“Mas? Lo ngga apa-apa?” Pertanyaan Ara membawa kesadaran gue kembali. Sampai sesaat tadi, neuron-neuron di otak gue masih saling berdebat antara meyakini Puri nyata atau hanya halusinasi gue doang. Ya ngga mungkin juga gue ngelindur kan? Tidur ngga, penting ngayalin dia pun ngga. “Hmm. I’m fine,” jawab gue. “Hati-hati aja, Mas. Takutnya tiba-tiba dia nongol.” “Udah,” tanggap gue singkat. “Hah?” “Udah, Ra.” “Buset! Serius, Mas?” “Hmm.” “Ya ampun ... sorry, Mas. Telat banget gue.” “It’s ok. Mau gimana lagi?” Iya kan? Mau ngga mau ya harus dihadapi. “Ya udah. Kasih tau Reina dulu, Mas. Jangan ladenin duluan tapi Reina tau belakangan. Orang model Puri akal busuknya banyak,” ujar Ara lagi, mengingatkan gue. Pengalaman dia ngadepin makhluk jadi-jadian memang ngga diragukan