Sial

1430 Kata
Lupakan soal Lusi ! Kini Steve sudah melangkahkan kakinya menuju halaman depan hotel. Sebelum dia mengunjungi bar yang ada di lantai paling bawah hotel tempatnya saat ini menginap. Steve terlebih dahulu melihat kondisi mobil baru yang baru saja diantarkan oleh pihak maskapai yang saat ini telah diutus oleh pak Handoko agar memudahkan dia untuk melaksanakan pekerjaannya. Orang tersebut langsung memberikan kunci mobil yang Steve timbang-timbang karena tidak menyukai mobil yang diberikan kepadanya. "Apakah tidak ada mobil lain ?." Tanya-nya kepada pesuruh tersebut. "Tidak ada. Hanya ini yang tersisa. Dan ini sudah yang paling layak tuan." Seraya menggeleng. Orang itu berlalu begitu saja meninggalkan pilot tampan didepan wajahnya. Sehingga mau tidak mau, Steve jadi terpaksa menerima mobil tersebut walaupun dengan berat hati. Memutari area mobil, lalu mengeceknya dengan seksama. Tidak ada lecet, semua masih terlihat baru, hanya saja dia tidak menyukai model dari mobil tersebut dan dia tidak terbiasa menggunakan mobil murahan seperti ini. Tangannya terangkat. Dia menghubungi seseorang untuk mengirimkan mobil baru kepadanya yang dijawab oleh tersebut jika mobil pesanannya akan tiba besok siang. "Hem, tidak masalah yang penting sesuai dengan yang aku pesan. Aku kirimkan alamat tempat tinggal ku sekarang. Jika sudah tiba segera hubungi aku ! sisanya biar aku yang urus." Tegas pria tersebut. Lalu menutup sambungannya beralih pada sambungan yang lainnya dimana nomor pak Handoko yang kini dia tuju sebagai sasaran selanjutnya. Steve mengembalikan kembali mobil yang diberikan oleh pria tersebut kepadanya. Menyuruh seseorang yang tadi datang untuk mengambilnya kembali. Selang beberapa menit orang tersebut kembali datang, lalu segera mengambil kunci yang diberikan tadi dan melenggang begitu saja setelah urusannya selesai. Setelah itu Steve melanjutkan kembali langkahnya menuju tempat yang sedari awal hendak dia datangi. Sebuah bar yang ternyata bukan hanya ada deretan minuman mahal saja yang berjejer di sana. Tapi juga berbagai aktifitas haram seperti perjudian, tempat transaksi ilegal dan juga jual beli wanita ketika dia memilih memasuki pintu khusus yang jarang dimasuki pengunjung baru seperti dirinya. Seorang pria dengan setelan serba hitam tiba-tiba menghampiri dirinya ketika dilihatnya, Steve tidak seperti orang lama dan terlihat asing dengan pemandangan yang ada didepan matanya. Orang tersebut menanyakan tujuannya. Tapi karena Steve terbiasa dengan dunia seperti ini. Hanya membutuhkan waktu beberapa detik, kedua pria tersebut langsung menyingkir kemudian mempersilahkan Steve untuk memasuki lebih dalam lagi casino tersebut. "Silahkan ! Disebelah sana ada pintu keluar yang akan terhubung langsung dengan bar biasa jika tuan memang tidak ingin bergabung dengan mereka." Tutur pria tersebut. Yang hanya dibalas anggukan paham dari Steve kemudian melanjutkan kembali langkahnya sesuai dengan arahan dari kedua pria tersebut. Steve Keluar dari dalam bilik kemudian masuk kedalam bilik lainnya yang mana tempat tersebut merupakan bar biasa seperti yang dikatakan penjaga tadi. Sebelum duduk dia menyempatkan diri untuk mengedarkan pandangannya terlebih dahulu kemudian memilih salah satu table yang kebetulan saat ini semuanya penuh karena pengunjung bar yang sedang ramai-ramainya. Arloji ditangannya kembali dia putar. Melihat kearah jarum jam yang ternyata baru menunjukan pukul delapan malam tapi suasana bar tersebut sudah terlihat sangat ramai. "Tidak biasa-biasanya." Ucapnya kemudian mengalihkan pandangannya menatap kearah sekeliling yang ternyata memang sangat ramai. Steve menyapu satu persatu ruangan yang ada di sana, kemudian pandangannya tiba-tiba saja jatuh pada sebuah bilik dimana terdapat siluet seseorang dengan seorang pria dewasa yang saat ini tengah bergelayut manja sambil sesekali menghisap lehernya. "Luisa." Tegurnya, membalik paksa orang tersebut yang ternyata bukanlah orang yang dipikirkan olehnya. "Oh." Wanita tersebut menaikkan sebelah alisnya. Kemudian bertanya, apa tujuan pria tersebut menegurnya ? apalagi sampai membalikan kasar punggungnya seperti itu. "Ada apa ?." tanyanya sambil meneliti orang yang menegurnya tersebut. Yang hanya dibalas kernyitan tidak mengerti dari Steve. Steve meminta maaf pada orang yang disalah pahami olehnya. "Maaf aku pikir seseorang yang aku kenal, ternyata bukan." Jawabnya dengan begitu polos. Lalu melengos begitu saja setelah mengatakan semua itu. Yang tentu saja kelakuannya tersebut dibalas decakan kesal dari sepasang kekasih tersebut karena Steve tanpa tahu malu sudah lancang mengganggu kesenangan mereka. "f**k. Sialan." Umpat salah satu diantara mereka. Kemudian keduanya memilih untuk segera berlalu. Tapi Steve sama sekali tidak membalas umpatan tersebut. Dia hanya menatapnya dengan pandangan datar, karena dia juga tidak mengerti kenapa dia bisa sampai salah orang seperti itu ?. Sial. Sejak tadi dia bahkan belum menyentuh minuman sedikitpun. Jadi mustahil dia mabuk apalagi sampai harus kehilangan penglihatan seperti ini. Tangan kekarnya hanya bisa meremas kasar belakang kepalanya, kemudian dengan pelan terkekeh sambil menyebarkan tatapan. "Ada apa sebenarnya dengan penglihatan ku ? Kenapa tiba-tiba menjadi seperti ini ?." Cicitnya merasa sedikit aneh. Karena biasanya, perempuan manapun tidak ada yang mampu membuatnya belok seperti ini. Hingga dia memilih untuk kembali melangkahkan kakinya ke tempat semula. Siluet yang sama kembali membuyarkan fokusnya. Steve melihat punggung terbuka orang yang mirip Luisa, tapi kali ini segera dia enyahkan karena takut salah orang lagi dan disangka gila oleh seluruh pengunjung yang ada disini. "Sudahlah. Sepertinya memang aku harus pergi ke dokter setelah ini. Agak kurang waras otak." Cicit Steve lagi memilih untuk mengalihkan pandangannya kearah lain. Lalu meminum Vodka yang sejak tadi sudah di siapkan oleh seorang pelayan karena saat ditanya pria tersebut tidak mengatakan apapun selain melangkah pergi *** Luisa menurunkan rangkulan tangan temannya risih saat pria yang tadi mengajaknya berdansa tidak henti-hentinya menyapukan punggung tangannya dipunggung terbuka milik Luisa. Orang tersebut mencoba untuk mencium punggung terbuka miliknya. Tapi dengan cepat dicegah disusul dengan tatapan tajamnya memberikan peringatan pada orang yang bernama edward tersebut agar tidak mengganggu ketenangannya sedikitpun. "Menyingkir ! Atau aku patahkan tanganmu dengan satu kali gerakan." Desisnya dengan suara yang pelan, namun terdengar tajam karena sudah terbiasa dengan didikan ayahnya yang apabila ada seseorang yang mengganggu Luisa, dia bisa mengancamnya, bahkan memberikan pelajaran sekalipun, Alex mengijinkan putrinya tersebut untuk membela dirinya, tinggal urusan tanggung jawab nanti biarkan ayahnya tersebut yang mengambil alih asal kondisi Luisa saat itu dalam posisi yang benar. Pria tersebut juga hanya mengangkat tangan sambil memamerkan deretan giginya pertanda dia menyerah untuk mendekati Luisa. Edward mengambil gelas berisi lemon untuk mencairkan suasana tegang antara dirinya dan juga Luisa. Awalnya dia tidak mau. Tapi karena terlalu lama dipaksa, dengan berat hati pada akhirnya perempuan tersebut memilih untuk menerima pemberiannya. "Hanya lemon. Jangan sampai didalamnya ada racun apalagi obat perangsang, aku akan mematahkan lehermu jika kamu berani berbuat seperti itu." Karena dia sudah pernah mengalami hal yang sama sebelumnya. Luisa yang selalu berhati-hati memicingkan mata kearah Edward. Sahabat Luisa yang tadi baru saja pergi kini sudah kembali. Emily mengambil alih minuman yang diberikan pada Luisa, dengan sekali teguk wanita tersebut langsung menyambar isi gelas milik Luisa lalu meminumnya takutnya jika dugaannya benar dan Luisa kembali dibodohi oleh laki-laki. "Lebih baik gue yang celaka daripada lu yang harus celaka,..." Cicit orang tersebut. Tapi setelah berselang lama rupanya minuman tersebut tidak menimbulkan efek apapun. Luisa menghela napas saat Edward menggedikan bahunya. Sudah dia katakan dia tidak memasukan apapun, Tapi temannya ini tidak percaya. Jadilah sekarang Luisa memilih untuk mengambil gelas lain sebagai permintaan maafnya karena sudah dengan tega memberi pikiran buruk terhadap Edward. Satu kali tegukan tidak ada efek apapun. Setelah selang beberapa menit saat sahabatnya kembali ijin untuk membayar tagihan minuman Luisa dan juga teman-teman yang lainnya, Badan Luisa yang tadinya baik-baik saja tiba-tiba terasa panas. Rasa familiar. Dengan disertai panas tenggorokan mulai merambat melalui setiap helai pori-pori Luisa. Wanita tersebut menatap tajam kearah temannya. "Sialan. Ternyata serigala berbulu domba." Tidak ingin terlalu berlarut-larut, apalagi sampai menyerahkan tubuhnya pada pria tersebut. Luisa dengan kaki sempoyongan memilih untuk keluar dari dalam bar. Edward yang ada dibelakangnya hanya tersenyum culas kemudian mengikuti kemanapun wanita tersebut pergi. Dari mulai Luisa yang terjatuh akibar kesulitan menangani tubuhnya sendiri, sampai pada saat wanita tersebut ingin menabrak orang tapi Edward sama sekali tidak mendekatinya. Barulah ketika ada sebuah taksi yang berhenti untuk memberikan tumpangan pada perempuan tersebut. Edward dengan secepat kilat memeluk Luisa yang kesulitan berdiri. Mengatakan pada sopir tersebut bahwa dia datang bersamanya. "It's oke. Dia tunanganku. Jadi aku yang akan mengantarnya." Jawabnya tanpa sedikitpun membuat supir tersebut curiga. Edward benar-benar pandai berbohong. Selang beberapa detik sopir tersebut melanjutkan kembali perjalanannya. Luisa yang ada didalam pelukan Edward mencoba melepaskan diri. Perempuan tersebut mendorong kasar tangan yang memeluk pundaknya. Luisa memberikan peringatan untuk Edward tidak mendekati dirinya. "Jangan ikuti aku ! Mulai sekarang, menjauh dari kehidupanku selamanya !." Ucapnya. Namun sama sekali tidak dijawab oleh Edward. Edward bukannya menjauh malah semakin memeluk erat Luisa. Dia mencoba membawa perempuan tersebut kedalam pelukannya. Tapi Luisa dengan tegas menolak pelukannya. "Lepaskan !." Teriaknya lagi. Edward tidak kapok untuk membawa paksa Luisa. Saat wanita tersebut mencoba berjalan semakin jauh pria tersebut memeluk punggungnya. "Luisa." "Lepas." "Luisa." Bugh,.. Dari arah samping sebuah bogeman mentah tiba-tiba saja melayang lalu melumpuhkan pria yang ingin mencelakai Luisa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN