Gadis bodoh

1018 Kata
Beberapa menit kemudian, mobil yang ditumpangi Zara dan ibunya berhenti di depan pagar besar. "Pak Udin, ini rumah siapa?" tanya Zara. "Ini rumah Tuan Yudha yang sudah lama tidak ditempati, Nona," jawab Udin. Sebenarnya Udin berbohong. Rumah ini adalah rumah yang sengaja Yudha beli untuk Zara dan tentunya sudah dibeli Yudha dengan atas nama Zara. "Oh," balas Zara. Krekkk Pagar tersebut dibuka oleh pengawal. Udin mulai melajukan mobilnya menuju ke dalam mansion. Selama dari pintu pagar ke depan mansion, Zara begitu terpukau dengan mansion tersebut. Mansion itu sangat besar untuk Zara dan ibunya. "Zara, rumah ini besar sekali untuk kita berdua," kata Aina memuji mansion di hadapannya. "Iya, Ma. Mulai sekarang kita akan tinggal di sini," balas Zara. Zara sangat senang melihat mamanya senang. Sudah lama sekali dia jarang melihat senyuman dari bibir mamanya. "Nona, kita sudah sampai. Mari saya antar," kata Udin yang sudah memarkirkan mobil di depan pintu mansion. "Iya, Pak. Ayo kita turun sekarang," balas Zara. Udin keluar dari mobil lalu ia membuka pintu untuk Zara dan mamanya. Zara keluar dari mobil disusul Aina. Udin mengambil tas Zara lalu ia mengajak Zara dan Aina untuk masuk ke dalam. Saat sudah di dalam, para pelayan menyambut kedatangan mereka. "Selamat sore, Nona. Saya Tini. Mulai hari ini saya akan membantu Nona untuk melakukan apa pun," kata Tini, salah satu pelayan di mansion itu. "Iya, terima kasih," balas Zara. Zara menatap wanita paruh baya di hadapannya. Ia merasa penasaran dengan Tini dan dia menduga bahwa Tini pasti sangat mengetahui tentang Yudha. "Aku akan mencari tahu tentang Pak Yudha nanti dari Tini. Aku sangat penasaran dengan dia," gumam Zara. "Nona, Nyonya, mari saya antar ke atas," kata Bi Tini. Zara dan mamanya mengikuti langkah kaki Tini dan Udin menuju ke sebuah kamar. Pintu kamar dibuka oleh Tini membuat mata Zara terbelalak. Ia melihat kamar mamanya dan dia terlihat sangat luas dan ukurannya kayaknya lebih luas dari kamar yang ada di apartemen Yudha. "Silahkan masuk, Nona, Nyonya," kata Tini. "Nona Zara, sebentar. Saya ada yang mau diomongin," kata Udin sambil mengkodekan pada Zara untuk menyuruh mamanya masuk dulu dengan tangan. "Ma, Mama masuk dulu ya, aku ada urusan sebentar sama Pak Udin," kata Zara. Aina masuk ke kamar bersama Bi Tini yang memegang tas miliknya. Sedangkan Zara masih di depan kamar bersama Udin. "Nona Zara disuruh Tuan Yudha untuk ke apartemen nanti malam. saya akan menunggu Nona di bawah," kata Udin. Zara hanya menganggukkan kepalanya. Lalu ia masuk ke kamar dan menyuruh Bi Tini keluar. Ia ingin bersama mamanya dulu sebelum nanti malam ia pergi. "Mama istirahat dulu, ya. Aku mau masak untuk Mama. Mama pasti belum makan kan?" kata Zara. "Kamu di sini aja, Nak. Kita baru aja sampai masa kamu udah mau masak," tanya Aini sendu. "Zara udah lama enggak bikinin makanan untuk Mama, lagian ini keinginan Zara sendiri kok," jawab Zara. "Ya sudah, kalau itu mau kamu. Tapi Mama minta kamu jangan kelelahan. Mama tidak ingin kamu sakit gara-gara kecapekan," kata Aina. "Iya, Ma," balas Zara. Drt drt Ponsel Zara berbunyi. Ia melirik ponselnya, ternyata Samantha yang menelepon membuat rahang Zara mengeras dan wajahnya memerah karena kesal. Ia merasa benar-benar dijebak oleh Samatha dan ia merasa sangat bodoh karena mudah ditipu Samantha. "Ma, Zara angkat telepon sebentar ya," kata Zara. "Iya, Nak. Jangan lama-lama, Mama masih mau bersama kamu," balas Aina. Zara keluar dari kamar, lalu ia menekan tombol berwarna hijau. "Hallo, Samantha. Ngapain kamu menelepon aku?! aku membenci kamu, Samantha!" teriak Zara dengan napas yang memburu. Ia sudah sangat membenci Samantha. "Loh, kok gitu? Kan kamu yang membutuhkan bantuan. Ya aku bantu, Zara. Kamu kan yang butuh kenapa jadi aku yang disalahkan?" kata Samantha tidak mau kalah. "Aku sangat bodoh sudah meminta bantuan ke kamu. Seharusnya aku tidak pernah melakukan itu!" teriak Zara. "Dasar tidak tahu terima kasih, sudah dibantu malah fitnah," balas Samantha. "Ya sudah, terima kasih telah menghancurkan hidupku!" teriak Zara. Tut Sambungan dimatikan sepihak oleh Zara. Ia meremas ponselnya dan tubuhnya merosot ke lantai. "Sial! Kenapa hidupku begini banget! aku cuma butuh uang untuk pengobatan ibuku dan aku dijebak oleh teman yang kupikir baik!" teriak Zara. Ting Ponsel Zara berbunyi petanda ada pesan masuk. Zara melihat itu dari Yudha yang menanyakan apa dirinya suka dengan mansion ini tidak menjawab pesan itu, tapi matanya beralih pada pesan dari Thomas. "Bagaimana keadaan ibu kamu?" tanya Thomas di pesan itu. "Ibuku sudah sehat Thomas. Sekarang ibuku sudah di rumah," jawab Zara dengan senang. Zara yang sedang senang melihat pesan dari Yudha yang menyuruhnya membalas langsung membalas pesan itu dengan singkat dan padat. Zara beralih kembali ke pesan masuk dari Thomas lagi. "Zara, aku ada pekerjaan untuk kamu. Pekerjaan ini hanya meminta kamu untuk pergi menemani orang ke kondangan. Lumayan loh uangnya," kata Thomas. "Boleh deh. Lagian tidak ada ruginya kalau cuma nemenin orang kondangan," balas Zara. "Oke, besok kamu bisa?" tanya Thomas. "Bisa kok, aku selalu bisa," jawab Zara. Tidak lama Yudha membalas pesan dari Zara dengan menyebutkan nama Zara Fern dengan lengkap membuat Zara mengernyitkan dahinya. "Apa-apaan sih, Pak Yudha? Cuma memanggil namaku," gumam Zara kesal. Zara berjalan menuju dapur. Sesampainya di dapur, ia melihat Bi Tini sedang duduk menghampirinya. "Ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanya Bi Tini. "Bi, saya mau masak sop ayam untuk mama saya, apa bahannya ada semua?" tanya Zara. "Semua bahan ada, Nona. Bibi aja yang masak ya, Nona duduk aja," jawab Bi Tini. "Saya bantu ya, Bi. Saya enggak suka kalau cuma hanya diam saja," balas Zara. Akhirnya Bi Tini mengalah. Mereka berdua mulai memasak sop untuk Aina sambil mengobrol-ngobrol. "Bi Tini sudah kerja di sini berapa lama, Bi?" tanya Zara. "Saya kalau di rumah utama udah kerja dari Tuan menikah dan memiliki anak yang sepertinya seumuran Nona. Kalau di sini saya baru mulai hari ini kerjanya," jawab Bi Tini. Zara mengangguk-nganggukkan kepalanya. "Pak Yudha orangnya gimana, Bi?" tanya Zara. "Pak Yudha itu orang yang sangat baik, makanya banyak orang yang ingin mengikuti kepribadian dia. Apalagi Pak Yudha sangat menyayangi keluarganya," jawab Bi Tini. Hati Zara terasa remuk. Ia merasa takut menjadi pelakor dan perusak hubungan Yudha dengan keluarganya. "Nona, anda baik-baik saja?" tanya Bi Tini melihat Zara terdiam.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN