Menyadari Kebenaran.

1040 Kata

Dengan kondisi setengah tubuh tanpa busana Emran keluar dari kamar. Disusul wanita berpakaian acak-acakan seolah sekadarnya saja menutupi bagian penting agar tak terekpos mengekorinya bersamaan isak tangis. "Mas, jangan pergi! Kamu mau kemana?!" cegat Veena, menarik lengan Emran. "Kenapa kamu marah hanya karena sebuah panggilan acak? Aku sudah bilang tidak mengenalnya, 'kan? Salah sambung, Mas! Masa kamu jadi bersikap begini, sih?!" cecar Veena, masih berusaha menjelaskan. Emran menepis kasar tangan sang istri yang menahannya. "Panggilan acak katamu? Lalu bagaimana kamu menjelaskan tentang dia yang minta bertemu dan bermalam dengannya lagi?" "Vee, sejak kapan kamu menjadi semenjijikan ini?" sambung Emran, jengah. Ia tahu ini tak pantas keluar dari bibirnya, tetapi Emran sudah tidak mam

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN