Yudha Alfarez
Hamparan rumput yang sangat indah membentang di Nirwana Golf, Bali yang merupakan tempat bermain golf khusus para pengusaha yang memiliki uang yang berlebih. Di tempat duduk yang terletak tidak jauh dari tempat permainan, para pengusaha sedang mengobrol ditemani dengan caddynya masing-masing.
Para caddy yang menemani para bapak-bapak itu begitu cantik dan memang sengaja terpilih menjadi pendamping mereka. Caddy itu tugasnya Mulai dari mengelap tongkat golf, menghitung jumlah bola, dan melihat kondisi lapangan pun merupakan pekerjaan wajib mereka serta juga salah satunya ada yang menjadi teman untuk menemani para bapak-bapak yang terkadang suka merasa kesepian.
Salah satu pengusaha ternama yang memiliki nama Yudha Alfarez sedang duduk istirahat ditemani para caddynya dan juga teman-temannya. Selain mengobrol masalah bisnis mereka juga terkadang bercerita soal wanita-wanita mereka yang selalu menyenangkan mereka.
"Bapak Yudha, kapan nih mau kayak kita kita nih, bahagia sama sugar baby, hahaha?" tanya Theo Rans yang sangat akrab dengan Yudha dan merupakan pengusaha yang mempunyai perusahaan rokok terbesar bernama Rans tentunya.
"Pengen banget keluarga gw ada orang ketiga," kata Yudha memutar bola matanya.
"Helloo, istri lu pasti ngerti deh kenapa lu butuh sugar baby, gw aja izin sama istri gw," balas Theo sambil berkedip genit ke arah gadis caddy di sampingnya.
"Ya ya, gw enggak bakal mengurus sugar baby deh, geli gw. Masa iya gw dipanggil Yudha sang sugar daddy," kata Yudha sambil berdecak.
"Hahaha, jangan asal ngomong, Bro. Nanti kepincut sama sugar baby baru tahu rasa lu," kata Theo.
Tring tring tring
Yudha melihat ponselnya, dan ternyata istrinya yang menelepon meminta ijin kepada temannya untuk mengangkat teleponnya dulu.
"Sudah sudah ya, gw mau angkat telepon dari istri gw dulu nih," kata Yudha.
Theo Rans masih tertawa dengan para caddynya. Hari ini dirinya tidak membawa sugar babynya karena sugar babynya sedang kuliah. Theo mengernyit tiba-tiba saat melihat Yudha temannya balik-balik wajahnya terlihat kesal.
Yudha menghelakan napas dan memijat pelipisnya. Salah satu caddy yang disewa Yudha langsung menyodorkan orange juice ke Yudha.
"Kenapa lu datang-datang bete?" tanya Theo.
"Biasalah, istri gw mau pembukaan toko kuenya yang baru di daerah Jakarta, kalau sudah pembukaan pasti perginya bisa sebulan sama teman-temannya," jawab Yudha sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Ohh, pantesan istri gw Cantika juga ijin sama gw mau pergi ke Jakarta, ternyata pembukaan toko kue istri lu toh. Bilangin sama istri lu jangan lama-lama ninggalin babang suami ,nanti ditikung sugar baby loh, hahaha," kata Theo.
"Sialan," kata Yudha mendengar celotehan temannya yang terkadang suka ceplas-ceplos.
"Oh iya, putri lu Sienna gw dengar kuliah di Perancis ya?" tanya Theo.
"Iya, bareng putri lu si Anastasia, mereka sama deh kayak kita sahabatan ke mana-mana harus sama-sama," jawab Yudha.
"Hahaha. Tapi lu belum ngikutin jejak gw sayangnya, biar enggak merasa kesepian," balas Theo sambil terkikik geli sendiri.
"Senang banget sih lu ngajak sahabat lu buat punya sugar baby juga," kata Yudha berdecak.
"Hahaha, iya iya dah terserah lu," balas Theo.
"Gw pulang duluan ya, Bro. Lu masih mau di sini?" tanya Yudha.
"Enggaklah. Gw sambil nunggu sore aja, gw mau jemput sugar baby gw nanti di tempat kuliahnya," jawab Theo.
"Inget anak lu juga masih kuliah, nanti kena karma pula," kata Yudha sambil menggeleng-gelengkan kepala dan bersiap untuk pergi.
"Yaelah, jadul banget lu," balas Theo.
"Ingat, karma is real, Bro," kata Yudha.
"Hati-hati di jalan, Bro," kata Theo.
"Hhmm, thank you," balas Yudha.
Bugh
"Maaf maaf, Pak. Saya lagi buru-buru," kata seorang gadis dengan mata berwarna coklat beradu dengan mata Yudha.
Perempuan tersebut rambutnya berwarna ombre burgundy dengan kulit berwarna putih s**u dan bibirnya terlihat tipis dan merekah.
"Maaf, Pak, kenapa melamun ya? saya mau pergi nih, Bapak tidak apa-apa kan?" tanya Gadis itu sambil menatap mata Yudha.
"Iya, saya tidak apa-apa. Besok besok tolong hati-hati ya," balas Yudha.
gadis itu mengangguk lalu pergi berlalu. Yudha menatap punggung gadis itu yang berlalu meninggalkan dirinya tapi sedetik kemudian ia menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Siapa gadis itu? Apa dia caddy di sini? Kalau iya, kenapa aku tidak pernah bertemu dengannya ya?" gumam Yudha sambil berjalan menuju parkiran.
Supirnya Yudha yang bernama Udin sudah menunggu tuannya di depan mobil, dan saat ia sudah melihat tuannya berjalan ke arah mobil mengernyitkan dahinya.
"Tuan, kenapa tidak dijemput di lobby saja?" tanya Udin dengan sopan.
"Iya, tidak apa-apa. Sekali-sekali saya jalan kaki, toh bagus untuk kesehatan," jawab Yudha.
"Iya, Tuan," balas Udin sambil membukakan pintu mobil untuk tuannya.
Yudha masuk ke dalam mobil BMW miliknya yang merupakan salah satu koleksi mobil yang murah menurutnya dibandingkan deretan mobil mewah yang ada di rumahnya. Saat ini hampir semua merek mobil dia memilikinya baik di rumah maupun untuk inventaris di perusahaannya.
Udin berjalan memutar menuju kemudi mobil. Saat sudah di dalam mobil ia mulai menyalakan mobil tuannya dan melajukannya.
Yudha menatap ponselnya yang menampilkan laporan-laporan keuangan perusahaan. Pada saat libur dia juga suka mengecekk pekerjaan para karyawan di perusahaannya, dia tidak ingin merasa ketinggalan updatean mengenai kemajuan atau permasalahan apa pun yang dihadapi perusahaannya. Dia harus tahu duluan.
"Tuan, mau diantar ke mana?" tanya Udin sopan.
"Kita langsung menuju Korea Restaurant dekat sini. Saya ingin bertemu klien saya di sana," jawab Yudha dengan nada lembut.
"Ohh iya Tuan, bibimbab restaurant itu ya, Tuan?" tanya Udin.
"Nah, iya betul," jawab Yudha.
Yudha memang sangat akrab dengan supirnya Udin dan para pekerjanya juga. Dia menganggap para pekerja seperti keluarga untuknya sehingga dirinya tidak pernah semena-mena pada siapa pun.
Kehidupan Yudha begitu terlihat sempurna di mana pun, baik hubungan dengan istri, anak, keluarga besar dan pekerjanya semuanya sangat baik kalaupun ada masalah ia akan menyelesaikannya sebelum hari esok. Dia tidak ingin menunda-nunda, jika bisa dikerjakan hari ini. Tapi sebaliknya juga, ia juga akan memperhatikan pengaturan waktu untuk semuanya agar management waktunya bisa sejalan dengan apa yang Yudha inginkan.
"Maaf, Tuan. Saya mau tanya, Tuan. Sekarang nyonya sedang tidak berada di rumah dan Nona Sienna juga, apa saya boleh membantu,Tuan di perusahaan Tuan, mengantar jemput para sales yang kerja dengan Tuan?" tanya Udin.
"Ohh, kamu ingin sambilan maksudnya. Boleh aja, Pak Udin," jawab Yudha.
"Bukan begitu, Tuan. Gaji dari Tuan sangat sangat cukup, ini inisiatif saya saja daripada saya menganggur dan Tuan juga jarang berpergian dengan saya," balas Udin.
"Ohh boleh, Pak Udin. Nanti saya bicarakan dengan tim di perusahaan soal Bapak Udin akan membantu antar jemput di perusahaan," kata Yudha lembut.
"Terima kasih, Tuan," kata Udin.