1. Berawal Dari Stalking
Indira Pradipta Rajasa, sepulang dari kegiatannya di bangku perkuliahan. Gadis famous itu biasanya langsung pulang. Ia lebih suka berdiam diri di rumah. Karena di rumah ia mempunyai studio kecil yang bisa ia gunakan untuk sekedar live streaming i********:, bermain t****k, hingga merekam video di Youtube.
Pintar berdandan, bernyanyi dan bermain musik membuatnya dikenal banyak orang tak hanya cantiknya saja. Namun juga keahliannya. "Hmm, ganteng sih. Tapi udah om-om!" gumam Indira. Gadis itu kini sedang berleha-leha di kamarnya dengan kegiatan barunya
Stalking akun teman dari kakaknya. Namanya Regar Paulus. Duda beranak satu seumuran dengan keponakannya, Fela.
"Ck! Ck! Wanita seksi dan cantik aja diceraikan. Apalah aku yang ekhmm semok dong!!" Kekehan kecilnya mulai terdengar.
Asyik mencari tahu postingan-postingan Regar membuat Indira tak menyadari jika sedari tadi ada sosok dibelakangnya. "Ekhm!"
Seketika itu juga Indira terlonjak. Dirinya segera berdiri dan menatap sang mama, "M-mama! Ngagetin aja."
"Kamu suka sama Regar teman kakakmu itu?"
"Ihhhh ngarang sih Mama! Ma, ya kali anak mama yang masih perawan ting-ting ini suka sama om-om yang sudah berbuntut! Sorry Ma. Banyak yang antri putri Mama ini, asal Mama tahu." Indira mengibas-kibaskan tangannya. Hawa mendadak panas. Sedangkan Nyonya Rajasa hanya tersenyum mendengar ucapan putrinya. Bukannya feeling seorang ibu lebih tajam.
Mengapa semua seolah kebetulan? Apakah ini takdir Tuhan?
"Ra, kamu jangan salah ya. Om-om yang kamu bilang itu beda dari yang lain. Regar masih cukup ganteng kok Ra. Tuh kamu lihat Ayunda, dia mau-mau aja sama Masmu," kata sang mama. Indira mati kutu dibuatnya. Memang benar sih, Regar cukup tampan bagi seukuran duda. Tapi, ya masa sama duda sih!? Yang benar saja.
"Tapi Ma.."
"Udah-udah. Mending sekarang kamu siap-siap. Ikut mama ke ruang tengah. Tuh mama undang mbak-mbak salon. Kita SPA dan perawatan untuk makan malam spesial nanti malam."
Nyonya Rajasa berlalu begitu saja. Indira berdecak. "Cih! Biasanya juga nggak pernah seribet ini."
"Ma!! Mau kedatangan bintang Drama Korea Lee Min Hoo ya!? Pakek acara SPA segala! Ribett!!" teriak Indira menggema. Yang sudah dapat dipastikan akan terdengar hingga area luar kamarnya.
Sebagai anak putri tunggal di rumah ini, Indira memang dimanja oleh keluarganya. Gadis itu tak pernah sekali pun mengerjakan pekerjaan rumah. Hanya sesekali ia bereksperimen membuat kudapan kecil untuk disantapnya sendiri. Ya, begitulah hidupnya.. serba menjadi Ratu.
Malam tiba. Kali ini semua pakaian hingga riasan natural ini merupakan ulah Nyonya Rajasa--sang mama. Sungguh diluar ekspektasi Indira. Dirinya hanya ingin berbusana santai, celana pendek dan kaos oblong. Tetapi sang mama menolak keras style gembelnya itu.
"Ma, kenapa sih makan malam kali ini ribet banget!? Toh juga tinggal makan aja," kesal Indira sembari berjalan di belakang sang mama. Ia kurang nyaman dengan dress selutut berwarna cream ini. Sesekali ia menarik-narik area depannya yang sungguh pas di bagian p******a. Cukup seksi, ditambah lagi dengan rambutnya dikuncir separuh. Memperlihatkan leher jenjangnya. Siapapun yang melihat Indira saat ini, pasti akan berdecak kagum. Cantik sekali!
"Selamat malam Tante.." sapa seseorang di depan. Indira sendiri masih sibuk menarik-narik bagian bawah dress-nya itu.
"Malam Le. Paula mana?"
"Lagi sama Mbak, Tante." Keduanya pun berjalan menuju meja makan. Indira sendiri masih tidak terlalu memperhatikan lelaki tinggi berjas itu. Mungkin saja lelaki itu merupakan teman kerja sang papah.
Tibalah saat Indira mengambil duduk. Betapa terkejutnya ia ketika mendapati sosok yang hari ini baru saja ia stalk. Regar! Bagaimana bisa ia berada di meja makan ini?
"Ekhm! Kenapa Ra? Kok bengong? Duduk," tegur sang mama. Wanita itu diam-diam mengulum senyumnya mendapati wajah terkejut Indira. Entahlah..
Kebetulan ini seolah telah tertakdir. Keluarga Rajasa dan Paulus menjalin hubungan kerja sama. Malam ini merupakan malam persembahan terima kasih spesial yang diberikan oleh keluarga Rajasa pada rekan bisnisnya. Karena perjalanan bisnis mereka lancar hingga detik ini.
"Silahkan dimakan Le.."
Regar pun hanya melempar senyumnya. Lalu mulai mencicipi aneka makanan lezat yang terhidang di depannya itu. "Enak Tante."
"Pasti dong.."
"Putri Tante yang masak?" Pertanyaan Regar langsung membuat Indira tersedak.
Nyonya Rajasa terkekeh pelan lalu menjawab, "Tentu saja bukan. Mana bisa Indira masak."
Mendengar jawaban sang mama yang seperti mengejeknya. Indira pun mulai tersulut emosinya, "Kata siapa!? Mama sok tahu. Indira bisa masak kok!"
"Ya sudah. Besok antarkan saya makanan. Tahu 'kan kantor saya?"
Sekata-kata nyuruh-nyuruh. Emangnya dia siapa?
Indira dengan belagu berkata, "Maaf saya sibuk. Tidak ada waktu untuk permintaan Om."
Gelak tawa seluruh orang yang ada di meja makan itu pun terdengar. Apanya yang lucu? Indira semakin kesal saja dibuatnya. Ini semua karena kehadiran Regar! Makan malam dengan aneka makanan yang benar-benar membangkitkan kerakusan Indira pun rasanya tidak nafsu lagi. Gara-gara lelaki kurang ajar itu. Mungkin Regar sengaja menyinggungnya yang sudah dapat dipastikan tidak bisa memasak. Padahal salah besar!
"Daddy!"
"Eh Paula.." sapa Nyonya Rajasa dengan ramahnya. Ajaib! Gadis kecil seusia Fela itu tiba-tiba duduk di pangkuan mamanya. Sedekat apa sih mereka berdua?
"Ekhm!" Deheman Indira menyadarkan sang mama. Wanita itu tersenyum ke arah Indira seraya mengerlingkan sebelah matanya.
Mama berkata, "Paula Sayang. Kenalin..itu Tante Indira. Cantik 'kan?"
"Cantik! Seperti mama ya Daddy?" tanya si kecil dengan polosnya. Sedangkan Regar tersenyum canggung saat ini. Dalam hati Indira bersorak riang. Mampus!
"Jangan Tante dong Ma! Indira 'kan masih muda. Panggil Kakak saja ya Paula Cantik!" ucap Indira dengan mengerlingkan matanya. Paula hanya manggut-manggut saja dibuatnya.
Acara makan malam sialan itu akhirnya berakhir juga. Indira langsung masuk ke dalam kamarnya. Ia tak mau ikut mengantar Regar dan putrinya hingga luar. Cih! Kurang kerjaan.
Tetapi diam-diam Indira mengamati mereka semua dari jendela kamarnya. Terlihat jelas Paula dan Regar berpamitan dengan mencium tangan mama papanya. "Sok sopan! Padahal diam-diam suka ngejek."
Indira masih kesal akibat ulah Regar yang sok-sok-an bertanya namun seolah mengejek kemampuan Indira tadi. Perihal masak-memasak hingga pekerjaan rumah memang kerap membuat Indira naik darah. Ia tidak mengerjakan semua itu bukan berarti tidak bisa atau pun malas. Hanya saja di rumah ini sudah banyak mempekerjakan para pelayan. Lantas untuk apa membayar mereka jika pekerjaan rumah Indira yang mengerjakan?
Ketika tengah asyik mengawasi Regar dan Paula. Tiba-tiba gadis kecil itu berteriak, "d**a Kakak Cantik!!"
Menelan salivanya sendiri, Indira langsung membalikkan badannya. Apa-apaan sih? Kenapa mata si kecil itu begitu jeli? Aisshh..tempat persembunyiannya terungkap. Semua orang menatap ke arah kamarnya yang berada di lantai dua itu.
Beberapa saat kemudian, mama masuk ke dalam kamar dengan wajah yang sudah bermasker. Seperti biasa, wanita paruh baya itu masih sangat rajin untuk maskeran. Sekedar merawat wajahnya agar mengurangi penuaan dini. "Ra.."
"Hm."
"Ra?"
"Apa sih Ma!?" Indira yang tadinya tengkurap di ranjangnya dengan memainkan ponsel. Kini mengubah posisinya menjadi duduk.
"Kamu tertarik ya sama Regar?"
"Ha!?" Kedua bola mata Indira membulat sempurna. Melotot hingga urat-uratnya sedikit terlihat.
Mama mengangguk, "iya. Jujur aja sama Mama. Tenang..cuma rahasia sesama perempuan. Papah nggak akan tahu. Ayo cerita sama Mama!"
Indira menunjukkan raut wajah ketidaksukaannya. Sebenarnya semua ini apa!? Mengapa lelaki yang ia stalk tiba-tiba kebetulan datang ke rumah dan makan malam? Apakah semua ini direncanakan? Indira menaruh rasa curiganya pada sang mama.
"Ma?"
"Ya?" Kedua bola mata wanita itu berbinar. Menunggu ucapan putrinya. Akhirnya Indira mau untuk mengaku dan curhat kepadanya.
Indira bertanya, "Mama sengaja ya? Indira tadi cuma iseng-iseng stalker aja kok Ma. Ngapain sih Mama ajak Om-Om itu makan malam di sini?"
Nyonya Rajasa terhenyak mendengar pertanyaan Indira. Memangnya siapa yang sengaja? Semua ini sungguh kebetulan. Mama pun akhirnya menceritakan awal mula terjadinya hubungan bisnis bersama kawan dari Satya itu. Hingga berujung makan malam sialan ini.
"Kok bisa kebetulan gitu ya Ma?" tanya Indira setelah mendengar cerita panjang lebar sang mama. Sedangkan Nyonya Rajasa hanya mengendikkan bahunya tanda tak mengerti.
Wanita paruh baya itu bangkit dari duduknya. Berjalan ke pintu kamar Indira. "Mungkin jodoh! Kalau kamu suka, pepet terus Ra! Jangan kasih kendor!" ujar mama sebelum beranjak dari kamar Indira.
Indira yang kesal pun melempar bantalnya ke arah pintu.
"Jodoh-jodoh! Apaan sih!? Masa iya sama duda-duda!? Yang benar aja Ma!?" teriak Indira.
***