24 Secercah Fakta

2347 Kata

“Semoga berhasil, Ainaya Nishfi Dhananjaya.” Kalimat itu masih saja terngiang jelas di kepalaku. Air mataku luruh sejadi-jadinya. Aku menangis di mobil lama sekali sampai rasanya air mataku sebentar lagi akan kering. Beginikah akhirnya? Pernikahanku harus kandas bahkan di saat belum genap satu tahun? Aku mengusap air mataku dengan tisu yang tersedia di mobil Ola. Napasku masih tersendat-sendat, tetapi aku mencoba untuk terus menetralkannya. Kutoleh bangku taman yang tadi diduduki Mas Iqbal. Entah kenapa, aku merasa lega, tetapi sakit dan hampa di saat yang sama. Aku merasa kosong. Drrrt! Tiba-tiba ponselku bergetar panjang. Ola meneleponku. Dia pasti khawatir. “Hallo?” sapaku lirih, hampir tak terdengar. “Gimana, Nay?” “K-kamu bisa ke sini naik o-ojol, La? Aku e-enggak kuat

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN