Yudha membuka pintu kamar hotel dengan access cardnya, lalu ia membawa zara masuk kedalam kamarnya. Sedangkan Zara yang tak bisa menahan gejolak pada tubuhnya langsung menyerang Yudha, dan menyerang bibir tebal milik Yudha.
Zara yang kesadarannya telah hilang, langsung mendorong Yudha ke atas ranjang dan kembali menerjang bibir lelaki itu.
"Wow, obat itu reaksinya sangat cepat," gumam Yudha membalas serangan Zara.
Bibir mereka saling beradu, mencari kenikmatan yang meledak-ledak di dalam tubuh mereka masing-masing. Mereka benar-benar hanyut dalam kenikmatan dan Zara akan kehilangan harta berharga yang sudah ia jaga selama ini.
"Slow, Baby. Aku tidak akan ke mana-mana," kata Yudha dengan senyum manisnya.
"Pak, kenapa di sini panas sekali?" tanya Zara.
"Mungkin kamu hanya tidak enak badan, Zara," jawab Yudha.
"Pak, sentuh saya kayak tadi," kata Zara memohon. Entah kenapa tubuh dia menginginkan hal lebih dari hanya sekedar sentuhan tangan.
"Baiklah kalau itu yang kamu mau Zara. Saya tidak memaksa loh," balas Yudha dengan smirk miringnya.
"Pak Yudha, sentuh saya," pinta Zara berusaha memegang tangan Yudha kembali tapi ditepis Yudha.
"Panggil aku dengan daddy dulu," balas Yudha.
"Daddy tolong sentuh aku," pinta Zara dengan mata sayu.
Yudha menarik tubuh Zara ke dalam dekapannya lalu ia membantu Zara melepaskan gaunnya.
Yudha menampilkan tubuh dia yang memiliki bisep otot membuat Zara sangat tergoda.
"Zara, ada apa?" tanya Yudha melihat Zara hanya menatap ototnya.
Zara memajukan dirinya dan bertindak agresif membuat Yudha menggeram. Yudha hanya diam saja, ia ingin melihat sejauh mana yang akan gadis di hadapannya lakukan.
Yudha melihat Zara hanya diam menurunkan resleting celananya hingga benda tersebut terlihat semakin menggembung dibalik dalaman Yudha membuat mata Zara terbelalak melihat benda tersebut terlihat sangat besar padahal masih dilapisi kain tipis.
"Apa kamu mau?" goda Yudha
Samar-samar Zara menganggukkan kepalanya.
"Apa itu muat," gumam Zara.
" Pasti muat baby perempuan itu memiliki tubuh sensitif yang elastis, Baiklah, saya akan melakukannya sekarang. kata Yudha.
Brakk
Yudha membalikkan posisinya. Sekarang Zara berada di bawahnya.
"Let's play, Baby," kata Yudha.
Yudha menatap tubuh polos Zara yang terlihat sangat menggoda di matanya. Yudha mulai mencecap kulit mulus Zara hingga meninggalkan jejak kemerahan.
"Shttt, Pak Yudha," pinta Zara dengan tatapan memohon.
Jlebb
Tiba-tiba milik Yudha masuk ke dalam milik Zara dalam sekali hentakkan menerobos penghalang yang ada di milik Zara membuat Zara merintih kesakitan.
"Daddy sakit, lepasin keluarkan, sakit," kata Zara dengan air mata mulai menetes.
Yudha mendiamkan sebentar. Saat ia sudah tidak melihat Zara yang kesakitan, ia mulai menggerakkan miliknya dengan ritme pelan untuk mengalihkan rasa sakit.
"Daddy, aku mau keluar!" teriak Zara.
"Bersama," balas Yudha.
Tempo gerakkan Yudha semakin menjadi menciptakan gelombang gairah yang tiada tara hingga kenikmatan itu akan datang dan menghilangkan akal sehat mereka satu sama lain. Daei Zara yang duluan menyalurkan kenikmatannya lalu disusul Yudha yang juga sama-sama merasakan hal yang begitu enak dalam hidup dia.
"Terima kasih, Baby you are mine," kata Yudha.
Yudha bangun dari ranjang membiarkan Zara masih terbaring dengan setengah sadar. Mata Yudha menatap Zara yang begitu cantik seperti Bidadari tersenyum memandangi wajah Zara.
"Pak Yudha," panggil Zara.
"Ada apa, Baby?" tanya Yudha.
Zara merasa dia seperti mimpi bangkit dari ranjang. Ia berharap ini semua hanyalah mimpi dan bukan kenyataan.
"Kenapa bangun, Baby?" tanya Yudha.
"Pak Yudha, apa yang terjadi?!" teriak Zara sambil meringis kesakitan tapi masih seperti orang linglung.
"Jangan teriak-teriak, Baby. Nanti ada yang ke sini loh," tegur Yudha.
"Pak yudha, aku takut sekali tolong lindungi aku," kata Zara.
"Kenapa, Baby? Kamu mau bersih-bersih? Tapi besok bersih-bersih lagi ya," kata Yudha.
Zara mengangguk antara sadar atau tidak tapi dia menitikkan air mata di hadapan Yudha.
"Cup, cup, Baby, jangan menangis semua akan baik-baik saja," kata Yudha dengan senyum yang manis.
Yudha menggendong Zara ke kamar mandi lalu mendudukan Zara di dudukan toilet sambil Yudha menyiapkan air hangat apalagi sudah malam. Zara masih saja mengigau memanggil Yudha.
Yudha terkekeh dan menggendong Zara ke bath up hotel membersihkan tubuh Zara supaya Zara nyaman tidurnya.
"Arghh! Sakit," ringis Zara saat Yudha membersihkan tubuh sensitif dia yang tadi disentuh.
"Aku enggak suka sama Pak Yudha," kata Zara sambil menutup matanya.
Yudha mengepalkan tangannya. Hari ini akan dia membiarkan Zara bicara sendiri besok-besok Zara akan menjadi boneka yang manis. "Sekarang kamu bisa menolakku tapi lain kali kau sendiri yang akan memintanya," gumam Yudha.
Setelah selesai mengelap tubuh Zara, Yudha membawa Zara ke atas ranjang. Perlahan Yudha mulai menurunkan Zara ke ranjan. Zara mulai terlelap dengan wajah damai, sedangkan Yudha duduk di samping Zara.
"Sebaiknya aku menelepon Yohan," gumam Yudha.
Yudha mengambil ponselnya lalu ia menekan nomor telepon Yohan.
***
Tring tring
Ponsel milik Yohan berbunyi. Yohan yang baru saja hendak tidur melihat bahwa yang menelepon adalah Yudha langsung mengangkat panggilan itu.
"Hallo, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Yohan.
"Yohan, selama saya di hotel kalau istri saya mencari saya katakan saja pada dia bahwa saya sedang perjalanan di luar kota. Saya tidak mau dia tahu tentang hal ini," perintah Yudha.
Yohan tentunya menuruti perintah Yudha yang sudah dia anggap seperti Dewa baginya. Ia dulu adalah anak jalanan yang disekolahkan oleh Yudha lalu bekerja untuk yudha menjadi asistennya. Yudha sangat mempercayai Yohan sebagai asistennya. Yohan pun tidak pernah membantah apalagi berbohong pada Yudha selalu membantu dia dan teman-teman jalanan dia dulu juga semuanya dibantu oleh Yudha.
"Aku tidak menyangka bahwa Tuan Yudha yang selalu setia selama ini sekarang nisa berkhianat pada Nyonya Mutiara," gumam Yohan. Ia tidak berani langsung mengatakan pada Yudha.
"Saya bosan sama istri saya," kata kata Yudha.
Yohan hanya bisa mendengarkan keluh kesah Yudha. Dia tahu Yudha dia berkata demikian karena Mutiara selalu sibuk dengan diri dia sendiri dan karir tentu saja apalagi sekarang Sienna anak dari Yudha yang juga kuliah di luar negeri kalaupun menelepon pasti ada maunya.
"Tuan, sekarang sudah malam. Besok pasti gadis yang di hadapan Tuan akan terkejut dengan apa yang terjadi. Apa Tuan sudah menyiapkan kata-kata untuk gadis Tuan itu?" tanya Yohan.
"Hahaha, Yohan. Dia sudah tidak gadis lagi, tapi tenang aku bisa menghandle dia. Toh dia juga bukan dari kalangan atas jadi kamu urusi para wartawan, jangan sampai ada yang tahu. Satu lagi, tolong bilang kalau perlu suap para karyawan di hotel ini kalau ada yang berani berkhianat lenyapkan saja atau buat dia kehilangan pekerjaan hingga memohon padaku," kata Yudha dengan raut wajah dinginnya.
"Baik, Tuan. Segera saya laksanakan mohon ditunggu tuan," balas Yohan.
"Oke, oke, saya juga akan tidur saat ini. Pastikan semuanya berjalan sesuai rencana. Jangan ada yang tahu soal kejadian hari ini kalau sampai ada yang tahu kamu akan saya beri pelajaran," perintah Yudha.
Yudha mematikan sambungan telepon itu. Tangan Yudha membelai lembut pipi Zara yang merona indah di hadapan dia saat ini.
"Huft, rasanya aku ingin memandangi wajahmu terus. Kalau besok pasti kamu akan heboh dan akan mengamuk padaku. Aku tidak menyangka akan mendapatkan gadis secantik kamu. Oh iya, sudah tidak gadis lagi. Maafkan aku, Zara. Aku terpaksa berbuat seperti ini demi mendapatkan kamu. Aku janji aku akan mengabulkan apa pun yang kamu mau asal kamu menurut padaku," kata Yudha dengan wajah yang berseri-seri.
Yudha berbaring di samping Zara lalu ia memejamkan matanya menyusul Zara yang sudah tertidur duluan sambil memeluk Zara.