Menghilangkan parasit

1715 Kata
Entah kenapa, Lusi merasa ini adalah percintaan terakhir mereka sebelum Steve benar-benar pergi dari negaranya. Tepat saat pria tersebut menoleh. d**a Lusi berdesir dengan sangat kuat. Rasa bergemuruh ditambah takut akan kehilangan, Lusi berhambur kedalam pelukan Steve sekali lagi. Untuk yang terakhir kalinya, biarkan dia berangan-angan. Jika kelak, dia akan memeluk Steve seperti ini lagi. Dan hubungan mereka akan membaik setelah Steve pulang dari jepang. "Aku cuman mau peluk kamu buat terakhir kalinya, Kali ini aku gak bakalan cegah kamu buat pergi. Tapi kalo boleh, ada yang mau aku minta sebelum kamu pergi Steve,... Mau gak kamu kabulin permintaan aku yang satu ini ?." Tanya Lusi dibalas kernyitan tidak mengerti dari pria didalam pelukannya. Steve mengurai pelukan yang dilakukan oleh teman kencannya. "Permintaan apa ?" Tanyanya. "Kalo aneh, maaf saya tidak bisa." Lanjutnya lagi. Seperti biasa. Sesuai dengan karakternya sehari-hari. Sifatnya yang cuek meskipun keduanya sudah melakukan adegan yang nakal, tidak akan pernah mengubah sedikitpun perasaan Steve pada Lusi. Bagaimanapun mereka bersama, Rasa itu tidak pernah muncul. Hanya ada perasaan ingin saling memuaskan itupun kalau mereka dalam kondisi saling telanjang. Berbeda dengan Lusi yang memang mempunyai perasaan terhadap Steve sejak pertama mereka bertemu. Lusi hanya bisa tersenyum getir saat melihat jawaban yang dilontarkan oleh kekasihnya. "Sudah aku tebak memang jawabannya pasti sedingin ini." Jawabnya sambil mengusap lembut pipi Steve. Steve merenggut tidak suka mendengar jawaban Lusi. "Tapi tidak masalah, aku tetap tidak menyesal karena sudah mencintai kamu." Perkataannya yang terakhir, baru membuat Steve langsung melepaskan usapan tangannya lalu menatapnya dengan sangat tajam. "Lusi,..." peringatnya. "Iya aku tau, aku akan bicara to the point sekarang." Sanggahnya lagi. Ketika dia tahu pasangannya mulai kehilangan kesabaran karena dirinya yang terlalu banyak basa-basi. Lusi mulai mundur satu langkah untuk menyeimbangkan posisinya. Tidak disangka di sana dia rupanya sudah merencanakan semua ini. Lusi meminta sesuatu hal yang sangat sulit untuk Steve wujudkan. Sampai pria tersebut menatapnya dengan sangat tajam. Barulah dia berhenti lalu meminta maaf atas perkataan bodohnya. Bagaimana bisa perempuan tersebut mengatakan hal seenteng itu ? Setelah sekian lama apa yang sudah dia lakukan, dan juga fakta yang dia dapatkan mengenai Lusi yang ternyata bukanlah perempuan baik-baik sesuai dugaannya. Lusi selesai ditatap tajam hanya bisa menunduk enggan untuk menatap balik lawan bicaranya. Dia tahu keinginannya kali ini terlalu lancang. Lusi juga sadar diri dengan keadaan dirinya. Tapi jika tidak dengan Steve, lalu dengan siapa lagi dia harus meminta pertanggungjawaban setelah semua laki-laki yang pernah meniduri dirinya menolak kehadiran Lusi dan menjadikan wanita tersebut hanya sebagai pelampiasan. "Aku tau ini lancang. Tapi aku benar-benar serius cinta sama kamu. Kalau kamu gak mau nikah sama aku, terus sama siapa lagi aku harus menikah nantinya ? umur udah tua. Malu aku tiap hari diledekin terus sama junior aku. Ada diantara mereka bahkan ada yang berani buat menghina aku. Karena kita sudah terlalu sering bersama. Aku juga kebetulan cinta sama kamu. Mau gak kamu kalau misalnya hubungan kita diubah menjadi hubungan yang lebih serius lagi ?." Dan respon yang diberikan laki-laki tersebut hanya tersenyum datar, kemudian menarik napasnya secara kasar. Steve mengambil jaket untuk membungkus badannya terlebih dahulu. Sebelum dia bicara lebih jauh lagi pertama-tama Steve menyodorkan amplop berisi setumpuk uang diatas kasur milik teman kencannya. Lusi melihat sodoran dari amplop tersebut. Biasanya dia langsung mengambilnya, kali ini wanita tersebut hanya melihatnya sekilas, lalu fokus kembali pada jawaban Steve mengenai ajakan menikah yang dilontarkan olehnya. "Seperti yang sudah kamu tebak jika saya tidak akan mungkin menerima kamu apalagi untuk sampai ke jenjang yang lebih serius lagi." "Kalau dari dulu kamu tidak melakukan hal seburuk ini. Mungkin saya masih bisa menerima kamu. Keluarga saya paling tidak bisa menerima perempuan yang rela menjual dirinya apalagi hanya demi uang terlebih kamu melakukannya dengan banyak pria." "Lusi saya masih menerima kamu sampai detik ini sebenarnya bukan semata-mata karena saya ingin menikmati tubuh kamu,... Dari satu bulan yang lalu, tepat setelah saya mengetahui pekerjaan sampingan kamu. Sebenarnya dari saat itu saya sudah hilang rasa dengan kamu." "Tapi karena kamu yang terus menerus mengganggu saya. Mau tidak mau saya juga jadi terus menerus memakai kamu." "Untuk kedepannya saya berjanji tidak akan pernah melakukan hal itu lagi,... Hubungan kita tetap baik, tapi jika untuk urusan menikah, maaf, saya dengan jelas tidak bisa menerima kamu untuk menjadi pendamping saya." "Mungkin ini terlalu jahat. Tapi saya juga harus bersikap realistis dengan masa depan saya. Laki-laki mana yang bisa menerima dibohongi bertahun-tahun lamanya ? saya pikir kamu hanya berhubungan dengan saya. Tapi setelah saya selidiki, ternyata hubungan seks sudah menjadi rutinitas kamu, bahkan parahnya lagi kamu menjadikan kegiatan tersebut sebagai ladang untuk mencari uang." "Saya tidak ada niat untuk menjatuhkan harga diri kamu. Sebenarnya banyak hal yang ingin saya sampaikan kepada kamu. Tapi mengingat saya sadar jika semua yang kamu lakukan itu adalah hak kamu. Jadi saya mengurungkan diri untuk membongkarnya." "Jangan ganggu hidup saya lagi kedepannya ! Saya tahu hidup kamu sulit. Tapi jika kamu ingin mencari suami untuk anak yang ada didalam kandungan kamu, lebih baik kamu cari ayah aslinya. Jangan kamu limpahkan semuanya pada saya. Diamnya saya bukan berarti saya tidak tahu apa-apa. Kamu sudah terlalu kelewatan selama ini. Mustahil jika saya harus menerima kamu setelah apa yang terjadi pada kamu selama ini." Jederrr,... Lusi hanya bisa meremas gaunnya setelah Steve membeberkan rahasia paling kelam yang sudah bertahun-tahun berhasil dia tutupi. Bahkan mengetahui jika dirinya saat ini sedang mengandung ? Lusi saja yang ibunya baru akhir-akhir ini tahu kalau dirinya sedang berbadan dua. Jika hal se-privat ini saja Steve tahu, berarti untuk hal yang lebih privat lainnya sudah tentu bisa dengan mudah pria tersebut dapatkan mengingat dengan kuasanya Steve bisa dengan mudah melakukan itu. Yang perempuan itu lakukan juga hanya tersenyum getir saat apa yang direncanakannya ternyata malah berbalik petaka pada hubungan mereka kedepannya. Akibat dari kegoblokan dirinya, kini bisa dipastikan, Steve pasti tidak akan pernah mau lagi diperdaya olehnya berbeda dengan Steve yang memang menunggu momen ini agar dia bisa mengutarakan perasaannya. Belum sempat Lusi menjelaskan lebih jauh duduk permasalahan mereka, Steve tiba-tiba berlalu kemudian pergi setelah mengambil koper dan juga tas kecil miliknya. Dia ingin mengejar-pun Lusi bingung harus mengejar seperti apa ? Dan apa yang harus dia lakukan nanti untuk meyakinkan Steve agar mau lagi percaya dengan dirinya ?. Lama dia termenung sampai pada akhirnya perempuan tersebut memilih untuk menangis sambil memerosotkan tubuhnya. Jika tahu akhirnya akan seperti ini, sudah sejak kemarin dia memilih untuk menggugurkan kandungannya daripada meminta pertanggung jawaban Steve yang memang notabennya bukan ayah kandung dari bayi dalam kandungannya tersebut. "Bodoh. t***l. Kenapa harus setolol ini sih ?." Sekarang dia bahkan kehilangan sandaran untuk dia bisa menggantungkan kehidupannya. Jika Steve memilih untuk pergi lalu menghilang dari kehidupannya. Lalu pada siapa lagi Lusi nanti akan menggantungkan masa depannya. Selama ini satu-satunya orang yang siap membantu seluruh masalahnya hanyalah pria tersebut. Berbeda dengan Steve yang lega karena sudah melepaskan beban berat dihidupnya. Kini Steve sudah siap untuk menata hidup yang baru. Lusi malah semakin terpuruk. Dia bingung harus menggugurkan kandungan atau membesarkan bayinya. Mencari ayah dari anak ini dia tidak mungkin melakukannya. Berapa banyak laki-laki yang sudah tidur dengannya ? Jika dia meminta pertanggung jawaban salah satu diantara mereka pun Lusi yakin mereka pasti tidak akan menerimanya. *** Sedangkan Steve yang baru saja selesai melakukan perjalan panjangnya, baru saja tiba di tokyo setelah waktu menunjukan pukul tujuh pagi. Udara yang sangat sejuk. Di depan sana juga sudah ada dua orang yang akan membawanya menuju hotel. Dikarenakan Pak Handoko yang katanya belum bisa menemukan tempat tinggal yang cocok dengan kemauan Steve saat ini. Untuk sementara waktu, pria tersebut dipindahkan dulu ke sebuah hotel. Sampai urusannya dengan pihak apartemen baru selesai. Sebenarnya bukan salah pak Handoko. Dia dari sebelum steve berangkat juga sudah menyiapkan semua fasilitasnya. Tapi dasarnya pria sombong ini yang terlalu banyak gaya. Steve tidak suka dengan tipe bangunan yang diberikan kepadanya. Ditambah katanya jarak antara kota dengan tempatnya nanti terlalu jauh, jadi dia menolak fasilitas tersebut dan meminta orang tua itu untuk mencari ulang apartemen baru untuknya. "Selamat pagi pak. Dengan Mr. Steve dari Jakarta ? Saya ohio Mamoto dan ini teman kerja saya Misaki mamoto." Terserahlah siapa namanya. Yang jelas ujung-ujung namanya sama-sama mempunyai akhiran nama mamoto. Steve yang baru saja tiba didepan mereka hanya bisa tersenyum kaku saat orang tersebut tidak berhenti bicara menggunakan speak english nya. Aksen Jepang dipadu dengan pelafalan english seadanya. Sebenarnya tanpa mereka harus memaksakan diri, Steve juga bisa sedikit-sedikit bahasa mereka. Tapi untuk sedikit hiburan, biarkan dia melihat terlebih dahulu, sampai mana mereka mampu mengontrol percakapannya ?. Ternyata mereka bisa walaupun ditengah percakapan, obrolan mereka harus dibantu dengan menggunakan translator yang ada di ponsel salah satu guide-nya. Setelah beberapa menit mereka berkendara, akhirnya ketiga orang tersebut tiba juga di hotel tujuan mereka. Suasana di sana yang masih sangat sepi membuat Steve mengerutkan sedikit alisnya. Steve lalu dipersilahkan masuk oleh salah satu staf tersebut. Walaupun tampilan luarnya terlihat sepi karena mungkin masih pagi. Tapi setelah masuk ternyata nuansa kemewahan di hotel tersebut begitu kental terasa. Apalagi didepannya terdapat kolam renang yang cukup besar. Ada tempat khusus untuk bersantai juga. Dan kata staf-nya di sana juga ada diskotik/bar. Barangkali tamunya ingin mencari hiburan, Steve bisa turun ke lantai paling dasar. Di sana tersaji beberapa minuman, bahkan wanita malam juga bisa pria tersebut dapatkan jika memang memerlukan pelayanan dari mereka. "Waw selengkap itu ?." Gila memang bos nya yang satu ini. Tahu bahkan mungkin terbiasa dengan yang namanya kemewahan. Pak Handoko sepertinya sama-sama tahu dengan kebiasaan masing-masing. Steve bertepuk tangan ringan melihat fasilitas yang ada didepan matanya. Dia sepertinya akan suka dengan tempat ini. Memilih untuk tidak membuang-buang banyak waktu lagi. Selesai dia berkeliling. Steve langsung naik ke lantai paling atas dimana kamarnya berada. Satu kali lagi. Satu kali lagi dia benar-benar membelalakkan bola matanya setelah melihat seluruh fasilitas yang ada hotel ini. Dari balik jendela dia bisa melihat pemandangan seluruh kota dan juga ada tempat bersantai didepannya. Dari luar terlihat tidak ada ruangan untuk bersantai, hanya bangunan rata, ternyata setelah masuk, meskipun bukan ruang bersantai outdoor. Tapi untuk ukuran hotel bintang mewah, dia cukup puas dengan kemewahan ini. Di pagi hari saja pemandangannya sudah sangat indah. Apalagi jika dia melihatnya saat malam hari. Jika sudah seperti ini, sepertinya tidak ada alasan lagi untuk dia menolak tinggal di tempat ini. Serumit apapun masalahnya nanti. Dengan Fasilitas selengkap ini, Steve jamin dalam waktu beberapa bulan, dia akan dengan cepat menyelesaikan permasalahan maskapainnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN