Luisa dengan sisi lainnya

1508 Kata
Mereka tidak langsung menuju kearah apartemen tapi menyempatkan waktunya terlebih dahulu untuk mengambil barang-barang Luisa yang masih tertinggal di kondominium milik sahabatnya. Meskipun tadi sahabatnya sedikit menahan dirinya. Tapi setelah dijelaskan, dan Luisa juga menceritakan kejadiannya dengan Edward kemarin, Sahabat Luisa tersebut pada akhirnya mengijinkan Luisa pergi bahkan mengantarkannya sampai depan halaman kondominium. Emily menitipkan Luisa pada pria yang saat ini membawanya. Pesannya jika suatu saat nanti wanita tersebut membuat ulah, atau membuat repot dirinya, Steve boleh mengembalikan Luisa lagi pada dirinya. Namun perkataan tersebut langsung ditepis halus oleh Steve. Steve mengatakan jika sampai kapanpun dia tidak akan pernah memberikan Luisa kepada siapapun. Kemanapun dia pergi. Selain dengan orangtuanya. Siapapun tidak akan bisa membawa Luisa sekalipun itu Emily yang notabene nya adalah sahabat dekat Luisa. Anggap perlakuan Steve yang satu ini juga sebagai bentuk pertanggung jawabannya karena sudah berani mengambil sesuatu yang paling penting dalam diri Luisa. Padahal jika itu adalah perempuan lain Steve sama sekali tidak akan mungkin memperdulikannya. Tidak berlaku pada Luisa. Selesai kedua wanita tersebut saling berpamitan, Pria tampan dengan setelan casualnya langsung membawa wanita cantiknya untuk meninggalkan kediaman tersebut. Steve membawa Luisa kedalam kawasan apartemen baru yang sudah diberikan pak Handoko untuk dirinya. Setelah sebelumnya mereka mampir terlebih dahulu untuk membeli kebutuhan dapur dan juga kebutuhan pribadi Luisa. Wanita cantik tersebut terlihat terperangah dengan pemandangan luar biasa yang ada didepannya. Meskipun sebenarnya dia juga bukan pertama kali ini melihat fasilitas semewah ini, tapi tetap saja. Begitu dia dihadapkan dengan pemandangan yang luar biasa. Kedua bola mata bulatnya langsung membelalak takjub. Luisa mendecakan lidahnya. Nikmat mana lagi yang perlu dia dustakan ?. Dalam keadaannya yang serba sulit seperti ini, Luisa masih bisa merasakan kemewahan yang diberikan oleh pria yang katanya mengaku sebagai penanggung jawab hidup Luisa kedepannya. Dia menoleh sebentar untuk menanyakan ketidakpercayaannya pada Steve. "Om." Panggilnya dengan suara yang nyaris tidak terdengar. "Ini beneran kita bakalan tinggal disini om ?." Lanjutnya lagi. Diikuti dengan kedua kakinya yang perlahan mulai Luisa turunkan. Steve mengikuti kemana arah pandangan Luisa kemudian ikut turun juga lalu berdiri tegak disamping wanitanya. Ditengah-tengah kota tapi ada pemandangan yang se-asri ini ?. Sungguh. Jika dilihat dari ekspresinya saat ini, wanita yang sudah dia renggut keperawanannya tersebut sepertinya terlihat sangat bahagia. Luisa terlihat begitu menyukai pemandangan yang ada disekitar apartemen. Merasa bersyukur, kemudian ikut tersenyum juga seraya menuntunnya agar segera masuk kedalam lobi. Namun Steve terlebih dahulu memberikan kunci apartemennya pada Luisa, agar wanita tersebut bisa membuka pintunya nanti. "Iya, ayo masuk ! Ambil ini, lalu lihat ! Didalam sana kamu suka juga tidak dengan interior apartemennya ?." Jawab Steve. Dibalas anggukan paham oleh Luisa lalu Steve juga menyerahkan bungkusan yang berisi perlengkapan dapur dan juga perlengkapan pribadi milik Luisa setelah itu baru pria tersebut melenggang terlebih dahulu untuk memanggil seorang sekuriti yang akan membantu mereka membawakan perlengkapannya dan juga perlengkapan Luisa. Steve menyerahkan kunci mobil miliknya agar kedua sekuriti tersebut bisa membawakan barang-barang miliknya dan juga barang-barang milik Luisa. Lalu meminta orang tersebut langsung mengantarnya keatas. Sementara dia membawa tas jinjing milik Luisa kemudian baru menggiringnya agar berjalan lebih dulu diikuti Steve dan juga kedua orang tadi yang ikut berjalan bersama mereka dari arah belakang. "Iya tolong simpan di situ saja ! Nanti sisanya biar saya yang bereskan. ini upah untuk kalian. Terima kasih banyak untuk bantuannya." Ucap Steve sambil membungkukkan badannya lalu menyerahkan beberapa lembar uang pada mereka. Luisa yang tadinya terlebih dahulu sampai setelah membuka kunci apartemen segera membalikan badan lalu membantu apapun yang bisa dia bawa. Steve membawa koper miliknya dan juga koper milik Luisa. Sedangkan Luisa hanya membawa tas kecil dan bungkusan berisi sepatu yang tadi sempat dibawa Steve sebelum mereka sampai didepan pintu apartemen. *** "Masuk." "Sialan." bentaknya. Lusi yang sampai saat ini masih belum bisa menghubungi nomor Steve, melampiaskan emosinya pada seorang pelayan yang baru saja datang untuk membawakannya minuman. Wanita tersebut terus mengamuk. "Siapa yang menyuruh kalian membawa minuman sampah seperti ini ? Bawa keluar ! Buat ulang ! mentang-mentang aku hanya perempuan bayaran terus kalian bisa memperlakukanku seenaknya. Dasar tidak berguna. Pergi kau !." Hardiknya. Merampas bantal, kemudian melemparkannya pada pelayan tersebut. Persis seperti seorang wanita gila, yang baru saja kehilangan dunianya karena terjerumus dengan dunia yang lain. Lusi meneriakan nama Steve. "Steveeee." Teriaknya. Meskipun ini bukanlah rumahnya. Tapi dia dengan bebas mengemukakan isi hatinya. Seorang pria yang kemarin malam baru saja selesai dilayani olehnya tiba-tiba saja masuk setelah mendengar teriakan dari Lusi. Awalnya dia bertanya. Sedetik kemudian pria tersebut marah lalu menghukum Lusi agar mau melayani nafsunya beserta nafsu para pengawal lain yang saat ini sudah berjejer antri, menanti giliran. Kapan dia akan memasuki lubang hangat tersebut berbeda dengan Luisa yang saat ini tengah berbahagia karena kepindahannya ke apartemen baru milik Steve. Luisa dan juga Steve saat ini sedang bekerja sama untuk menyusun ulang barang-barang mereka yang menurutnya kurang pas. Steve bertugas membenarkan posisi tempat tidur dan juga lemari yang nantinya akan dipakai oleh Luisa. Sedangkan Luisa memperbaiki gorden kamarnya. Rencananya mereka akan tidur terpisah meskipun mereka tinggal dalam satu atap. Sadar akan kondisi mereka yang sama sekali belum ada ikatan apapun. Luisa setelah selesai berbenah melipirkan kakinya kearah dapur. Siang ini dia rencananya akan memasak. Meskipun peralatan yang akan mereka gunakan masih terbilang sangat sederhana, tapi untuk ukuran hanya membuat nasi goreng dan omelet sepertinya itu sudah sangat lebih dari cukup. Pria tersebut juga sudah selesai dengan pekerjaannya. Datang kearah dapur untuk mencuci tangan terlebih dahulu sebelum membuka lemari es. Luisa yang sedang mencuci beras menyipitkan matanya. Steve mengambil buah yang belum dia cuci. Merasa ada yang salah dengan pergerakan pria tersebut. Luisa yang tanggap langsung mengambil alih buah tersebut kemudian mencelupkannya kearah kucuran wastafel untuk di cuci. "Jorok banget. Belum juga Luisa cuci udah dimakan aja. Cuci dulu lah om ! Tempat sarang penyakit tau gak kalo misalnya makanan yang baru dibeli malah langsung dimakan tuh." Gerutu wanita tersebut sedikit menampilkan sisi lain dari dirinya yang biasa Luisa tunjukan pada khalayak umum. Steve hanya mengerutkan dahi merasa sedikit familiar dengan apa yang baru saja dilakukan oleh Luisa. Setelah wanita tersebut selesai mencuci. Barulah buah yang tadinya ingin dimakan oleh Steve, Luisa kembalikan lagi plus bonus buah-buahan segar yang lainnya juga yang sudah bebas dari bakteri karena baru saja dia cuci dan keringkan menggunakan alat khusus. "Nah ini baru boleh. Makan deh om. Luisa mau bikin makan siang dulu buat kita. Sederhana aja, yang penting kenyang. Gapapa kan ?." Lanjutnya lagi. Terus mencerocos. Sementara Steve hanya bisa menganggukan kepalanya kemudian berjalan keluar dari arah dapur sambil memangku keranjang buahnya yang tadi baru saja diberikan oleh Luisa. "Bahaya. Mulai ngatur dia. Berasa punya istri sebelum nikah kalo kaya gini ceritanya." Gerutu Steve yang masih bisa didengar jelas oleh Luisa. Luisa kembali melanjutkan acara memasaknya. Total ada tiga bahan masakan dasar yang berhasil dia olah untuk menjadi makanan sempurna. Sesuai katanya tadi. Luisa membuat nasi goreng omelet. Ayam goreng serundeng dengan berbagai macam sayuran di pinggirnya, dan kerupuk udang serta minuman super segar yang perempuan tersebut sajikan bersamaan dengan deretan masakan lainnya diatas meja. Begitu dia menghidangkan semua masakannya. Steve yang sedang duduk di sofa sambil memakan camilan langsung berjalan mendekat kearah meja makan. Dia meneliti setiap masakan yang ada didepannya. Tidak ingin diomeli lagi karena ketahuan tidak higienis, pria dengan perawakan tinggi besar tersebut segera melesatkan kakinya kearah wastafel kemudian mencuci tangannya sebelum menyambar masakan Luisa yang begitu masuk kedalam mulut. Rempah-rempah dari setiap masakan tersebut begitu terasa di setiap gigitannya. "Mantep. Ini sih kaya makan masakannya Maira. Kerasa banget rempah-rempahnya. Kamu belajar sama siapa Luisa ? aku pikir kamu gak bisa masak ?." Semburnya. Karena makanan, suasana diantara mereka juga jadi mencair seperti yang sudah seharusnya. Steve tidak menganggap dirinya orang lain lagi. Dalam penggunaan kosakatanya pun dia lebih memilih untuk menggunakan kosakata yang lebih sederhana. Jadi mereka bisa lebih lues dalam mengobrolnya. Sedangkan Luisa yang dipuji hanya bisa melebarkan senyumnya. Pertanyaan yang tidak asing yang sering dia dapatkan dari orang-orang terdekatnya jika seandainya dia membuatkan sesuatu berupa masakan untuk mereka. Padahal tanpa mereka tahu kehidupan Luisa yang sebenarnya tidak semanja itu. Sari yang notabennya adalah gadis sederhana tidak pernah mengajarkan putrinya untuk bersikap manja. Alih-alih berdiam diri layaknya seorang putri. Wanita tiga anak tersebut malah lebih sering memberikannya tanggung jawab dengan melibatkannya langsung dalam urusan rumah tangga. "Ada lah. Mama Luisa kan orang desa. Jadi wajar kalo Luisa pinter masak. Makan yang banyak om ! Habis ini nanti Luisa buatin lagi om masakan yang lain,... Tapi dapur kita cuman segini adanya. Jadi kalo misalnya masakan Luisa yang itu-itu aja mohon di maklum ya ! Luisa masak juga kan tergantung bahan sama peralatannya." Steve hanya mengangguk mendengar jawaban yang diberikan oleh Luisa. Besok rencananya dia juga akan melengkapi seluruh perabotan yang ada disini. Bukan hanya perabotan dapur. Perabotan lain pun akan Steve berikan jika seandainya Luisa memang membutuhkannya. "Nanti besok kita belanja. Kamu pilih sendiri aja ! Mana yang kamu perlukan nantinya." Balas Steve. Setelah itu mereka hanya makan dan tidak saling bicara lagi. Luisa mengemasi seluruh perlengkapan makan yang sudah selesai. Steve yang ada disama juga tidak diam saja. Dia ikut membantu pekerjaan Luisa lalu mereka sama-sama melanjutkan pekerjaannya masing-masing.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN