Hanya desahan tanpa saling bicara

1424 Kata
Steve tidak bisa berhenti. Dia menyukai setiap apapun yang ada didalam diri Luisa. Selesai dengan bagian atas pria tersebut menurunkan bibirnya. Steve menulusuri lidahnya dari mulai pangkal p******a turun melewati pusar Luisa. Dia bermain lama diarea tersebut sehingga membuat Luisa kembali kelabakan dan kembali mendesahkan namanya dengan hebat. "Oom,.." "Call me my name Luisa !." Desahnya, disertai ciuman lembut dan juluran lidahnya yang menyapu setiap sudut dari perut rata Luisa. Steve menjatuhkan bibirnya dipangkal paha Luisa, kemudian membuka lebar kedua paha tersebut sehingga terlihat jelaslah satu lubang kecil disertai tonjolan kecil sebesar biji kacang yang menghiasi bagian tengah dari inti basah milik Luisa. "Oh. God. Kau sangat indah. Boleh aku menyentuhnya ?." "Hum,...?" Luisa hanya bisa bergumam seraya merapatkan kembali pahanya saat Steve bukannya bertindak malah memandang lekat gundukan kecil tersebut dari balik matanya. "Jangan dilihat om ! Luisa malu." Cicitnya. Setengah akal sehatnya sedikit berfungsi. Tapi setengahnya lagi dipenuhi oleh kabut birahi. Sehingga dia sendiri juga tidak yakin dengan apa yang dikatakannya kepada Steve. Satu sisi dia ingin dijamah oleh Steve. Satu sisinya lagi dia malu karena pria tersebut sejak tadi tidak berhenti menatap tajam kearah kewanitaan miliknya. Apalagi posisinya saat ini sangat menantang. Tapi Steve yang sadar dengan ketidaknyamanan Luisa hanya tersenyum kecil lalu menjatuhkan bibirnya kemudian mencium lembut permukaan labia merah milik Luisa, lalu memasukan satu jarinya untuk menerobos sebelum mengobrak-abriknya dengan gerakan lambat berangsur-angsur cepat diiringi desahan Luisa yang semakin kewalahan menerima tusukan jemari Steve dan juga lidahnya yang kini ikut terjulur untuk menusuk lembut celah yang tersisa dilubang sempit milik Luisa. "Ouuhhh,..." Desah pria tersebut menghirup dalam aroma memabukkan yang benar-benar wangi berbeda dengan yang dimiliki oleh perempuan lainnya. Luisa memejamkan mata menerima setiap hujaman dan sapuan lidah dan bibir Steve. Dia ingin berteriak sembari menjambak kasar rambutnya tapi tangannya tidak sampai sehingga yang bisa dia lakukan hanya meremas kasar sprei putih yang saat ini menjadi pelampiasan Luisa untuk menyalurkan hasratnya. "Eugh. Oooommm." Desahnya lagi. Benar-benar tidak kuat. Sisa kewarasannya ingin menjauhkan kepala Steve dari dalam selangkangannya tapi tangannya malah menekan kuat kepala tersebut sehingga semakin terbenam sempurna kepala tersebut disertai hisapan bibirnya yang semakin liar dan lidah nakalnya yang terus menusuk lubang kecil milik Luisa diiringi gigitan kecil dari giginya pada biji kecil serupa dengan bentuk kacang membuat si empunya tubuh menggelinjang keenakan dan menekankan lebih kuat kepala tersebut. "Terus !." Luisa hanya bisa menghembuskan napasnya kuat apalagi kini Steve bangkit lalu mencium bibirnya dengan penuh nafsu dengan posisi dirinya tidur miring sambil kedua jarinya tetap sibuk mengocok dan menekan-nekan kasar biji kecil dibawah pangkal pahanya sambil satu tangan lainnya meremas lembut p******a ranum milik Luisa. "Eummppphhh,..." Karena mulutnya dibungkam dengan kuat oleh bibir tipis milik Steve, jadi Luisa hanya bisa memejamkan matanya sembari mendesah. Steve menikmati setiap apapun ekspresi yang ditimbulkan oleh Luisa. Puas dengan foreplay yang dilakukan oleh dirinya. Pria dewasa dengan perawakan tinggi besar tersebut mulai menjauhkan tubuhnya. Dia menatap tajam kearah Luisa sembari membuka satu persatu kain yang melekat ditubuhnya tanpa sekalipun mengalihkan pandangan tersebut sehingga apapun yang ekspresi wanita itu berikan Steve bisa melihatnya dengan jelas. Bagaimana Luisa menarik napasnya sambil kedua p******a tersebut bergerak naik turun. Lelehan keringat membuat tubuhnya semakin seksi. Steve yang tidak kuat langsung membubuhkan kembali ciuman pada kedua payudaranya diikuti badannya yang mulai naik keatas tubuh Luisa seraya mencium bibirnya memberikan tanda jika dia akan mulai melakukan tugasnya. "Aku akan mulai. Gigit bahuku kalau kamu merasakan sakit seperti dulu !." Imbuhnya sembari menurunkan sedikit demi sedikit pahanya. Steve menggesek dengan lembut bagian depan dari bibir kemaluan Luisa. Membuat erangan kembali terdengar tapi semua itu tidak berselang lama karena dalam satu kali hentakan batang besar tersebut langsung masuk dan kembali bersarang didalam lubang hangat yang masih terasa sangat sempit seperti saat pertama kali dia memasukinya. "Hiissss,..." Ringis Luisa sedikit merasakan sakit karena baru pertama kali lagi dia dimasuki oleh batang besar milik Steve. Steve menurunkan pandangannya kearah Luisa. Dia mencium lembut kening tersebut. lalu menanyakan apakah begitu sakit sampai dia meringis kesakitan seperti itu. "Apakah sakit ? Mau aku melepaskannya lagi ?." Langsung dibalas gelengan kuat oleh Luisa. Wanita tersebut menjawab untuk Steve melanjutkan kembali kegiatannya. "Tidak apa-apa. Lanjutin aja om ! Luisa cuman kaget. Sakit sedikit diawal nanti juga mungkin bakalan hilang." Desisnya, karena masih merasakan perih. Gadis tersebut membenamkan wajahnya diceruk leher milik Steve. Steve yang melihat hanya menganggukan kepalanya sebentar lalu mendorong bahu Luisa agar perempuan tersebut menghadap pada wajahnya. Dia mencium kembali bibir wanita tersebut dengan sangat lembut. Setelah Luisa sedikit rileks, barulah dia mulai memaju mundurkan rudalnya dengan gerakan teratur. Awalnya pelan, lama kelamaan berubah menjadi cepat seiring bunyi desahan Luisa yang kini mulai menikmati hujaman darinya bahkan sesekali membalasnya dengan memaju mundurkan miliknya juga dengan gerakan berlainan arah membuat batang besar milik Steve serasa diaduk dan dijepit dengan kuat saat wanita cantik tersebut menyempitkan lubang bagian bawahnya. "Aggkhhh, Luisa." Geramnya. Wanita tersebut semakin pintar dalam mempelajari apa yang dilakukan oleh Steve. Selesai dia menggerakkan rudalnya dengan posisi yang sederhana, kini Steve mulai membalikan punggung Luisa dan menyodok lubang sempit tersebut dengan posisi Luisa yang menunggingkan bokongnya sehingga jika dimasukan kejantanan olehnya, lubang tersebut semakin terasa sempit dan Luisa pun merasakan hal yang sama. Dia merasa seluruh dinding rahimnya terisi penuh oleh kejantanan besar milik Steve. Saat batang tersebut kembali di gerakan. Gesekannya begitu terasa. Seolah setiap dinding yang dilewatinya mengandung magnet, yang tiap detiknya memancarkan aliran listrik. Detik berikutnya Luisa kembali mengerang diikuti bokongnya yang terlihat maju mundur karena di tubruk secara kasar oleh batang besar milik Steve yang kini menghujam miliknya sambil merayapkan tangannya melalui sela-sela ketiak Luisa untuk mengambil benda menggantung yang saat ini segera dia remas sesekali dia pelintir juga membuat si pemilik yang diperlakukan seperti itu semakin menangis histeris dan meminta Steve untuk semakin meremas kuat miliknya. "Terus om ! Akh, akh,..." Desahnya. Dibalas hisapan kuat dari bibir Steve pada punggung mulusnya. Steve menggigit bibir menikmati setiap cengkraman yang dilakukan oleh lubang sempit milik Luisa. Merasa ingin mencium bibir wanita tersebut juga, Dia membalikan pelan wajah wanita tersebut dari arah belakang lalu menciumnya dari samping membuat suasana persetubuhan mereka semakin terasa panas apalagi kini hujan diluaran sana juga mulai terdengar mengguyur dengan hawa dingin yang menerpa tapi terasa sangat panas bagi mereka yang sedang bersetubuh karena bukannya berhenti malah semakin liar saat Steve yang kini mengganti posisi dari yang tadinya menindih Luisa kini dia menggedong tubuh mulus tersebut diikuti kejantanan panjangnya yang mulai menerobos melewati celah-celah dinding Luisa sampai mentok ke dasar rahimnya. *** Persetubuhan tersebut tidak berhenti. Meskipun mereka sudah melakukannya beberapa kali pada malam hari. Pagi harinya, begitu Steve membuka mata dan melihat kondisi Luisa yang hanya menggunakan selimut sebagai penutup tubuh polosnya langsung dia gempur kembali dengan kondisi wanita tersebut yang kini sadar penuh tidak terpengaruh sedikitpun oleh obat bius atau obat-obatan haram lainnya. Bibir Luisa mulai membalas ciuman penuh nafsu yang dilakukan oleh Steve dan kedua payudaranya juga kini dia busungkan yang saat ini mulai diremas pelan oleh Steve disertai desahan nakalnya yang menandakan jika pria tersebut begitu menikmati persetubuhannya dengan Luisa. Anehnya lagi wanita tersebut meskipun sadar juga tidak menolak ataupun melarang keras apapun yang pria tersebut lakukan. Tanpa permisi menyentuh setiap inci dari tubuhnya. Sesekali Steve mencium kuat ceruk leher Luisa. Meninggalkan tanda dimana secara tidak langsung dia memberikan klaim jika Luisa hanya diperuntukan untuk dirinya. Tangan kekar tersebut tidak pernah berhenti membelai pipi mulus milik Luisa. Hanya untuk mengusapnya dan menyalurkan hawa lembut jika saat ini Steve sungguh-sungguh ingin Luisa dan juga seluruh apapun yang ada dalam diri wanita tersebut. Bibirnya memang tidak bicara. Tapi ciuman mereka semakin menyusup semakin dalam. Entah apa maksud dari ciuman tersebut Luisa juga tidak tahu ? tapi saat ini dia akui dia benar-benar terlena dengan ciuman lembut yang diberikan oleh Steve. Begitu menikmatinya sehingga tanpa sadar bibirnya mulai mendesah diikuti belaian lembut tangan Steve yang sejak tadi terus menjalar tidak sediktpun berhenti membelai pipi Luisa kemudian turun kebawah sampai dia menemukan kembali aset paling berharga dari perempuan tersebut yang langsung Steve remas dan Steve pelintir nakal bagian kecil dari ujungnya. "Luisa. Aarrgghhh,..." Erangannya menandakan jika pria tersebut tahu siapa wanita yang saat ini sedang dicumbu olehnya. Luisa hanya diam sembari memagut kembali bibir yang saat ini menyosor mencecap setiap inci dari isi mulutnya. Steve menjulurkan lidahnya. Dia meminta Luisa untuk membelit lidahnya juga yang tanpa ragu wanita tersebut langsung dia lakukan juga diikuti erangannya yang mulai terdengar disertai rayapan tangan Steve yang kini mulai turun. Mengusap-usap bagian luar dari bibir labia milik Luisa kemudian meloloskan jarinya membuat erangan tersebut kembali terdengar dan mereka kembali melakukan sekali lagi penyatuan panas mereka dengan kondisi Luisa yang sadar sepenuhnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN