Di sebuah ruangan ber-AC yang cukup dingin, Regar mengendurkan dasinya yang seakan mencekik. Entah karena panasnya siang yang terik, ataukah dadanya yang merasa sesak karena menahan kerinduannya pada Indira. Ya, selama beberapa hari ini ia memang lebih memilih menyibukkan dirinya dengan berbagai berkas-berkas penting. Sebelum besok ia berangka ke kota Jakarta. Tentu saja untuk mengurusi bisnisnya dengan salah seorang pebisnis yang cukup terkenal di sana. Meninggalkan sejenak kota Yogya yang cukup hangat ini. Di kota orang, tentu berbeda rasanya dengan di kota kelahiran. Namun apa boleh buat? Regar harus professional demi kelancaran bisnisnya. Ketika tangannya tengah mencorat-coret hasil laporan rengrengan yang ditulis oleh sekertarisnya, tiba-tiba seseorang memasuki ruangan kerjanya begit