Poreflay

1434 Kata
Steve dengan secepat kilat membopong tubuh Luisa sembari mengetatkan rahangnya dengan keras ketika melihat kondisi wanita yang pernah dia tiduri seperti ini. Sudah dia tebak wanita tersebut tidak akan mampu untuk menjaga dirinya sendiri apalagi posisinya saat ini sedang jauh dari lingkungan keluarga dan tidak ada satupun kerabat yang Luisa kenal selain teman-teman laknatnya. Entah bagaimana ceritanya juga wanita tersebut bisa berada di tempat asing ini ?. Tidak tahu mungkin Luisa bisa datang kesini karena dia kabur dari rumah ? Atau mungkin juga atas suruhan dari Alex tapi satu hal yang pasti, Steve benar-benar marah dengan kelakuan Luisa yang sama sekali tidak bisa menjaga dirinya dari tipu daya laki-laki. Bahkan tadi ketika dia memukul telak rahang orang yang hendak membawa paksa tubuh Luisa. Orang tersebut mengatakan dengan jelas, jika dia datang kemari atas kemauan dari wanita tersebut sendiri. Tidak ada unsur paksaan. Tidak ada unsur tipu-menipu. Mereka murni sedang bersenang-senang, di perkuat oleh keterdiaman Luisa yang bukannya saat itu mengelak malah mendesah pelan ketika Steve tidak sengaja bersentuhan dengan kulitnya. "Aghkhgkhhh,... Om." Cicit Luisa. Ketika kaki panjang Steve tidak kunjung datang kedalam kamar hotel yang sebelumnya dia tinggali. Steve menggeram. "f**k you Luisa. s**t. Damn." Umpatnya. Tangan kecil Luisa semakin mencengkram kuat bagian depan kerah kemeja Steve yang kebetulan sedang terbuka. Kini mereka berdua sedang berjalan menuju kamar hotel. Steve juga tidak ada pilihan lain selain membawa wanita tersebut masuk kedalam kamar hotelnya daripada dia membiarkan orang yang katanya teman dekat Luisa apalagi membawanya pada pihak rumah sakit yang takutnya bukannya menyelesaikan masalah malah jadi memperumit masalah. Beruntung kondisi di sana juga sedang tidak ada orang satupun. Meskipun sebenarnya, ada ataupun tidak ada juga tidak akan mempengaruhi. Tapi untuk pertama kalinya, Steve benar-benar peduli dengan nama baik seorang wanita. Dia takut semua orang yang melihat akan beranggapan buruk terhadap Luisa. Jika kondisinya wajar mungkin Steve tidak akan begitu terpengaruh, tapi kali ini Luisa sedang tidak dalam kondisi baik-baik saja. Tangannya terus bergerilya. Steve dengan sangat susah payah menahan dirinya. Dia membuka pintu kamar dengan menggunakan satu tangan. Begitu pandangannya sudah melihat ranjang dan juga beberapa pernak pernik yang menunjukan itu adalah sebuah kamar. Luisa langsung melompat dari dalam pelukan Steve. "Panas om." Dengan gerakan lincah dia melucuti gaunnya hanya menyisakan dalaman dan juga celana super pendek yang menutupi tubuh Luisa. Steve juga tidak terlalu aneh jika Luisa melakukan hal tersebut mengingat kondisinya yang seperti itu. Tidak ingin terpengaruh seperti sebelum-sebelumnya dia memilih melangkahkan kakinya menuju kearah toilet. Steve menyiapkan air dingin untuk merendam Luisa. Belum sempat kakinya berbalik. Tangan mungil tersebut sudah kembali bersarang pada pundaknya. Luisa mencengkram kuat pundak lebar milik pria yang dulu sudah pernah mengambil hal paling berharga miliknya. "Ooom." Bedanya sekarang dia masih bisa mengontrol kesadarannya. Dia tahu saat ini yang sedang berhadapan dengannya adalah Steve bukannya orang lain. "Gak masalah kan kalo kita ngelakuinnya sekali lagi ? Toh dulu juga om yang udah ambil keperawanan Luisa." "Eugh,... Sakit. Om tolongin Luisa." Teriaknya benar-benar meruntuhkan harga dirinya. Tapi dia juga tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan ? Karena setahunya, cara paling ampuh untuk menghilangkan efek ini hanyalah dengan bercinta. Steve pernah melakukannya. Jadi Luisa pikir dia tidak akan masalah jika pria tersebut melakukannya sekali lagi ! Dan menolong Luisa dari ketersiksaan ini. Sementara yang diminta pertolongan hanya meloloskan pandangannya tidak mau lagi terjebak meskipun Luisa sendiri yang meminta disentuh olehnya. "Jangan ! Nanti kamu marah lagi, terus nuduh saya yang perkosa kamu kaya dulu." Karena sebenarnya mereka adalah bukan orang yang baru pertama kali saling kenal satu sama lain. Steve meruntuhkan tembok pemisah diantara mereka. Dia memakai bahasa yang sederhana dan mendorong Luisa agar perempuan tersebut duduk dan memasukan badannya kedalam bathtub. "Sementara, pake cara manual dulu ! Nanti kalau kurang efektif biar saya cari solusi yang lainnya." Tapi sepertinya perempuan tersebut tidak mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan oleh Steve. Rasa panas yang tadi menjalar sedikit berkurang menyerang tubuhnya, tapi setelah lama dirasakan sepertinya cara tersebut kurang efektif. Luisa kembali menggigit bibirnya dengan sensual. Karena dia tidak bisa mengendalikan nafsu yang menyerang pikirannya secara berlebih. Tangan mulusnya terpaksa menjadi sasaran gigitan Luisa agar bisa sedikit meredakan rasa sakit tersebut yang terus meracuni otaknya. "Auw." "LUISA." Teriak Steve begitu berbalik dia sudah melihat tangan tersebut berdarah dan ada bekas gigitan yang menancap di kulit mulus miliknya. Steve menurunkan tubuhnya untuk mengeluarkan Luisa dari dalam bathub. Sepertinya cara ini benar kurang efektif. Untuk sementara dia akan menyimpannya terlebih dahulu diatas ranjang sembari jemarinya terus berselancar mencari cara ampuh apa yang bisa menolong Luisa ? Paling tidak untuk meredakan rasa sakitnya. *** Edward menendang tong sangat kesal ketika dia gagal mendapatkan Luisa untuk dia gauli malam ini. Padahal tadi rencananya sedikit lagi akan berhasil. Jika tidak ada pria sok pahlawan yang menyelamatkan wanita tersebut dari pelukannya, mungkin saat ini semua dinding di kamarnya sudah menjadi saksi bisu, percintaan panas, antara dirinya dengan Luisa. Namun karena dia sudah terlanjur kesal, dan obat yang sama yang diminum oleh Luisa juga diminum olehnya. Edward mulai kehilangan kendalinya dan menginginkan seorang perempuan untuk menuntaskan hasratnya. Hingga selang beberapa menit pintu ruangannya dibuka oleh seseorang yang tadi ditugaskan oleh Edward untuk mencari wanita malam yang mampu melayani nafsunya. Seorang wanita dengan kisaran umur lebih tua tapi masih terlihat cantik diusianya memasuki ruangan milik Edward. Wanita tersebut langsung merangkulkan tangannya dileher Edward. Kemudian dengan nakal duduk diatas pangkuannya sembari mencium penuh napsu pria yang sudah membayarnya tersebut. "Eughghhhh,... Puaskan aku ! Wanitaku pergi diambil pria lain dan sekarang aku kepanasan karena kehilangan dia." Sambil mendesah sambil dia remas dengan kasar b****g sintal dari wanita yang ada diatas pangkuannya tersebut. Wanita dengan inisial L tersebut hanya tersenyum nakal sembari menurunkan wajahnya. "Tentu sayang. Bahkan sampai pagi pun aku siap menjadi b***k nafsumu." Erangnya karena saat dia bicara tangan Edward meremas kasar p******a indah yang membusung dibawah lututnya. Wanita tersebut menurunkan celana yang menghalangi pekerjaannya. Begitu keluar, dia tentu sudah sangat tahu, apa yang selanjutnya harus dia lakukan disusul dengan erangan Edward yang mengakui jika servis'an wanita tersebut sangat gila dan nikmat. "Akh. Terus ! f**k. Ternyata kau jalang yang profesional." Karena pujiannya tersebut bukan hanya pujian berupa buaian. Wanita tersebut semakin terlena dengan pujian yang diberikan oleh tuannya. Sehingga tanpa perlu banyak basa-basi lagi sang wanita tersebut sudah naik dan mulai mengangkangkan kakinya melalui sela-sela paha yang saat ini sudah sangat siap dimasukan miliknya kedalam lubang sempit milik wanita malam tersebut. *** "Eughh,..." "Akh,..." "Oooommmm,..." Suara-suara erotis, bukan hanya memenuhi dinding kamar Edward tapi juga dinding kamar Steve dan juga Luisa yang saat ini tengah bertempur sembari menyebutkan nama masing-masingnya saking dahsyatnya pertarungan mereka meskipun keduanya baru pertama kali lagi saling menyentuh setelah sekian lama memilih menepi mengurusi urusan mereka masing-masing. Entah kapan ? mereka juga tidak tahu awal mula percintaan tersebut dimulai. Namun yang pasti saat ini Steve tengah berdiri sambil mencium rakus bibir mungil milik Luisa. Tubuh putihnya sudah berlumuran dengan keringat. Dadanya terlihat naik turun, disertai gelengan kepalanya yang terlihat sangat gelisah ketika Steve dengan lihai menggerakkan lidahnya.. "Eugh,... Om, ampun. Enak, terus om." Desahnya mulai tidak tahu malu. Ada rasa geli tapi dominan sangat nikmat. Luisa yang sedang dipengaruhi oleh obat haram hanya bisa terus mendesahkan namanya seraya meremas kuat Sprei yang saat ini menjadi saksi bisu kelakuan b***t mereka. Sedangkan Steve yang ada diatas sana hanya meliriknya sekilas lalu mulai menurunkan wajahnya untuk menulusuri satu persatu bagian tubuh Luisa dari mulai ceruk leher kemudian turun lagi melewati gundukan kenyal tapi tidak langsung menyesapnya, sehingga membuat wanita tersebut merenggutkan wajahnya kecewa lalu memanyunkan bibirnya dengan lucu. "Eugh,.. Oooom." Rengeknya. Bibir tipis Steve juga ikutan tersenyum karena tingkah lucu Luisa. Ada sisi menggemaskan dari diri wanita diatasnya yang baru pertama kali ini pria tersebut sadari, Tapi itu tidak berselang lama sebelum dia melanjutkan kembali fokusnya pada daging kenyal, yang saat ini begitu menggoda didepan matanya. Steve dengan sangat lembut kembali menjalarkan lidahnya dari arah atas menuju kearah bawah sebelum selanjutnya dia masukan daging kenyal tersebut kedalam mulutnya. "Eugh." Protesan Luisa menunjukan betapa liarnya bibir tersebut mengeksplore payudaranya. Rasanya bahkan semakin lembut setelah dulu dia pertama kali mencicipi p******a ranum milik Luisa. Jika dulu ukurannya masih sedikit kecil, sekarang Steve merasa ukuran tersebut berubah menjadi sedikit lebih besar dan sedikit lebih bervolume dari sebelumnya. Sepertinya wanita cantik ini benar-benar menjaga tubuhnya dengan baik. Jejak-jejak bekas perawatan begitu terasa di kulit mulus Luisa. Pandangannya hanya bisa dia kaburkan. Luisa hanya bisa terus menggeram sambil sesekali mendesahkan namanya. Dia terus meremas lembut sela-sela rambut kecokelatan milik Steve. Sedangkan Steve juga tidak bisa berhenti. Dia terus melaksanakan tugasnya. Memberikan foreplay yang paling hebat, agar Luisa tidak kesakitan saat dia memasukan kembali rudal besarnya kedalam lubang sempit milik Luisa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN