Tragedi kunci yang hilang (2)

1198 Kata
                “Assalamualaikum.” Suara pria itu terdengar samar-samar di telinga sang pemilik rumah. Mia buru-buru keluar, menyapa tamu nya. Mia sedikit terkejut ketika melihat kedatangan Al yang sudah rapih dengan kemeja serta jas nya di tangan kiri.                 “Masuk nak, astaga Al. ibu kira siapa. Sudah sarapan? Ayo sarapan bareng.” Ucap Mia. Ia berjalan mendahului Al, menyiapkan kursi untuk calon menantunya itu. Cena tentu saja kaget, melihat kedatangan Al yang secara tiba-tiba. Padahal semalam, ia belum sempat untuk meminta Al datang menjemput nya.                 “Jemput Cena ya? Mobil Cena udah bagus itu, tadi orang bengkelnya barusan pulang abis anter mobilnya Cena.” Ucap Mia sembari menyiapkan piring untuk Al.                 “Jemput Celine bu. Katanya kunci mobil nya hilang, kasihan kalau dia terlambat ke kantor.” Ucap Al dengan senyum merekah di bibir nya. Entah kenapa ia seperti tidak bisa megendalikan senyum nya setiap kali menyebut nama Celine, aura gadis itu sungguh membawa energi positif untuk Al.                 “Oalah, iya dari tadi dia tuh gak turun-turun Cuma buat nyariin kunci nya. Padahal udah telat tapi dia belum sarapan Cuma buat kunci mobil nya.” Jawab wanita paruh baya itu. tidak lama kemudian Celine muncul dengan tas di tangannya, ia tersenyum menatap Al lalu duduk di samping Cena agar bisa berhadapan dengan pria itu.                 “Thanks ya. Aku jadi gak enak.” Balas Celine sembari memilih mengoleskan selai strawberry di atas roti yang akan ia bawa menuju kantor.                 “Yuk mas. Udah telat nih.” Ucap Celine. Al mengangguk, ia mengambil roti di piringnya yang bahkan belum sempat ia habiskan karena Celine sudah minta untuk berangkat.                 “Sarapannya mas mu bahkan belum habis loh cel…” Tegur Mia kepada putri nya.                 “Gak apa-apa bu, nanti bisa di makan di mobil.” Jawab Al. ia mencium tangan Mia dan Haru bergantian setelah Celine, seraya pamit untuk berangkat bersama dengan gadis itu.                 Di mobil keadaan begitu hening, hanya terdengar lantunan lagu dari tape mobil pria itu, Celine masih grasa grusu dengan tas nya, berusaha mencari kunci mobil yang membuat nya kembali harus merepotkan orang lain hari ini.                                “s**t. Ini dia nih.” Desis Celine ketika menemukan kunci mobil yang sejak tadi ia cari di sebuah gulungan tissue di tas nya. Seketika ia jadi ingat, kemarin ia sempat makan kuaci dan mengambil beberapa lembar tissue untuk kulit kuaci tersebut, namun sepertinya kebodohanya melampaui batas, bukannya membuang kulit kuaci itu di tissue, malah ia menggulung kunci mobil nya dengan tissue tersebut.                 “Udah nemu? Kok bisa di situ?” Tanya Al, yang sesekali melirik ke arah Celine.                 “Iya mas, aku ini yang salah ingat. Duhh maaf ya jadi ngerepotin. Oh iya, tapi tadi kenapa sih tumben nge chat pagi-pagi?” Tanya Celine. Tentu saja ia penasaran, Dokter kaku itu bahkan sampai mengiriminya pesan hingga tiga kali sebelum ia membalas nya, aneh, tidak biasanya Al begitu.                 “Hmm. Saya pengen ngajakin sarapan bareng di tempat kesukaan kamu.” Jawab Al.                 “Di starbucks?”                 “Iya.” Mendengar jawaban Al barusan, Celine jadi bingung sendiri.  Ada apa dengan mereka? Kenapa mereka jadi tiba-tiba terasa seperti anak ABG yang sedang melakukan PDKT ? Celine jadi super merasa tidak enak kepada Al, terlebih karena semalam ia bertingkah begitu kasar di hadapan pria itu.                 “Kok? Kenapa gak sama Cena aja? Kan se-kantor? Sama aku kan jadi jauh banget juga muter nya.” Tanya Celine, lagi. Mendengar pertanyaan Celine, membuat Al jadi tidak tahu harus menjawab apa, pria itu memelankan laju kendaraannya, sembari berpikir jawaban apa yang harus ia berikan kepada Celine.                 “Memangnya kalau sama kamu kenapa?” Balas Al.                 “Ya gak apa-apa sih. Mas nanya mulu kayak Dora.” Jawab Celine. Kotak bekal di tangan Celine, kini berpindah ke dashboard mobil milik Al. melihat kebaikan pria itu membuat Celine ingin membalas Al namun tidak tahu harus dengan cara apa.                 “Buat kamu mas.” Ucap Celine ketika mobil Al berhenti di parkiran kantor Celine.                 “Kamu aja yang makan, kamu belum sempat sarapan. Tadi saya udah sarapan di rumah, sama makan roti juga di rumah kamu.”                 “Nggak, kamu aja. Gampang aku mah. By the way makasih ya.” Ucap Celine. Entah kenapa, hari ini Celine terlihat jauh lebih kalem dari biasanya, tutur bahasanya terkesan jauh lebih sopan di banding semalam ia bertemu dengan Al. Al ingin bertanya, namun ngeri kalau tiba-tiba Celine berulah lagi pagi-pagi.                 “Nanti sore, saya jemput lagi.” Ucap Al sebelum Celine turun dan menutup pintu mobil.                 “Kalau kamu sibuk, gak usah. Nanti malem juga aku ada pa-”                 “Saya yang antar.” Balas Al. ia bahkan sudah tahu kata apa yang selanjutnya akan Celine sebut. Al paling tidak suka dengan yang namanya Party, namun entah kenapa Celine membuat nya merasa harus menjaga gadis itu, ya walaupun Celine tidak minta. Al bahkan rela mengurangi waktu tidur nya hanya untuk mengantar dan menunggu Celine di tempat party nya, hanya untuk memastikan bahwa Celine aman.                 “Nggak usah, bakal lama, bakal sampai pagi. Besok kan sabtu.” Balas Celine.                 “Saya tidak menerima penolakan Celine Elena Hartanuwidjaya. Sampai ketemu nanti sore.” Balas Al setelah Celine menutup pintu mobil pria itu. Dari kejauhan, Al masih bisa melihat Celine berdiri, sembari menatapnya hingga perlahan mobil nya tidak terlihat di mata gadis itu. Al melirik kotak bekal milik Celine di dashboard mobil, gadis itu ternyata perhatian juga. Pikir Al.                 Keadaan rumah sakit terbilang cukup sepi di penghujung hari kerja, biasanya hari-hari seperti ini, rumah sakit akan ramai di datangi oleh para pekerja yang tiba-tiba sakit setelah bekerja selama seminggu di kantor. Sebelum pulang, Al mengecek jadwal nya untuk satu minggu ke depan, berharap dapat shift pagi agar malam ia dapat memantau Celine sepenuh nya.                 “Mas Al…” Ucap seseorang dari belakang. Seorang gadis dengan jas dokter, serta jilbab yang menutupi aurat nya. Cena, berdiri di belakang Al sembari memegang beberapa dokumen pasien milik nya. Al berbalik, menyapa Cena dengan senyum tipis.                 “Iya.” Ucap pria itu. Cena diam, namun ia mendekat ke arah Al, melihat daftar nama dari jadwal dokter yang akan bertugas minggu depan. Cena dapat menemukan nama Al dalam sepersekian detik sebab, berdekatan dengan nama nya. Cena memang belum menyandang status sebagai dokter spesialis seperti pria di samping nya itu, namun status nya sebagai dokter umum juga sering kali mendapat jadwal yang sama dengan para dokter spesialis di rumah sakit tempat mereka kerja. “Tukar sama Dokter Alif, Mas?” Tanya Cena, suaranya sangat pelan bahkan hampir tak terdengar oleh Al. “Tidak, sudah tiga bulan saya jaga malam, memang sudah waktunya di rolling.” Jawab Al. “Oh begitu, kebetulan jadwal jaga kita sama. Saya juga dapat jawal pagi sampai sore.” Balas Cena. Al diam, jika sudah begini, ia sudah tidak tahu harus jawab apa, Ia mengangguk dan tersenyum tipis. Sungguh, sangat canggung. “Cena, kalau begitu, saya duluan ya, sepertinya Celine juga sudah pulang.” Ucap Al. ia melepas Jas Dokter nya, dengan alih-alih merapihkan benda itu sebelum berjalan menuju parkiran. Raut wajah Cena seketika berubah mendengar ucapan Al barusan. “Celine?” Tanya gadis itu.                 “Iya, saya sudah janji mau jemput. Kalau begitu, saya duluan.” Jawab Al, yang langsung pergi tanpa menunggu balasan dari Cena.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN