---**---
The St. Regis Cairo Hotel, Cairo, Egypt.,
VIP Room.,
Malam hari.,
Segala hal yang ada di ruangan ini bernuansa coklat emas. Interior yang sangat elegan dan berkharisma. Interior yang menonjolkan sisi Kairo ketika malam tiba.
Aroma minuman dan makanan khas menjadi aroma seksi para pengisi ruangan. Lampu redup sehingga tidak terlalu menampakkan wajah para tamu undangan. Suara yang cukup keras dengan musik erotis membuat candu para penikmat dunia malam.
Sekian banyak hiburan, mulai dari jamuan musik dan belaian wanita sebagai hadiah istimewa. Semua para tamu undangan VIP dibuat terkesima dengan acara pergeleran seni malam ini.
Pesta mewah dan sensual berkedok undangan pergelaran seni. Karena pada kenyataannya, mereka sengaja dihadirkan untuk sama-sama menyaksikan tarian erotis seorang penari terkenal di Kairo.
Setelah kembali dari kantor, Amoun-Ra langsung pergi memenuhi undangan VIP dari rekan kerjanya. Dia sengaja tidak pulang ke rumah supaya ada alasan untuk keluar dari acara yang pasti membosankan untuk pria sekelas dirinya.
Dia sama sekali tidak berniat untuk berlama-lama di acara pesta hura-hura ini. Jika bukan karena menjaga nama baik perusahaan dan keluarga, Amount-Ra pasti akan menolak permintaan undangan VIP walau 1 hari sebelum acara sekalipun.
Sejak awal kedatangannya, Amoun-Ra sudah terbiasa jika semua mata tertuju padanya. Apalagi banyak sekali wanita yang sengaja dihadirkan sebagai hadiah dan jamuan malam untuk para pria haus belaian. Hal itu sudah biasa dilakukan untuk acara sekelas pengusaha menengah ke atas.
Amoun-Ra melihat Kahled berjalan menghampirinya. Dia hanya diam saja dan tetap menikmati minuman di tangan kanannya sembari menatap ke arah depan.
Kahled membungkuk dan berbisik disisi sang Tuan.
“Tuan, apa ada hal lain yang bisa saya bantu?” tanya Kahled seakan paham kalau Tuannya sudah bosan di ruangan ini.
Amoun-Ra menarik napas panjang dan menggeleng pelan.
“Tetaplah disini, Kahled. Tolong isi sofa itu,” ujarnya melirik sofa yang ia maksud.
Kahled menuruti permintaan sang Tuan. Dia tahu pria ini tidak mau memberi kesempatan bagi para wanita untuk duduk berdekatan dengannya.
“Kalau sudah tidak memungkinkan, katakan saja, Tuan. Saya akan mengkonfirmasi pihak penjaga,” ujar Kahled.
Dia menyeringai tipis lalu menegakan tubuh. Amoun-Ra mengambil satu gelas yang belum dipakai disana, lalu menyodorkan gelas kosong dan botol yang masih berisi setengah air ke arah Kahled.
“Bantu aku menghabiskannya, agar aku tidak terlalu terbuai.”
Kahled menahan senyum di bibir.
“Saya pikir, saya bisa keluar dari ruangan ini seorang diri, Tuan.”
“Tentu saja aku mengajakmu bergabung, Kahled. Jangan tinggalkan aku di pesta seperti ini.”
Sebagai seorang asisten pribadi, Kahled sangat paham karakter Tuannya ini. Itu sebabnya dia tidak pernah menolak untuk diajak satu meja bersama demi pria ini mendapatkan akal sehat selama acara berlangsung.
Kahled menuang minuman di gelasnya, kemudian meneguknya pelan. Sebenarnya, suasana seperti ini juga membuatnya malas, mengingat dia juga lelah dan membutuhkan istirahat.
Namun, disisi lain dia juga tahu bahwa pria ini lebih lelah darinya. Kahled tidak bisa meninggalkannya walau tahu dia bisa saja menyuruh orang untuk mengantar Tuannya kembali ke rumah.
“Menu utama sudah dimulai, Tuan.”
Amoun-Ra melirik Kahled sekilas. Salah satu alisnya terangkat.
“Penari?” tanyanya menebak.
Kahled mengangguk, membalas tatapan sang Tuan.
“Benar, Tuan. Dan … makan malam kali ini adalah penari terkenal di Kairo.”
Amoun-Ra kembali melirik Kahled sekilas sesaat sebelum dia menatap ke arah depan seiring dengan lampu yang tadinya remang-remang, kini semakin temaram.
“Haahhh …” Dia menarik napas panjang dan membenarkan posisi duduk, menyandarkan punggung di sofa dengan salah satu kaki terangkat dan menyilang.
Kahled memperhatikan gerak-gerik sang Tuan. Kemudian, dia beralih ke fokus yang sama dan ikut menikmati.
Semua mata tertuju pada panggung yang terang benderang. Musik erotis nan menggoda, menyambut kehadiran seorang wanita yang berjalan lambat dengan liukan tubuh seksi. Aroma sensual mulai menyeruak di indera penciuman para tamu undangan.
Seluruh tamu undangan, para pria dewasa yang sangat paham dengan dunia manis seperti ini. Mereka menikmati alunan musik menggoda iman.
Tidak hanya musik erotis yang sedang berputar, tapi pancaran mata cantik dan tubuh seksi yang sedang menari disana turut menyeimbangkan suasana malam yang sangat indah bagi mereka. Senyuman, tubuh yang gemulai, jari lentik berwarna, lalu rambut yang tergerai indah.
Pakaian seksi berwarna dan gemerlap. Kulit putih bersih, bening, dan seksi. Kaki jenjang yang sungguh mulus. Tubuh bak gitar Spanyol.
Benar-benar menggoda iman para pemilik mata yang melihat dan menikmati tariannya. Tidak sedikit para pria yang mengatakan kalau lirikan matanya sangat nakal karena memancing syahwat.
Amoun-Ra mulai kepanasan. Dia membenarkan posisi duduk yang mulai tidak nyaman dan mengganti kakinya yang menyilang tadi.
Bukan hanya gerah, tapi dia mulai sulit meneguk salivanya sendiri. Merasa sangat haus, dia meneguk habis sisa minuman di gelasnya.
Tidak mau berhenti, matanya terus saja fokus pada wanita yang menari dan mulai turun dari panggung utama. Amoun-Ra mencoba untuk bersikap biasa saja.
Namun, mata Amoun-Ra seakan sudah terhipnotis. Dia mengikuti kemana arah penari wanita itu berjalan.
Penari wanita itu tampak menggoda setiap tamu undangan yang terhipnotis dengan kecantikan dan liukan tubuhnya. Tangan dan jemari lentiknya terus menari dengan sentuhan kain yang ada pada bagian tubuhnya yang lain.
Kahled melirik sang Tuan. Dia menatap fokus yang sedang dilirik oleh Tuannya. Salah satu sudut bibir Kahled menyungging. Namun, dia tidak akan menahan atau menyadarkan Tuannya selagi masih di batas normal.
Lantunan musik semakin membuat para tamu undangan terjatuh ke dalam sangkar yang tidak tertahan. Birahi yang mulai mendesak jiwa, teruma Amoun-Ra yang semakin sulit melepas pandangannya dari penari wanita itu.
“Jadi, apa benar … dia, Racun Mata Mesir yang sedang diperbincangkan?” tanya Amoun-Ra untuk melepas hipnotis yang sejak tadi menghantui kedua matanya. Dia menyadari itu.
Kahled masih memasang telinga lebar-lebar meski alunan musik lebih mendominasi ruangan mewah dan luas ini. Dia mengangguk kecil dan melirik sang Tuan.
“Benar, Tuan. Sang Racun Mata Mesir. Tidak hanya menjadi bahan perbincangan Mesir, tetapi juga menjadi bahan perbincangan dunia.”
Amoun-Ra tetap memperhatikan dan menatap lekat senyuman penari wanita yang kini mulai berjalan ke arahnya. Tenggorokannya semakin tercekat. Tercium aroma parfum yang tidak biasa, membuat bagian lain dari tubuh Amoun-Ra mulai bangkit.
“Anda baik-baik saja, Tuan?” Kahled memperhatikan sikap Tuannya mulai tidak biasa.
Tidak menjawab pertanyaan Kahled, dia terus menatap penari wanita seksi itu berjalan lambat dan mendekati meja VIP atas namanya.
“Tuan?” tanya Kahled menyadarkannya sekali lagi.
Namun, Amoun-Ra tetap bergeming. Aroma sensual yang sepertinya berasal dari tubuh penari wanita itu.
Lihatlah, senyuman penari wanita itu tertuju padanya. Kini, dia berada tepat di depan mejanya.
Amoun-Ra mulai tidak waras. Matanya menarik diri untuk melihat rambut panjang yang sudah terhempas kesana-kemari. Lalu, matanya semakin turun ke bawah dan berhenti pada belahan tubuh yang sangat sempurna dan indah.
Matanya bergerak, melirik ke atas sekilas. Penari wanita ini mengerlingkan mata.
*
*
Novel By : Msdyayu (Akun Dreame/Innovel, IG, sss)