25. Telepon Pagi Hari

1433 Kata

“Mas Iqbal ke mana, sih?” Sudah lebih dari sepuluh kali aku mencoba menghubunginya, tetapi nomornya tetap tidak aktif. Jangan tanya tentang pesan, aku sudah mengirimnya puluhan kali. Mungkin tiap lima menit sekali aku mengirim pesan sekalipun hanya memanggil saja. Berharap centang satu itu berubah jadi centang dua, kalau perlu sekalian jadi centang biru. Aku melirik jam dinding, saat ini jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Mas Iqbal belum juga ada tanda-tanda akan pulang. Aku bingung harus mencarinya ke mana. Aku tidak mungkin menelepon Ibu atau Mama karena itu bisa menimbulkan masalah baru. Lagipula, kalau Mas Iqbal di sana tanpa aku pasti mereka sudah meneleponku dan bertanya kenapa aku tak ikut serta. Orang tua kami selalu menjadi pihak yang cepat khawatir kalau ada apa-apa

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN