27

1235 Kata
Malam hari keempat pun tiba, sebelum malam dan waktu jeda dilangsungkan. Panitia dari pengeras suara mengatakan bahwa babak pertama telah usia, kini hanya tersisa 40 orang peserta. Karena babak pertama berakhir, para peserta mendapatkan waktu jeda lebih lama yakni satu hari, berarti hari keenam mereka baru memulai ujian babak kedua. Mendengar hal itu tak sedikitpun membuat para peserta bahagia karena jeda satu hari tetap tak merubah keadaan bahwa mereka cepat atau lambat pasti akan mati juga. Begitu juga yang terjadi pada Andreas, ia memang tak pernah merasa tenang melasa di sana, apalagi mendnegar bahwa ujian babak pertama telah selesai, kini tersisa 26 hari lagi dengan 40 peserta. 30 hari waktu panjang yang diberikan panitia, tapi jika dalam waktu itu 40 peserta sudah menyisakan satu pemenang maka akan di pastikan waktu berakhir. Siapapun itu yang pasti si peserta adalah orang paling beruntng yang mewakili satu tempat. Andreas mengunyah makanannya, ia berusaha menikmati itu semuanya. Sisa makannnya masih cukup untuk beberapa sampai habis itupun jika ia mampu bertahan jika makanan itu habis. Makanan yang diberikan paniti memang menggugah selera, tapi rasanya tetap enak masakan Mama dan Jean yang tak ada duitnya. Mama selalu tahu apa yang disukai anak-anaknya, sementara si gadis Jean mulai nampak bisa menyaingi sang mama. Mengingat gadis itu Andreas ingat bagaimana polosnya gadis itu ketika melakukan banyak hal, gadis berusia 17 tahun yang cantik. Tahun denpan ia menggantikan posisinya kini, mungkin Mama akan sangat kehilangan gadis polos itu, karena Jean satu-satunya gadis dewasa yang bisa diandalkan. Beberapa gadis masih teramat kecil, mereka bisa membantu tapi dalam hal yang tak rumit, lebih banyak anak lelaki disana. Maka dari itu Jean selalu diandalkan untuk mengurus rumah serta dapur. Masakan Jean begitu nikmat, bahkan rasanya ia mulai ingat bagaimana aroma kentang yang dimasak Jean. Aromanya nikmat bercampur rasa gurih, ia berharap bisa menikmati kentang Jean lagi. Ketika Andreas menikmati makanannya, hal yang sama juga terjadi pada Alta dan Mahen. Mereka menemukan sebuah gua untuk tempat istirahat mereka mungkin malam ini atau juga esok malam. Mereka menikmati makanan mereka, sambil berbagi bersama seakan mereka adalah teman akrab yang sudah melakukan banyak hal bersama-sama selama ini, padahal tidak sama sekali. Mahen tak tahu apa yang dipikirkan Alta, tapi bagi Mahen, Alta adalah orang paling baik yang ia kenal saat ini. Andai saja sudah sejak dulu Alta menjadi temannya, mungkin ia bisa menjadi pribadi yang lebih baik, lalu menerima semua keinginan sang ayah untuk menjadi dokter. Sayangnya, semua sudah terlanjur, ia malah berada di sini, membuktikan bahwa ia bisa berdiri tanpa ayah dan kedua kakak lelakinya. “Apa yang kau lihat?” tanya Alta begitru Mahen menatapnya sejak tadi. Mendegar ucapan itu, Mahen menggelengkan kepalanya dan membuang muka dari menatap wajah Alta, lalu Mahen tersenyum sendiri. Tangannya tanpa sengaja memainkan api unggun kecil dengan ranting kayu sebagai bahan bakarnya. “Tidak ada,” ujar Mahen singkat. “Kalau boleh tahu apa yang kamu lakukan selama ini?” “Aku lakukan selama ini?” ulang Alta, ia sedikit mengingat. Alta tumbuh selayaknya anak pada usianya, bermain bersama teman-temannya meskipun tak ada yang suka ketika ia mendekati mereka. Alta hanya anak miskin yang tinggal di kota miskin. Ketika tak ada siapapun yang mau berteman dengannya, sang ayah menghiburkanya dengan berbagai banyak hal. Ayahnya pekerja keras yang rela melakukan apapun demia Alta sang anak. Alta tahu apa yang di lakukan sang ayah, tapi ia tak bisa melakukan apapun. Saat lulus sekolah menengah pertama, Alta bekerja paruh waktu seusai sekolah. Waktunya selalu di habiskan untuk sekolah dan bekerja, ketika malam ia kembali kerumah dengan semangat sang ayah kembali membuat dirinya bahagia. Sejak kecil ia dan ayahnya hidup berdua, ia tak tahu kemana sang ibu, meskipun ayahnya sellau mengatakan jujur bahwa sang ibu meninggalkan ia dan sang ayah ketika usianya masih teramat kecil untuk mengingat saat itu. Dari mulai hari itu Alta tak pernah bertanya tentang ibunya, karena hal itu hanya akan membuat ayahnya terluka. Dua tahun lalu ayahnya tertangkap pihak keamanan dengan tuduhan mengedarkan obat-obatan terlarang, sejak saat itu ia berniat memcari uang dan membebaskan sang ayah. “Aku melakukan apa yang anak seusiaku lakukan,” sambung Alta berbohong, ia menyungging senyum untuk menyembunyikan masalahnya. “Kau sendiri bagaimana? Apa yang kau lakukan? Bukannya anak keluarga Dailos memiliki hak istimewa?” Hak istimewa? Siapa yang tak tahu hak istimewa itu, semua orang di negara ini tahu siapa keluarga Dailos dan hak istimewa apa yang mereka dapatkan, tapi sayangnya Mahen membuang sia-sia hak istimewa itu, ia tukar dengan sifat egoisnya yang entak kenapa dalam sekejap ia pikir sebagai sikap yang egois. “Aku hanya ingin seperti yang lain, menikmati ujian ini,” ujar Mahen menjawab pertanyaan. Meskipun Alta tak paham apa maksud dari perkataan Mahen ia hanya mengangguk, jika ia berada diposisi Mahen saat ini mungkin ia tak akan pernah kehilangan kedua orangtuanya. Bagi Alta menjadi Mahen begitu beruntung karena memiliki segalanya, keluarga kaya dan terpandang. Sementara bagi Mahen menjadi Alta terasa sangat bebes, ia bisa menjadi anak pada umumnya, bermain dan berkumpul selayaknya anak sesuainya. Keduanya bergumul dengan diri masing-masing, mereka menajdi orang paling sengsara dan ingin menjadi orang lain. *** Sementara itu saat malam semkain gelap, Toni mulai tersadar dengan mata beratnya. Saat saar ia mendapati kaki dan tangannya terikat. Ia mencoba melepaskan ikat tangan dan kakinya dengan sangat kuat tapi sulit. Kemudian dengan bantuan cahaya sinar bulan, ia mendapati pedangnya yang masih tertancap di tanah kemungkinan saat ia melemparkannya terjatuh kesana. Toni menggerakkan tubuhnya layaknya ulat dan hewan melata lainnya karena ia tak bisa berdiri. Tak berapa lama ia sampai didepan pedangnya, ia menggesek-gesekkan tali yang mengikat tangannya pada bagian tajam pedangnya. Kemudian tali itu lepas. Saat talinya sudah terlepas, ia pun mulai duduk dan melepaskan tali yang mengingkat talinya. Ia terbebas dari tali itu. Ketika sudah terbebas, dalam kepalanya ia hanya mengingat tentang Luis, pemuda itu yang membuat dirinya tak sadarkan diri lalu mengibatnya, ditanah seperti buruan, untuk saja tak ada peserta lain atau hewan buas yang menyakitinya. Dalam keadaan tak sadarkan diri mungkin ia tak bisa melakukan apapun, karena saat itu ia tengah tak siap. Mengingat itu amarah Toni memuncak, ia berniat mencari dan akan menghabisi Luis, karena bagi Toni, Luis telah melakukan kecurangan. Namun, saat ini tengah malam. Ia akan bertahan disana sampai esok hari. Awalnya ia pikir esok hari kelima ujian, tapi nyatanya ujian diberhentikan satu hari karena pergantian babak yang artinya tak ada boleh satu peserta pun melakukan pembunuhan. Peta dan semuanya di matikan, kecuali tanda pengenal serta bahan untuk makan dan obat. Toni mendengus kesal mengetahui itu, ia memukul tanah dengan kencang, hingga membuat lubang setara pergelangan tangan. Semnejak bertemu dengan Luis semuanya terasa menyebalkan, rasanya ia sudah tak tahan ingin membunuh Luis saat itu juga. *** Dimalam yang sama, tapi tempat berbeda. Mauri keluar dari kantor kementrian dengan menarik napas panjang. Babak pertama telah usai, kini hanya menunggu babak kedua. Migel anaknya masih bertahan, meskipun dalam keadaan tak baik-baik saja. Dari siaran langsung ia melihat bahwa Migel mengalami lucu di berbagai area tubuhnya, tapi tak sampai merenggut nyawanya. Ia bisa mengatakan kabar sedikit baik itu pada istrinya, meskipun ia tak yakin istriny akan mengatakan itu baik. Setelah keluar dari kantor dan menaiki mobil yang dibawa supirnya, ia mengedarkan pandnagan dari luar jendela. Ujian yang ia lihat setidaknya di provinsi ke-10 berjalan terlalu cepat, dalam empat hari sudah tersisa 40 orang saja, bahkan sepertinya tak sampai 30 hari ujian itu akan selesai. Dari semua ujian itu ia hanya berharap Migel sang anak selamat apapun yang terjadi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN