19. Panggilan Tak Terduga

2573 Kata

“Aku enggak bisa, Mas,” tolakku halus sembari melepas tanganku dari genggaman tangan Mas Iqbal. Aku tersenyum, lalu melanjutkan acara membereskan mangkuk kotor. “Mas Iqbal kalau udah ngantuk, langsung ke kamar aja. Mangkoknya biar aku yang beresin semua.” Sebenarnya aku mendadak teringat saran dari Ola perihal aku yang harus menyatakan perasaan sebelum terlambat, tetapi nyatanya nyaliku benar-benar ciut untuk yang satu ini. Rasanya benar-benar sulit untuk memulai lebih dulu. Apalagi aku juga belum menemukan momen yang tepat. Pasti akan sangat aneh kalau tiba-tiba aku menyatakan perasaan. Bagi sebagian perempuan, mereka memilih untuk berani menyatakan perasaan lebih dulu. Aku salut dengan mereka yang bisa seperti itu. Namun, aku tidak bisa meniru. Gengsiku benar-benar hampir menyentuh lan

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN