Devil old man

1056 Kata
Yudha menatap tajam Madam Ema. "Bukan urusan anda, cukup dandani dia dan jangan banyak bicara," desis Yudha tajam. Seketika Madam Ema merasa ketakutan. Dia tahu rumor yang beredar, kalau Yudha tidak suka dengan seseorang dipastikan orang itu akan hancur. "Mari, Nona, saya dandanin," kata Madam Ema sambil menepuk kursi yang berada di depan meja rias. Zara berjalan mendekati Madam Ema lalu ia duduk di kursi meja rias, sedangkan Yudha mendudukkan dirinya di sofa yang ada di sana. Madam Ema mulai mendandani wajah Zara. Madam Ema memoleskan make up yang menampilkan kesan natural dengan lipstik warna merah gelap yang membuat aura Zara terlihat semakin seksi. "Wow, Nona sangat cantik sekali!" kata Madam Ema dengan antusias. Setelah berdandan, Zara disuruh mencoba gaun yang sudah Madam Ema pilihkan untuk Zara di fitting room. Tidak lama, Zara keluar dari fitting room sudah dengan menggunakan long dress warna merah menampilkan sedikit bukit kembar Zara dan bahu putih mulusnya. Yudha melihat Zara sudah keluar dengan penampilan yang begitu seksi di matanya langsung menatap Zara apalagi saat ia melihat gaun tersebut menampilkan belahan bukit kembar Zara membuat miliknya tanpa sadar mulai mengeras. "Zara, kamu cantik sekali," puji Yudha sambil memegang miliknya yang terlihat menonjol dibalik celananya agar tidak kelihatan Zara. "Terima kasih, Pak Yudha," balas Zara dengan senyum canggung. Yudha merasa semuanya sudah pas sesuai kemauannya akhirnya langsung melunasi semua biaya gaun dan dandan Zara. Setelah itu, Yudha menggandeng tangan Zara menuju mobilnya diikuti asisten dan beberapa pengawalnya. "Pak Yudha, lepasin," pinta Zara sambil berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Yudha. Bukannya melepaskan, Yudha justru semakin mengeratkan pegangannya hingga tangan Zara memerah. "Pak, Sakit," lirih Zara dengan mata mulai berkaca-kaca. "Makanya jangan pernah membantah saya," balas Yudha. akhirnya zara mengikuti apa mau Yudha. Zara bingung dia mau dibawa ke mana, dia juga risih dengan pakaian yg ia pakai karena tidak biasanya ia memakai pakaian ini. Sesampainya di mobil, Zara masuk ke dalam mobil diikuti Yudha di belakangnya. Udin mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju salah satu hotel milik Yudha. Sepanjang di perjalanan, Zara hanya menatap keluar jendela sedangkan Yudha sibuk dengan ponselnya. "Pak Yudha mau bawa aku ke mana ya," gumam Zara saat melihat jalanan yang terlihat sangat sepi. Beberapa menit kemudian, mobil tersebut akhirnya sampai di sebuah hotel yang terlihat sangat indah membuat mata Zara membulat. Ia begitu terkejut melihat hotel tersebut yang memiliki warna dominan merah serta di dindingnya terdapat tumbuhan menjalar menampilkan kesan natural pada hotel tersebut. "Ayo Zara, kita turun sekarang. Pasti kamu sudah sangat lapar," kata Yudha. "Saya enggak mau, Pak. Saya malu kalau pakai baju ini masuk ke sana," balas Zara. "Tenang, Zara. Ada saya di sisi kamu," kata Yudha sambil mengusap lembut pipi Zara tapi tangannya ditepis. "Jangan kurang ajar, Pak! Saya tidak mau turun!" teriak Zara tepat di depan muka Yudha membuat Yudha geram. "Zara, turun sekarang!" perintah Yudha dengan mata melotot. Zara yang ketakutan dengan tatapan Yudha yang bak monster saat ini akhirnya keluar dari mobil diikuti Yudha di belakangnya. Yudha menggenggam tangan Zara menuju ke dalam hotel. Yudha membawa Zara ke sebuah restaurant yang berada di dalam hotel. Restaurant tersebut didominasi warna pink, lilin-lilin berderet menyala di sisi kanan dan kiri tembok restaurant menampilkan suasana yang romantis. Sesampainya di meja mereka, Yudha menarik kursi mempersilahkan Zara untuk duduk. "Silahkan duduk, Zara," kata Yudha. Zara mendudukkan dirinya di kursi lalu Yudha duduk di hadapan Zara. Tidak lama seorang pelayan menghampiri mereka dan memberikan buku menu ke mereka. "Zara mau makan apa?" tanya Yudha dengan senyum manisnya. "Terserah Pak Yudha aja," jawab Zara. Dia tidak terbiasa memakan makanan di restoran mewah. Yudha akhirnya memesan dua porsi steak tenderloin dan juga dua gelas wine. Setelah mencatat semua orderan Yudha, pelayan tersebut langsung pergi meninggalkan mereka berdua. Mata Yudha tidak henti-hentinya menatap Zara, gadis yang mendadak masuk ke dalam hatinya. "Dia cantik sekali, ingin rasanya aku memilikinya sekarang juga, dan bentar lagi dia akan segera menjadi milikku," gumam Yudha. Tidak lama makanan mereka sudah datang. Para pelayan meletakkan satu per satu makanan pesanan Yudha ke hadapan mereka, tak lupa pelayan tersebut juga menuangkan wine ke gelas Zara dan Yudha. "Silahkan dinikmati, Tuan, Nona," kata pelayan tersebut. Yudha mengkodekan pelayan tersebut untuk segera pergi dengan jarinya. Ia memandang gelas wine milik Zara dan Zara bergantian. Ia sudah memiliki suatu rencana sejak tadi ia melihat Zara yang sangat seksi di butik tadi. "Zara, winenya diminum dulu," kata Yudha. "Pak Yudha, saya tidak terbiasa minum minuman itu," balas Zara. Yudha menggenggam tangan Zara lalu ia meletakkannya di pegangan gelas. " Diminum, Zara. Saya yakin kamu akan menyukai minuman ini," kata Yudha dengan smirk miringnya. Zara merasa tidak enak menolak Yudha akhirnya mengangkat gelas tersebut lalu meminumnya dengan pelan. "Enak kan?" tanya Yudha. Zara hanya menganggukkan kepalanya. Mereka berdua mulai memakan makanannya dengan nikmat ditemani alunan musik romantis yang begitu indah. "Aduh kenapa mendadak badanku aneh ya," gumam Zara. Yudha melihat gerak-gerik Zara tersenyum licik, rencananya sukses. "Zara, kamu baik-baik saja?" tanya Yudha dengan tatapan iba. "Sa–saya baik, Pak," jawab Zara terbata-bata. Entah mengapa tubuh Zara merasa seperti terbakar bahkan miliknya terasa sangat basah di bawah sana dan juga berkedut-kedut. "Aduh gimana ini, kenapa mendadak dalamanku terasa basah dan tubuhku panas," gumam Zara. Yudha melihat Zara terlihat sangat manis dan pipi Zara memerah bangkit dari duduknya. Ia menghampiri Zara lalu memeluknya membuat tubuh Zara menginginkan lebih bahkan Zara memeluk Yudha balik. "Sepertinya kamu tidak baik-baik saja, sebaiknya saya mengantar kamu ke kamar hotel," kata Yudha sambil merangkul Zara menuju kamar hotel. "Pak, kita pulang aja ya. Saya tidak enak kalau menginap di sini," balas Zara. "Saya tidak suka dibantah, Zara. Ikutin apa pun yang saya minta," kata Yudha dengan penekanan. Di dalam hati Yudha, ia merasa sangat gembira. Ia pastikan rencananya akan sukses hari ini dan dia akan memiliki Zara seutuhnya. "Kamu akan menjadi milikku malam ini, Zara," gumam Yudha. Sepanjang di perjalan menuju kamar hotel, Zara yang merasa tubuhnya sangat panas apalagi saat Yudha yang hanya menyentuh tangannya berusaha melepaskan bajunya. Entah mengapa ia merasa harus melepaskannya karena ia tidak kuat bahkan ia ingin memegang miliknya sekarang juga. "Zara, jangan di sini. Kita di kamar aja ya," kata Yudha melihat Zara yang mau melepaskan pakaiannya tapi ditahan tangannya oleh Yudha. Zara yang tidak memperdulikan perkataan Yudha hanya diam saja. Tubuhnya terasa seperti jelly dan haus belaian. Setiap Yudha menyentuh pinggul dan tangannya ia merasakan miliknya terasa semakin basah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN