26. Tentang Iqbal

2007 Kata

“Bu Naya mau ke mana kok jam segini sudah berkemas?” tanya Bu Anita siang itu ketika melihatku berkemas. Aku tersenyum. Tidak mungkin aku bilang akan bertemu suaminya. “Mau ada urusan di luar sebentar, Bu.” Aku menjawab sembari terus lanjut membereskan meja yang masih penuh dengan tumpukan kertas. “Udah habis jam ngajarnya?” “Sudah, Bu. Hari ini saya cuma ngajar pagi. Itu pun yang satu kuliah pengganti.” Bu Anita megangguk. “Oke, oke.” Kulihat Pak Arvin menatapku dari mejanya. Begitu dia tersenyum, mau tak mau aku juga ikut tesenyum. Aku menangkap ada keanehan dari senyumnya itu, entah apa. Bicara Pak Arvin, aku mungkin pernah berpikir untuk menerimanya dan meninggalkan Mas Iqbal. Namun, sekarang tidak lagi. Perasaan itu kembali goyah. Hati manusia memang sangat dinamis, mudah

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN