Baju Couple (1)

1079 Kata
                “Mas kalau kamu sibuk, kamu gak u-” Ucapan Celine terpotong tepat ketika Al menginjak rem mobil nya, mereka sedang berhenti karena traffict light sedang menyala, Al menatap Celine dengan senyum nya.                 “Saya pastikan saya sendiri yang akan mengantar dan menjemput kamu. Saya sudah berjanji Celine.” Balas pria itu. Celine sadar bahwa akhir-akhir ini, Al memang lebih sering tersenyum di bandingkan kemarin-kemarin.                 “Tentang perjamuan makan malam keluarga… kira-kira kapan mas?” Tanya Celine.                 “Hmm itu saya juga tidak tahu Celine, kenapa? Tumben kamu tertarik untuk membicarakan ini.” Ucap Al.                 “Kayaknya lucu, kalau kita pakai baju yang senada.” Balas Celine, dengan suara yang pelan. Malu-malu. Sebenarnya bukan karena Al sudah menyelamatkan nyawanya lantas ia berbaik hati dengan pria itu, ia hanya tertarik melihat satu baju couple yang tiba-tiba muncul di laman i********: nya, baju mewah yang akan membuat Celine dan Al nampak sangat menarik ketika memakai baju itu.                 “Loh? Kamu serius? Ini bukan karena kamu mau balas budi dengan saya kan? Saya ikhlas Celine, lagian sudah kewajiban saya untuk menjaga kamu.” Balas Al.                 “Iya, aku tau, aku cuma pengen aja, kalau kamu gak mau, ya yaudah.” Jawab Celine. Al mengusap lembut pucuk kepala gadis itu, di samping sebelah tangannya memegang stir mobil. “Saya mau, apapun yang kamu mau, sebisa mungkin saya akan turuti semuanya, selagi saya bisa, dan selagi saya mampu.” *****                 “Hari ini sepi ya.” Ucap Dokter Henri, rekan kerja sekaligus teman Al sekampus selama ia menuntut ilmu kedokterannya.                 “Hust bau.” Jawab Al, ia terlihat tersenyum menatap ponsel nya, entah apa yang membuat nya terus fokus kepada benda kecil itu hingga mengabaikan keberadaan Henri yang entah datang dari mana, padahal ia sedang tidak shift pagi.                 “Lo punya cewe?” Tanya Henri. Al menggeleng. “Calon istri.” Jawab nya sembari menunjukan foto Celine yang ia lihat di laman i********: gadis itu. Henri hampir saja berteriak ketika melihat siapa Calon Istri dari pria itu, Celine Elena, si gadis yang pernah membuat Henri sampai tidak bisa tidur hanya karena mencari tahu siapa namanya.                 “Celine Elena? Dia yang selalu datang ngewakilin kantor nya kan? Yang gak pernah senyum tapi cantik banget? calon istri apaan dah? Ngaco lo ya? Bukannya setahun yang lalu dia masih punya pacar?” Tanya Henri dengan begitu semangat, tentu saja ia kaget, Celine adalah incaran banyak laki-laki, selain karena ia cantik, kecerdasan dan keanggunannya juga menarik perhatian, membuatnya ia sangat sulit di gapai.                 “Iya, dia. Itu kan setahun yang lalu, sekarang sudah beda. Dia calon istri saya sekarang.” Jawab Al, mendengar Celine di puji seperti itu dia jadi bangga sendiri, ia seakan memenangkan sesuatu yang bahkan orang lain sulit mendapatkannya, ya walau ia juga mendapatkan Celine dengan cara yang susah walau sudah di bantu oleh orang tua nya.                 “Kok bisa bro? lah! Lo diam-diam nyuri start ya?” Ucap Henri. Al menggeleng “Ya karena bisa. Sudahlah, nanti kamu datang saja di hari H nya.” Jawab Al, ia menarik ponsel nya dari tangan Henri, kemudian menyimpannya kembali ke saku.                 “Saudaranya kayaknya masih belum punya pacar, kamu tau Cena? Celena yang seangkatan sama Ferdi, dia kakak Celine, mereka kembar, selisih beberapa menit. Tapi tidak identik.” Sambung Al.                 “Hah? Yang Dokter yang selalu jaga di UGD kan? Yang jilbab nya panjang. Serius saudara kembarnya Celine? Kok gua baru tau? Gua dari mana aja? Kok lu baru bilang sih, tapi emang sih gak mirip sama Celine, tampilannya aja beda, gaya bicaranya, semua-semuanya gak sama. Baru tau.” Ucap Henri.                 “Sudah Hen, kamu malah jadi membicarakan calon istri saya, kamu ngapain di sini? Bukannya kamu tidak ada shift pagi bulan ini?” Tanya Al.                 “Gantiin Hendra, ada acara katanya, nanti dia gantiin shift malam.” Jawab Henri. Al mengangguk, lalu mereka melanjutkan pembicaraan mereka terkait pasien yang sedang mereka hadapi akhir-akhir ini, rasanya Al sudah lama tidak berbincang dengan para rekan sejawatnya karena kesibukan mereka masing-masing akhir-akhir ini.                 Hari itu pasien sedang tidak banyak, Al bisa pulang tepat waktu. Menyandang gelar dokter spesialis sebenarnya bisa saja membuat Al membuka tempat praktik sendiri, hanya saja entah mengapa ia lebih mau menghabiskan banyak waktunya di rumah sakit untuk menolong lebih banyak orang yang datang berobat secara gratis di banding membuka praktek sendiri untuk mendapatkan keuntungan, memang Al bisa saja menggartiskan seseorang jika membuka praktek, namun Al tetap pada pendiriannya, ia masih mau mengabdi di rumah sakit itu lebih lama lagi.                 “Saya duluan.” Ucap Al, ia buru-buru berjalan ke tempat parkir, sudah hampir jam lima dan ia tidak ingin membuat Celine menunggu lebih lama. Untung saja jalanan sore itu masih cukup lenggang hingga ia bisa sampai tepat waktu saat Celine juga baru saja berjalan keluar dari gedung kantor nya. Melihat mobil Al terparkir rapih di parkiran kantor, membuat Celine bergegas berjalan ke sana, menemui pria yang selama beberapa waktu kedepan akan terus berangkat dan pulang bersama nya.                 “Hai.” Ucap Celine, ketika ia baru saja duduk di samping kursi kemudi, ia sibuk mengarahkan pendingin mobil ke arah wajah nya, Jakarta hari  itu memang terasa panas sekali.                 “Saya kira saya sudah terlambat jemput kamu.” Balas Al.                 “Telat juga gak apa-apa kok, aku bisa nunggu, lagian pasien mu juga pasti butuh banget sama kamu.” Balas Celine.                 “Hari ini sedang sepi Celine.” Jawab Al. Celine mengangguk.                 “Hari ini mau makan apa?” Tanya pria itu.                 “Apa ya? Gak tau, enaknya apa? kemarin makan Bakso enak karena hujan, berarti karena sekarang panas, enaknya makan yang segar-segar. Kita beli ice cream McD yuk!” Ucap Celine dengan penuh semangat, Al senang, setidaknya gadis itu sudah bisa lebih ekspresif ketika bersamanya, Celine sudah jarang terlihat kesal, padahal sebelum-sebelum nya ia selalu terlihat kesal ketika sedang bersama Al.                 “Anything you wish.” Balas Al. Al jadi teringat dengan perbincangan mereka berdua pagi tadi, tentang baju senada yang di bicarakan Celine, Al ingin membahasnya, namun ia juga sedikit ragu, takut-takut Celine menganggap nya terlalu berlebihan.                 “Celine soal-”                 “Mas yang a-” Keduanya saling bertatapan ketika mereka tidak sengaja berbicara bersamaan. “Kamu duluan.” Sambung Al.                 “Aah… soal baju yang aku bilang pagi tadi, udah aku pesan, nanti aku kasih ke kamu ya kalau udah sampai, semoga cocok.” Ucap Celine. Al lagi-lagi tersenyum, ia suka sekali setiap kali Celine berinisiatif duluan tentang mereka, andai saja, sikap Celine bisa selamanya seperti ini.                 “Terimakasih Celine.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN