26

942 Kata
Luis menahan setiap serangan dari pedang itu dengan kuat, sangat berbeda dari apa yang ia lakukan dengan Jagur. Luis hanya bisa bertahan dan menyerang sesekali membalas apa yang di lakukan Toni. Hentakan setiap pedang yang dilakukan Toni cukup kuat membuat dirinya sedikit goyah, sepertinya ia benar salah pilih lawan. Toni tidak seperti Jagur, bahkan jauh lebih kuat dari Jagur. Jika benar Toni sudah membunuh enam peserta berarti Toni sangat kuat karena dalam waktu empat hari bisa menumbangkan mereka. Ia saja hanya berhasil membunuh satu orang satunya lagi ia buat tak sadarkan diri. Toni terus mengayunkan pedangnya kearah Luis yang hanya bisa ditahan dengan stick milik luis. Sedikit saja salah melangkah mungkin ia akan kalah dalam pertarungan ini. Sementara itu Toni sudah membunuh enam peserta lainnya mereka sangat mudah ia kalahkan, bahkan beberapa dari merreka langsung ia bunuh dalam satu sampai dua langkah. Tak ada yang bisa menghiburnya sejak masuk arena ujian mematikan itu yang menurutnya hanya arena anak kecil bermain. Toni Ludres dari provinsi ke-28 kota Ciandis Utara, terlahir dari keluarga Ludres keturunan delapan. Ludres atau Luandeariendras (gelar kebangsawanan kota) adalah keluarga ahli beladiri pemilik sanggar dojo yang paling terkenal di provinsi ke-28, dari tahun ketahun keluarga itu selalu langganan pemenang beladiri se-Linkton. Migel Lundres dan  istrinya adalah seorang ahli beladiri yang suka berpetualang, karena tersohornya keluarga Lundreas, akhirnya mereka membangun tempat beladiri di kota Ciandis utara dibawah gunung Tartarius, tapi setelah membangun tempat latihan dan memiliki tiga anak dua laki-laki dan satu perempuan, istri Migel mengalami sakit lumpuh hingga saat ini. Migel mengurus sanggar beladiri itu sendirian, lalu ketiga anaknya tumbuh, sejak kecil ketiganya sudah ditanamkan seni beladiri dan menjadi kuat. Anak pertamanya bernama Arda, Toni dan seorang perempuan lagi Morian. Ketika anak mereka mengikuti jejak ayah dan ibunya mengurus tempat beladiri, lalu mereka tumbuh dan besar sebagai ahli beladiri. Lalu tempat itu tersohor dan terkenal, semua orang tahu itu. Banyak orang datang untuk berhatih dan tak jarang ada yang menantang, tapi semua bisa di kalahkan dengan mudahnya. Dari mudahnya mengalahkan para penantang dan musuh itulah Toni merasa bosan karena tak ada satupun yang membuatnya bertarung dengan bersungguh-sungguh, ia ingin merasakan ketakutan dan sakit saat bertarung, tapi ia tak pernah mendapatkan hal itu. Ia memang nampak sombong, tapi itu memang benar adanya. Maka ketika ia mendnegar ujian akan segera di belangsungkan ia sangat antusias, ia belajar dengan sungguh-sungguh di babak penyisihan dan akhirnya ia lolos ujian itu. Dari provinsi ke-28 menuju provinis 10 memang cukup jauh, tapi Toni menikmati saat-saat iti. Namun, ia harus menunggu hingga dua minggu di tempat karantina, ia merasa bisan mulai mencari gara-gara dengan peserta lain. Bahkan ada peserta yang hampir tidak mengikuti ujian karena cedera akibat luka yang diberikan Toni. Toni bahkan sudah berulang kali di tegur panitia agar tak melakukan hal-hal aneh selama karantina, karena jika melakukan hal aneh ia akan didiskualifikasi, resiko terberatnya ia tak akan selama ketika pulang nanti. Toni menyetujui teguran terakhir itu dan mulai bersikpa normal selayaknya peserta lainnya, tapi ia tetap menunggu saat-saat bisa bermain dengan peserta lain. Ketika dua minggu sudah berlalu, ia langsung memasuki arena dengan semangat. Sayangnya, satu hari dari ujian dimulai ia tak menemukan siapapun, rute peta yang ada ditangannya bahkan sempat ia lepas karena merasa tak berguna. Ujian hari berikutnya ia baru menemukan peserta lainnya. Toni menyerang mereka dengan sangat bahagia sampai hari keempat akhirnya kini ia bertemu dengan Luis, orang pertama dalam hari itu ketika ia sudah merasakan bosan. Kini Toni terus menyerang Luis tanpa ada sedikitpun jeda, ia menikmati pertarungan itu apalagi ketika melihat Luis pun masih bisa bertahan dan ikut balas menyerangnya. Toni memegang gagang pedangnya dengan kedua tangan dan mulai menekan besi antar stick milik Luis, luar harus bertahan karena ia tak bisa mendorong Toni saat ini. Kekuatan mereka jauh berbeda. Luis kini menyesal sudah meremehkan Toni, ia sadar bahwa tak seharusnya berpikir bahwa tak ada yang bisa menghilangkan kebosanannya. Saat ini ia malah yakin akan kalah dan paling buruk mati. Sial sekali, jika ia mati ia tak akan bisa melihat Alisa lagi, setidaknya ia melihat Alisa untuk terakhir kali. Moment bertahan itu diperhatikan Toni, Toni melihat celah dikaki Luis. Lalu kaki kanan Toni menjegal kaki kiri Luis, Luis terjatuh kearah samping kiri. Melihat Luis terjatuh Toni bersiap menghujamkan pedangnya. Dengan cepat Luis berguling menjauh, pedang Toni tertancap ketanah, Luis yang melihat itu lalu mengambil tanah kering dan melemparkan kewajah Toni sebagian masuk kemata dan menghalangi pandangan Toni. “Sial!” seru kencang Toni, ia melempaskan pedangnya. Begitu melihat Toni kebingunga, Luis mengambil sticknya, dengan cepat berdiri dan memukul kepala Toni. Mendapat pukulan itu Toni terhujung kesamping dan terjatuh, sebelah kepalanya membentur akar pohon yang mencuat dan membuatnya tak sadar diri. Luis menarik napas beratnya, ia tak percaya bisa mengalahkan Toni saat itu. Ia tak berniat membunuh Toni, tapi jika tak dibunuh ia bisa membunuhnya nanti, karena ia yakin saat ini Toni masih hidup hanya tak sadarkan diri. Kemudian Luis mempogram tali dari hologramnya, mungkin cukup untuk mengingat kaki dan tangannya. Ketika Luis mengikat kaki dan tangan Toni darah perlahan keluar dari luka akibat hantaman benda tumpul itu. Selesai mengikat Luis meninggalkan Toni sendirian. Toni mungkin tak akan sadar dalam waktu cepat, jika ia sadarpun ia tak akan melakukan perjalanan karena kaki dan tangannya terikat. *** Malam hari keempatpun tiba, sebelum malam dan waktu jeda dilangsungkan. Panitia dari pengeras suara mengatakan bahwa babak pertama telah usia, kini hanya tersisa 40 orang peserta. Karena babak pertama berakhir, para peserta mendapatkan waktu jeda lebih lama yakni satu hari, berarti hari keenam mereka baru memulai ujian babak kedua. Mendengar hal itu tak sedikitpun membuat para peserta bahagia karena jeda satu hari tetap tak merubah keadaan bahwa mereka cepat atau lambat pasti akan mati juga.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN