Terjebak

1010 Kata
Yudha melihat ternyata Zara yang berdiri di hadapannya senyumnya terbit tapi sedetik kemudian memudar saat melihat terdapat banyak koper yang berada di belakang Zara. "Baby, sini kopernya saya bantu angkat," kata Yudha. Zara menyerahkan koper-kopernya, lalu Yudha mengambilnya. Yudha membawa masuk koper-koper tersebut ke dalam diikuti Zara di belakangnya, kemudian mereka mendudukkan dirinya di atas sofa yang berada di ruang tamu. "Baby, kamu kenapa? Cerita sama saya," tanya Yudha. Tiba-tiba air mata Zara yang dari tadi Zara tahan akhirnya tumpah. Kepalanya ia sandarkan ke tubuh bidang Yudha hingga membuat baju Yudha basah akibat air mata Zara. "Baby, ayo ceritakan semuanya, apa penyebab kamu menangis seperti ini," kata Yudha dengan lembut sambil membelai rambut Zara. Zara menarik napasnya dan menghembuskannya. Ia lalu mulai menceritakan semua yang terjadi pada dirinya. Yudha hatinya terasa berdenyut, ini semua adalah rencananya. Yudha membayar ibu kontrakan tersebut demi membuat Zara dikeluarkan dari kontrakan yang seperti kandang hewan itu menurutnya. "Maafkan aku, my baby Zara. Aku terpaksa membuatmu keluar dari kontrakan itu," gumam Yudha menatap iba Zara. "Zara, mending kamu istirahat dulu di kamar yuk, pasti kamu sudah lelah banget. Ayo Om antar," kata Yudha. Yudha melepaskan pelukannya dari Zara lalu ia mengambil koper milik Zara. Ia mulai berjalan menuju salah satu kamar kosong yang ada di sana diikuti Zara di belakangnya. Cklek Pintu kamar dibuka oleh Yudha. Zara melihat kamar tersebut sangat besar matanya berbinar dan ia langsung menatap Yudha. "Pak Yudha, terima kasih," kata Zara. Yudha tersenyum lembut lalu ia menarik tubuh Zara ke dalam pelukannya dan membisikkan sesuatu di telinga Zara. "Tidak ada yang gratis di dunia ini, Baby," bisik Yudha membuat Zara merinding disko saat merasakan hembusan napas Yudha di telinganya. "Pak Yudha, jangan bersikap kurang ajar. Saya akan secepatnya angkat kaki dari rumah ini jika saya sudah bisa melunasi bantuan anda," balas Zara sambil mendorong tubuh Yudha hingga pelukan Yudha terlepas. Yudha terkekeh. "Selamat mencoba, Baby," kata Yudha lalu ia berlalu dari hadapan Zara. Brakk Zara menutup pintu kamarnya dengan kencang setelah mengambil koper miliknya. Saat sudah di dalam kamar, Zara mengambil pakaian dari dalam koper lalu ia masuk ke dalam kamar mandi untuk bersih-bersih. Tubuh Zara terasa lengket karena seharian ini ia berada di luar. *** Yudha yang berada di ruang tamu melihat email diponselnya. Yudha teringat dengan ibu kontrakan Zara mengambil ponselnya lalu menghubungi ibu kontrakan Zara. Panggilan Yudha tersambung. "Hallo, Bu. Terima kasih karena sudah berhasil melakukan pekerjaan hari ini. Saya sudah mentransfer uang ke rekening Ibu," kata Yudha. "Terima kasih juga, Tuan. nanti kalau butuh apa-apa telepon saya saja," kata Sarah sambil tertawa-tawa. "Hmm," deham Yudha. Tap tap tap Yudha mendengar suara derap kaki mematikan ponselnya. Ia melihat Zara yang sudah keluar dengan pakaian rapi. "Baby mau ke mana?" tanya Yudha. "Saya mau menjenguk mama saya," jawab Zara. "Zara, kamu tidak perlu datang ke sana malam ini. Mama kamu sudah dijaga suster dan pengawal saya," balas Yudha. "Tapi saya tetap mau menjenguk mama saya, Pak. Mama saya membutuhkan saya di sampingnya," rengek Zara. "Zara, kamu harus menuruti semua perintah saya. Hari ini saya mau mengajak kamu untuk makan malam bersama. Tidak ada penolakan," balas Yudha dengan tatapan tajamnya. Zara melihat tatapan Yudha sangat mengerikan akhirnya hanya bisa menuruti perintah Yudha. Yudha memasukkan ponselnya ke dalam saku lalu ia mengajak Zara menuju mobilnya yang sudah ada di lobby apartemen. "Silahkan masuk, Tuan, Nona," kata Udin. Zara masuk ke dalam duluan disusul Yudha di belakangnya. Pintu mobil ditutup oleh Udin, lalu Udin masuk ke mobil. "Pak Yudha, mama saya bajunya masih di dalam apartemen, bolehkah kita mengantarnya dulu?" tanya Zara. "Untuk baju, sudah disiapkan untuk mamamu di sana. Jadi kamu tidak perlu memikirkannya lagi," jawab Yudha. "Baiklah," balas Zara lesuh. "Pak Udin, kita menuju salon langganan nyonya. Di sana ada Yohan yang membawa dress untuk Zara," perintah Yudha. "Baik, Tuan," balas Udin. Udin menyalakan mesin mobil, lalu ia mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Sepanjang perjalanan, Zara memalingkan wajahnya keluar jendela, dia malas menatap pria gatal di sampingnya. Sedangkan Yudha tersenyum melihat Zara yang begitu cantik dan menarik di matanya saat ini. "Jauh-jauh amat duduknya, Baby," goda Yudha. Zara membalik tubuhnya. "Jangan pernah memanggilku dengan sebutan baby. Saya geli, Pak Yudha terhormat," balas Zara. "Berani juga nona ini sama Tuan Yudha. Apa ini pujaan hati tuan? Tapi bagaimana dengan nyonya? Apa akan ada poligami nantinya?" gumam Udin. "Hahaha, kamu ini lucu sekali, Baby, kalau lagi marah. Hmm, saya jadi tidak tahan membawamu ke kamarku," kata Yudha sambil tertawa terbahak-bahak membuat Zara bergidik ngeri. Zara diam, dia tidak mau menjawab gurauan pria tua di hadapannya. "Babyku, saya akan berusaha membuat hatimu bersamaku," gumam Yudha melirik Zara yang lagi-lagi hanya diam. Sepanjang di perjalanan hanya suara musik di mobil Yudha yang berdendang. Setelah setengah jam perjalanan, mereka akhirnya sampai di salon. "Tuan, kita sudah sampai salon," kata Udin. "Iya. Terima kasih, Pak Udin," balas Yudha. Udin keluar dari mobil, lalu membuka pintu mobil untuk tuan dan nonanya. "Silahkan," kata Udin. "Terima kasih, Pak," kata Zara sopan sambil tersenyum. Yudha mendelik kesal, Zara tidak tersenyum kepadanya tapi bisa tersenyum kepada yang lain membuat harga dirinya benar-benar jatuh di hadapan gadis ini. Yudha menarik tangan Zara. "Apa-apaan sih Pak Yudha?! Lepasin tangan saya!" teriak Zara. "Zara, diam!" bentak Yudha karena kesal dengan tingkah dari Zara membuat dia akhirnya emosi. Zara pun terkejut mendapat bentakan dari Yudha. Zara matanya berkaca-kaca menahan tangis, tangannya ditarik paksa oleh Yudha. Sampai di salon, mereka disambut oleh para karyawan salon. "Tuan," panggil Yohan. "Iya. Di mana tempat untuk Zara? Saya tidak mau Zara bergabung dengan gadis-gadis lain," kata Yudha dengan penekanan. "Di sebelah sini, Tuan," balas Yohan menunjuk ruangan VIP khusus untuk Zara dan tuannya. Mereka masuk ke dalam ruangan itu, di sana sudah ada owner dari salon itu. "Hai, Tuan Yudha. Sudah lama tidak melihat Tuan berkunjung di sini," sapa Madam Ema dengan nada genitnya. "Hahaha, iya Madam Ema. Ini perkenalkan namanya Zara," balas Yudha. "Ohh, jadi ini yang akan didandani. Apa ini anak Tuan?" tanya Madam Ema melihat penampilan Zara dari atas sampai bawah. "Apa benar ini anak Tuan Yudha? Kenapa penampilannya sederhana begitu?" gumam Madam Ema.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN