Pindah rumah

1262 Kata
Setelah mereka selesai bercinta. Keduanya kini sama-sama diam dengan posisi Luisa yang duduk sambil bersandar pada sandaran Headboard tempat tidur mereka. Steve juga sudah berganti baju dengan memakai kemeja longgar menyisakan dua kancing yang sengaja dia buka agar memudahkan dia menghirup hawa dingin dari pendingin ruangan tempatnya menginap sementara Luisa memakai pakaiannya semalam. Jika melihat itu, Steve rasanya ingin mengamuk. Ingin sekali rasanya dia merobek gaun tersebut apalagi mengingat kembali pandangan semua orang yang selalu menatap lapar kearahnya saat Luisa memakai pakaian kurang bahan seperti itu. Mereka duduk saling berhadapan. Bedanya Steve duduk diatas single sofa yang langsung menghadap pada Luisa, sementara Luisa masih duduk diatas ranjang miliknya. Pandangan mereka saling beradu. Apalagi kini tatapan pria tersebut tidak sehangat pagi tadi. Steve cukup serius memandang wanita cantik didepannya. Luisa yang ditatap hanya bisa menunduk. Perempuan tersebut tidak takut, hanya saja dia sedikit gugup lalu menautkan kedua jarinya setelah itu menghela napas panjang saat Steve tidak sedikitpun menurunkan pandangannya. Dia sekarang sudah sangat siap. Apapun yang nantinya akan pria tersebut katakan. Luisa akan menerimanya dengan lapang d**a. "Tidak perlu dijelaskan kamu juga pasti sudah tahu saya mau bilang apa ? iyakan ?!." Tanyanya sambil menyilangkan kaki. Pria ini mempunyai perawakan yang sangat tampan. Baru kali ini juga Luisa menyadari semua itu. Ternyata, semakin bertambahnya usia, ketampanan pria tersebut bukannya semakin berkurang malah semakin bertambah dengan bentuk badan yang proporsional dan wajah yang sangat maskulin. Rahangnya tercetak dengan jelas, kelopak matanya terlihat lebih besar dengan warna hazel dan bulu mata lentik serta hidung mancung didukung dengan dagu lancipnya yang sedikit terbelah di bagian tengah bawah dagu pria tersebut. Gambaran Gabriel Guevara namun dengan postur tubuh yang lebih dewasa dan lebih kekar, sangat cukup menggambarkan visual Steve saat ini. Apalagi jika dia mengingat keliaran pria tersebut di atas ranjang. Luisa tidak bisa membayangkan lebih jauh lagi mengenai penampilan pria tersebut. Saat wanita tersebut tengah sibuk dengan lamunannya pria tersebut menyadari kemana arah pandangan Luisa saat ini. Steve berdehem cukup keras untuk menyadarkan Luisa. Luisa terkejut dengan deheman tersebut, lalu dengan secepat kilat mengalihkan pandangannya kearah Steve. "Saya pergi dulu." Ucapnya dengan tiba-tiba lalu bangkit dari duduknya. Steve berjalan mendekat kearah Luisa dan membuat jantung wanita tersebut sedikit kelonjakan dengan gerakannya yang tiba-tiba. Saat pria tersebut berjalan semakin dekat. "E'eh,..?." Luisa sedikit mundur mengikuti gerakannya. Steve membisikan sesuatu pada telinga Luisa. "Jangan pergi kemana-mana !,... Tetap di sini sampai saya pulang nanti kamu paham !." pintanya dengan suara yang nyaris tidak terdengar. Seketika wajah mereka saling bertemu. Semburat merah menjalar di pipi Luisa. Tangan Steve juga ikut terulur untuk merapihkan anak rambut yang menjuntai menghalangi pandangan Luisa. Refleks wanita tersebut juga segera menjauh. Lalu meremas sprei. Menyalurkan perasaan aneh yang sebenarnya wanita tersebut juga tidak tahu ?. Apa yang sebenarnya sedang pria tersebut lakukan ?. Selesai dia merapihkan anak rambutnya. Steve juga menyentuh kening Luisa. Memastikan wanita tersebut tidak demam, tapi malah membuat aliran darah wanita yang disentuhnya semakin mendidih melihat kelakuan Steve yang seperti itu. "Eu, Ooom." Desisnya dengan suara yang serak. Luisa tidak bisa membiarkan ini semakin berlanjut. Dia menurunkan pelan tangan yang menyentuh dahinya lalu menatap balik Steve yang saat ini tengah memanjangkan tubuhnya untuk merogoh sebuah ponsel yang menyelip sedikit kedalam bantal. "Saya cuman mau ambil ini." Tunjuknya pada sebuah ponsel. "Untuk sementara kamu pakai dulu pakaian yang saat ini kamu pakai ! tapi nanti setelah saya selesai mengurusi masalah saya, pulangnya saya belikan kamu pakaian yang pantas. Jangan berkeliaran kemana-mana ! Saya juga cuman sebentar perginya." Lanjut Steve yang hanya dijawab diam sekaligus perasaan bingung oleh perempuan didepannya. Steve semakin memajukan wajah untuk mendekat kearah Luisa. Bukannya menghindar, perempuan tersebut hanya diam mematung lalu berdesis lembut saat bibir lembut Steve tiba-tiba menyentuh lembut permukaan bibirnya. Mencium dengan sangat lembut, seolah dia menyalurkan perasaannya yang tidak ingin ditinggalkan kembali oleh Luisa. "Satu hal lagi yang mau saya bilang sama kamu. Setelah ini jangan pernah berfikir untuk meminta saya pergi lagi apalagi meninggalkan kamu sendiri. Tunggu saya pulang ! setelah urusan saya selesai kita berdua akan sama-sama meninggalkan tempat ini dan pindah ke tempat yang baru."Lanjutnya. Dibalas tatapan bingung sekali lagi dari Luisa. Luisa sama sekali tidak mengerti dengan maksud dari perkataan Steve kali ini. Perempuan itu ingin bertanya tapi Steve malah segera berlalu meninggalkan dirinya tanpa penjelasan yang pasti. 'Maksudnya apa ?.' Lirih Luisa dalam hati. *** Daripada sibuk memikirkan perkataan tidak jelas dari Steve, Luisa lebih memilih untuk turun dari atas ranjang ketika cacing didalam perutnya mulai terasa keroncongan namun langsung berhenti saat dia tidak menemukan keberadaan tasnya. Dia tidak mengetahui dimana Steve meletakan ponsel dan juga isi tas miliknya ?. Ingin menghubungi ponsel milik Steve dia juga tidak tahu berapa nomor ponsel pria tersebut ? karena dulu saat Steve memberikan nomornya, perempuan tersebut sama sekali tidak mau menggubrisnya. Sekarang saat keadaannya sudah seperti ini. Dia baru merasakan, bagaimana ego seorang manusia mempersulit hidupnya. Seandainya, Seandainya dulu dia tidak bersikap sombong. Mungkin sekarang dia tidak akan terlalu kesulitan. Selang beberapa jam wajahnya merenung, dari arah pintu, Steve dengan tampilan awalnya datang, lalu menghampiri wanita tersebut sembari membawakannya bungkusan. Steve memberikan bungkusan tersebut kepada Luisa, dan Luisa pun langsung menerima pemberian darinya. "Buat kamu." Cicit Steve. Yang dibalas anggukan dari Luisa. Luisa membuka isi bungkusan yang diberikan kepadanya. "Lah punya om mana ? Om udah sarapan ?." Tanya-nya dengan nada bingung. Namun sedetik kemudian dibalas gelengan kuat dari Steve. Kemudian pria tersebut berjalan melipir kearah sisi lain kasur untuk mengambil dompet dan juga tas selempang milik Luisa. "Belum. Nanti saya sarapannya sekalian makan siang aja. Biar kita juga gak terlalu lama pindahannya. Ini tas punya kamu. Selama saya pergi jangan sekali-kali kamu berkeliaran diluar. Paling enggak tunggu saya pulang dulu ! baru nanti habis itu saya anter kamu kemanapun kamu mau." Balasnya. Sekali lagi memberikan wejangan yang sama kepada Luisa. Luisa juga saat ini tidak serewel sebelumnya. Jika dulu Luisa memberontak dan akan melakukan apapun yang berlainan dengan yang dikatakan oleh Steve, kini wanita tersebut hanya mengangguk pelan, kemudian duduk di kursi kecil yang ada didepan jendela untuk menyantap makanannya tanpa sedikitpun mengeluarkan bunyi perdebatan membuat Steve yang sedang fokus menghentikan sejenak kegiatannya lalu menatap lekat perempuan tersebut sebelum dia mendekatinya. "Nanti setelah ini kita bicara lagi ! Saya juga tidak tahu apa yang saat ini ada didalam pikiran kamu ? Tapi satu hal yang pasti. Di sini, selain saya kamu tidak memiliki siapapun lagi untuk menggantungkan hidup." Perempuan tersebut menganggukkan setuju kepalanya. Kali ini Luisa menyetujui apapun yang dikatakan oleh Steve. Perempuan tersebut menurunkan sebentar sendok plastik yang ada ditangannya. Luisa setuju. Tapi biarkan dia memastikan dulu pertanyaan mengganjal yang ada di hatinya, tapi lagi-lagi, Steve kembali mengundurnya untuk mengatakan jawaban atas pertanyaan Luisa. Dia mengatakan harus pergi buru-buru. Setelah pria tersebut kembali pria tersebut juga tidak mengatakan apapun kepada Luisa. Steve hanya membawa Luisa untuk pindah ke apartemen baru mereka. Luisa juga sudah berganti baju dengan pakaian yang dibelikan oleh Steve. Kini mereka sedang berjalan di Lobi hotel, tapi sebelum kakinya terangkat bunyi panggilan dari saku celana Steve mengalihkan pandangan mereka. Luisa sejenak menutup kembali pintu mobil yang sudah dibukakan oleh Steve, sementara Steve melihat siapa nama pemanggil yang saat ini menghubungi ponselnya ?. Ternyata orang yang menghubungi adalah Lusi. Steve tanpa mau menggubris memilih untuk mematikan ponselnya. Dia mengabaikan panggilan dari Lusi. Lanjut membukakan kembali pintu mobil yang akan dimasuki oleh Luisa yang saat ini hanya diam melongo. Bingung, kenapa pria tersebut tidak mau mengangkat panggilannya ?. "Om,..?." "Jangan banyak tanya ! Ayo masuk." Jawabnya kemudian tidak ada satupun lagi suara yang keluar dari bibir mereka. Luisa masuk, diikuti Steve juga yang ikut masuk tapi dari sisi yang lainnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN