan. Amoun-Ra membenarkan posisi duduk dan menghela napas kasar. Dia membuang wajah dari arah panggung dan mengusap kasar wajahnya. “Kita kembali sekarang.” “Baik, Tuan.” Kahled langsung berdiri dan berjalan pelan, berlalu dari meja bertuliskan nama Tuan Dihyat Amoun-Ra Yang Terhormat. Sang Tuan mengikuti langkah kakinya di belakang. Seiring dengan langkah kakinya berjalan di belakang Kahled, dia masih terus melirik ke arah panggung. Sembari membuka kancing kemeja kedua dari teratas, Amoun-Ra semakin merasakan gerah sesaat setelah penari wanita itu menatapnya dari kejauhan dengan satu kerlingan mata yang membuatnya kesal. Amoun-Ra melepas pandangannya dari arah panggung dan tetap melanjutkan langkah kaki di balik kegelapan ruangan. Dia berjalan mengikuti langkah kaki Kahled menuju meja sang pemilik acara. Tentu saja Amoun-Ra tetap bersikap sopan dan memberitahu kepada sang pemilik acara bahwa dia tidak bisa berlama-lama di acara ini. Amoun-Ra berjabatan tangan dengannya. “Terima kasih untuk undangan yang berharga dan sambutan hangat kalian disini,” ujar Amoun-Ra tersenyum ramah. Pria itu mengangguk dan tersenyum. Dia mengendurkan jabatan tangan mereka. “Sama-sama, Tuan Amoun-Ra. Kehadiranmu adalah kehormatan istimewa bagi kami.” “Aku tidak bisa berlama-lama disini. Ada undangan lain yang harus aku tebus malam ini.” Mereka sama-sama tertawa dan mengerti satu sama lain. “Baiklah kalau begitu, Tuan Amoun-Ra. Padahal, kami sudah menyiapkan makan malam khusus untuk Anda disini. Terutama … jika Anda ingin menikmati makan malam bersama si Racun Mata Mesir.” Amoun-Ra kembali menatap ke arah panggung. Dia semakin sulit meneguk salivanya sendiri. Ternyata penari erotis itu masih memantaunya dari kejauhan. Gerakan tubuhnya tetap sama. Tatapan dan senyuman yang berbeda, teduh, dan menawan, tapi pasti sangat menghanyutkan bagi para mangsa. “Mungkin lain waktu, aku akan mempertimbangkan makan malam yang kau maksud,” ujar Amoun-Ra paham dengan maksud ucapan sang pemilik acara barusan. Pria itu mengangguk paham. “Mungkin beberapa minggu lagi kami akan mengundang Anda di acara lain. Kami berharap, Anda bisa hadir dan mengisi undangan pribadi dari kami.” Amoun-Ra kembali menatapnya dan tersenyum paham. “Aku menunggu undangan dari kalian,” jawabnya berbasa-basi dengan senyuman tipis. Tidak banyak berbincang dan tidak mau berlama-lama, Amoun-Ra berlalu dari sana. Dia diantar oleh sang pemilik acara sampai batas pintu utama. … Setelah berpamitan, Amoun-Ra keluar dari ruangan acara dan berjalan menuju pintu keluar yang sebenarnya. Diikuti Kahled di belakang, Amoun-Ra kembali membuka suara. “Jangan pernah menerima undangan seperti ini lagi. Bukankah aku sudah pernah mengingatkanmu sebelumnya?” Kahled menarik napas panjang. “Maafkan saya, Tuan. Undangan yang sama di lain waktu akan saya pertimbangkan lagi dan mengatakannya kepada Anda sebelum saya terima,” jawab Kahled tidak ingin berbasa-basi. Amoun-Ra terus melangkahkan kakinya menyusuri ruangan mewah dan tertutup. Terdapat penjaga di sudut tertentu. Dua orang pria penjaga pintu di sebelah sana, sigap membukakan dua daun pintu terbuka lebar. “Terima kash atas kehadirann Anda, Tuan Dihyat Amoun-Ra.” Salah satu penjaga menghormati dan kedua pria itu merundukan kepala bersamaan. Dia hanya mengangguk tanpa senyuman dan mengancing satu kancing jas hitam pekat yang masih ia kenakan. Kakinya terus melangkah tegap keluar dari ruangan VIP itu. Kahled sudah menghubungi pihak supir agar siaga di depan lobi utama gedung. Dia tahu sang Tuan sudah muak dengan acara tadi. Namun, tidak ia pungkiri jika respon berbeda terlihat dari wajah Tuannya. Tidak mungkin Kahled mengungkapkannya secara gamblang. *** Dihyat House, Cairo, Egypt., Kamar Amoun-Ra., Jarum jam menunjukan pukul 11.45 tengah malam waktu Kairo. Amoun-Ra masih berada di kamar mandi dan berendam di dalam bathub yang hanya berisi seperempat air. Sudah hampir 20 menit berlalu sejak ia berendam di dalam bathub ini, Amoun-Ra terus membayangkan wajah cantik penari erotis tadi. Tidak, semua orang mengatakan bahwa dia adalah penari perut terkenal di Kairo yang mendapat julukan sang Racun Mata Mesir. Terdengar gila memang, tapi Amoun-Ra baru saja melepas hasrat dengan membayangkan bahwa tubuh seksi itu berada diatas dan memberikan kenikmatan yang belum pernah ia rasakan. Malam ini adalah malam gila sebab dia mencoba hal baru yang selama ini ia hindari agar tidak terjadi candu. Apalagi hal candu melibatkan seorang penari perut, membuat Amoun-Ra dirundung hasrat yang menggebu-gebu. Keinginan untuk mendengar suara asli penari perut tadi mulai merangsang niat baru Amoun-Ra. ‘Apa yang kau pikirkan? Itu tidak akan pernah terjadi. Itu tidak boleh terjadi,’ bathin Amoun-Ra berusaha menyadarkan dirinya sendiri. Mata seksi tadi berhasil mencuri perhatiannya. Amoun-Ra tidak mengerti, kenapa hal-hal yang dibicarakan orang-orang selama ini ternyata benar adanya. Sungguh, selama ini Amoun-Ra hanya mendengar namanya sekilas saja. Namun, malam ini dia melihatnya secara langsung. Penari perut seksi tadi benar-benar cantik parnipurna. Dia menghela napas panjang lalu meneguk minuman berwarna merah di gelas kristal panjang yang sejak tadi menjadi temannya. Tangan kirinya terus saja memijat lembut bagian tubuhnya yang lain. Terasa otot-otot di sekitar sana menegang meskipun cairan hasrat tadi sudah keluar begitu banyak. Amoun-Ra tidak mau menahan sesuatu yang gila. Dia tidak ingin terjebak ke dalam hasrat dan hal gila seperti ini lagi. Namun, dia tidak berdaya ketika tubuhnya menginginkan hal berbeda. * * Novel By : Msdyayu (Akun Dreame/Innovel, IG, sss)
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN