27. Pernyataan Cinta

1909 Kata

Sepulang dari rumah sakit aku masih harus ke kampus karena ada beberapa pekerjaan yang wajib kuselesaikan. Lagipula, buat apa juga aku pulang cepat kalau Mas Iqbal tidak ada di rumah. Sepi sekali rumah sebesar itu dihuni sendiri. “Urusannya sudah selesai, Bu?” tanya Pak Arvin sembari meletakkan spidol permanen yang sempat dia pinjam untuk menamai papan kayu. “Sudah, Pak.” Daripada kembali ke mejanya, Pak Arvin ternyata lebih memilih untuk duduk di kursi Pak Adil. Aku menatapnya bingung. “Ada apa, Pak?” Dia mengedarkan pandangan ke seluruh ruang dosen, lalu kembali menatapku. Di ruang ini hanya ada kami berdua. “Maaf, Bu, sebelumnya ....” “Iya, ada apa, Pak?” “Saya melihat Bu Naya keluar dari Pengadilan Agama beberapa hari yang lalu.” Aduh! Ketahuan! “A-ah, itu ...” Aku mering

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN