Gagal?

1210 Kata
                “Di rumah ini gak ada pembantu?” Tanya Celine ketika berhasil menginjakan kaki di rumah pria itu. ada banyak sekali piagam penghargaan di mana-mana, menandakan keluarga mereka begitu tertarik dengan dunia pendidikan, di dinding ruang tamu, terpampang jelas foto keluarga mereka, tiga pria muda, satu pria tua seumuran dengan papa nya, dan satu lagi wanita paruh baya, yang Celine tahu, itu adalah tante Wika.                 “Ada, tapi tinggal nya tidak di sini. Datang nya kalau pagi saja, mereka pulang sore.” Jawab Al. pria itu merapihkan sepatunya, menyimpannya dengan rapih di rak sepatu. Kaos kaki yang tadi ia pakai, ia simpan di keranjak kecil yang terletak di samping rak sepatu, yang Celine yakini bahwa keranjang tersebut merupakan keranjang kaos kaki kotor.                 “Yang lain kemana? Papa kamu mana mas? Kakak kamu? Atau siapa kek gitu.” Tanya Celine lagi.                 “Bapak masih di Kalimantan, Bang Fathur punya apartement sendiri lebih dekat dari rumah sakit, pulang nya semau dia saja. Di sini yang tinggal Cuma kami saja, tidak ada orang lain. Nambah kamu, kalau kita sudah menikah.” Jawab Al dengan seenaknya saja. Celine menggerutu kesal, karena Al masih saja membahas hal tersebut.                 “Ayo, kita ke ruang televisi. Kamu tunggu di sana, saya mau mandi dulu.” Ucap Al. Celine mengikut di belakangnya, duduk di ruang keluarga, sesuai dengan instruksi yang Al berikan. Setelah memastikan bahwa Celine duduk dengan nyaman di sana, baru lah Al beranjak dari ruang televisi, menuju kamar nya.                 But who’s know that Celine is an Evil? Gadis itu menghitung waktu di jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Sudah sepuluh menit Al berada di kamarnya. Celine berdiri, mematikan televisi, lalu berjalan menuju sebuah ruangan tempat di mana Al masuk tadi, Celine menyelinap ke dalam kamar tersebut, kamar dengan nuansa monokrom, dengan kasur King size, sofa panjang di samping nya, meja kerja, televisi, dan lemari besar yang membentang menutupi seperempat dinding kamar. Terdengar bunyi gemericik air dari dalam kamar mandi. Celine tahu, ini saatnya ia beraksi. Awal nya Celine agak sedikit ragu dengan apa yang ia akan lakukan, namun, ia kembali bertekad setidaknya untuk menyelamatkan dirinya dari perjodohan konyol itu.                 Celine naik ke atas kasur milik pria itu, menyibak rok mini yang ia kenakan agar menampilkan sebagian dari paha mulus nya, menunggu pria itu keluar dari kamar mandi sembari menonton film Fifty Shades Darker di televisi. Lima belas menit berlalu, akhir nya suara gemericik air dari kamar mandi berhenti, Celine tentu saja degdegan menunggu Al keluar dari pintu tersebut. Dan benar saja, tidak lama kemudian, pria yang berstatus sebagai orang yang di jodohkan dengannya itu, keluar dari kamar mandi, dengan sebuah balutan  handuk tipis yang hanya menutupi bagian pinggang hingga paha nya saja.                 “Celine?! Ngapain kamu di sini!?” Ucap Al dengan panik, ia berusaha meraih segala sesuatu yang ada di dekatnya agar ia tidak terlihat polos di hadapan Celine, namun gagal, untung saja saklar lampu berada di dekatnya, sehingga Al buru-buru mematikan lampu di kamarnya, setidaknya Celine tidak dapat melihat bagian tubuh nya yang bahkan masih dosa jika Celine lihat sekarang.                 “Yah kok di matiin sih? oh Mas suka main kalau kamarnya gelap ya?” Ucap Celine dengan nakal. Walau gelap, Celine tetap melancarkan aksi nya. Tanpa melihat pun Celine sudah dapat menangkap Al yang kini berdiri di depan lemari, tidak ada handuk yang melilit di pinggang pria itu, sebab sudah tergantikan dengan Celan pendek. Tangan Celine mulai meraba d**a bidang milik pria itu, namun Al segera menepis tangan Celine dengan kasar, ia memang mau dengan Celine, tapi jika begini caranya, ia tidak bisa, Celine terlalu luar biasa untuk nya yang biasa saja.                 Celine tersenyum dalam hati, ia menyalakan lampu dengan sekali ketukan saja. Kini Al sudah berdiri di hadapannya dengan celana abu-abu tipis, selutut dan baju kaos yang bahkan terbalik, karena ia pakai dalam keadaan yang begitu gelap.                 “Celine… keluar.” Ucap Al dengan suara pelan, ia masih berdebar, tentu saja, apa yang Celine lakukan saat ini lebih jauh dari apa yang gadis itu lakukan saat di hotel, namun Celine tetap tersenyum nakal, ia menatap Al dengan tatapannya yang menggoda, bukannya menuruti perintah pria itu, Celine malah berjalan menuju kasur, tanpa rasa bersalah.                 “Tadi kamu bilang, kamu bakal ngelakuin apa aja. Kamu bakal terima aku apa adanya, right? Mas… look at me. Ini aku yang sebenarnya.” Ucap Celine dengan kerlingan mata nya yang menggoda. Mendengar jawaban itu, Al menarik napas panjang lalu mendekati Celine. Ternyata Celine tidak se gampang yang ada di pikirannya. Selama ini pikiran Al terus berfokus bahwa Celine lama kelamaan akan berubah, tetapi melihat pemandangan di depannya, membuat Al ingin menarik kata-kata nya lagi.                 “Celine… ayo keluar. Kamu mau apa di sini? Kita belum boleh berdua di kamar, kamu apalagi saya belum boleh melihat apa yang belum bisa kita lihat. Ayo keluar, saya tau, kamu begini karena kamu berusaha terlihat buruk bukan, di mata saya? Ayo keluar, saya janji setelah ini, saya akan bersikap seolah tidak ada apa-apa.” Ucap Al. ia berusaha berbicara se lembut mungkin kepada Celine, namun gadis itu masih tetap berada pada posisi nya. Tanggung . pikir Celine, ia sudah terlanjur jauh, lagi pula ia belum berada di titik tengah rencana nya, yang pasti setelah ini akan membuat Al tidak akan mau melihat wajah Celine lagi.                 “Cel-” Belum sempat Al berbicara, Celine sudah menarik pria itu hingga terjatuh di atas kasur, dengan gerakan cepat, Celine beralih posisi, berada di atas badan pria itu. dengan buas nya, Celine melumat bibir Al tanpa peduli dengan penolakan pria itu, berkali-kali Al menolak, namun Celine semakin berani, ia semakin melancarkan aksi nya. Malu nya, sudah tidak ada. di kepala Celine hanya cara itulah yang bisa membuat Al mundur dari perjodohan tersebut.                 “Kamu ngehindarin ini kan? Ini yang kamu dapat kalau kamu ngotot mau sama aku.” ucap Celine, dengan senyum licik di wajah nya. Lipstik yang sejak tadi bertahan di bibir nya kini sudah hilang. Tidak peduli dengan first kiss nya yang sudah hilang, yang jelas, Celine merasa bahwa ia lah pemenangnya, setelah ini Al pasti akan risih terhadap diri nya.                 Sebagai laki-laki normal tentu saja, ada hasrat dalam diri Al ketika melihat Celine seperti itu, dalam sekejap ia membuat Celine berada di bawah nya, mencumbu habis bibir gadis itu, perlahan turun ke leher hingga membuat Celine sadar, bahwa tidak seharus nya Al yang mengendalikan permainannya itu. Celine berusaha memberontak, namun Al jauh lebih kuat daripada dirinya, dengan satu kali tarikan, kaitan baju nya mulai terlepas, Al memutar badan Celine hingga memperlihatkan punggung mulus milik gadis itu, saat ingin membuka kaitan terakhir di tubuh bagian atas milik Celine, Al langsung tersadar, ia menjauhkan tubuh nya dari tubuh Celine. Ia sadar, mereka sudah terlalu jauh.                 “Celine… maaf. Sudah ya?. Mau bagaimanapun usaha kamu untuk membuat saya mundur, saya akan tetap menikahi kamu. Pegang janji saya, sekarang, pakai baju kamu yang benar, ayo nonton film, atau saya antar kamu pulang?” Balas Al. ia berdiri, menggeser tubuh Celine dari pangkuannya, ia bahkan memperbaiki baju Celine yang sudah hampir terlepas dari badan gadis itu karena ulah nya. Sementara Celine masih memasag ekspresi yang sama, tetap datar.                 “Ayo, cantik. Kita makan dulu baru pulang.” Balas Al dengan tatapan teduh, seakan tidak ada yang terjadi di antara keduanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN