16

1048 Kata
Ujian hari ketiga, Andreas berjalan mengikuti rute yang ditunjukkan peta hologram di pergelangan tangannya. Dari arena pertama ke arena kedua memang membutuhkan waktu yang cukup lama. Karena ia saja baru mencapai sekitar 10 persen hutan itu. Dalam perjalanan selama dua hari dua malam ia sudah menemui banyak kendala dan hambatan. Bertemu dengan hewan-hewan buas seperti harimau, ular dan serigala, bahkan ularpun banyak yang jenis kobra. Sementara itu ia juga sudah berhadapan dengan peserta lain meskipun tidak langsung terlibat dalam perkelahian. Ia sudah bertemu dengan Shin, si gadis pemanah yang baik, bertemu seorang peserta yang terikat dipohon dalam keadaan membusuk, dan terakhir ia dengan sengaja melakukan pembunuhan pada Tron. Pria yang menyerang Shin. Saat itu dalam perjalanannya, rute yang di berikan peta mengarah ketempat perkelahian antara Shin dan Tron. Ketika melihat itu Andreas teringat akan janjinya pada Shin yang sudah membantunya, meskipun seharusnya ia tak ikut campur dalam permasalahan itu. Tapi, ia tak tega jika melihat seorang wanita harus mati dalam keadaan beratrung, apalagi saatr itu Shin sedang dalam keadaan terpojok dan sepertinya juga hampir mati akibat desakan dari Tron yang begitu. Andreas saat itu masih ragu dan bingung, apakah ia harus melakukannya, tapi jika tidak ia akan melihat Shin mati terbunuh di depan matanya oleh Tron. Apalagi tubuh Tron yang tinggi besar dan membawa tombak. Langsung saja Andreas menghunuskan pedangnya, menembus tubuh Tron.  Memang baju yang digunakan peserta terbuat dari bahan kuat, yang bisa menghalau gigitan hewan buas sekaligus, tapi senjata peserta dibuat dari material yang sama kuatnya. Jadi bisa menembus pakaian mereka dengan sangat mudah. Setelah membunuh Tron, Andreas masih tak habis pikir bahwa ia bisa melakukan hal sekeji itu pada manusia. Memang benar ucapan kakak kelasnya dulu yang menjadi salah satu pemenang di ujian kelulusan itu. Jika ia tak membunuh pasti ia akan di bunuh, tidak saat ini mungkin nanti juga akan ada waktunya. Andreas mengingat, saat itu ia tengah duduk sendirian di taman setelah melatih tubuhnya dengan sedikit berlari. Ia bertemu dengan Tara, kakak kelasnya. Seorang pemuda salah satu pemenang dari 40 peserta lainnya. Tara Linhart kakak kelasnya di Briana High School, siswa cerdas dan berprestasi. Maka tak heran jika ia bisa memenangkan ujian tahun sebelumnya. Tara juga salah satu siswa yang mampu mengangkat nama Briana untuk menjadi sekolah yang bukan hanya dianggap sebagai sekolah pemerintahan, tapi juga sekolah elit. "Minggu depan kau akan karantina, kan?" tanya Tara saat itu. Andreas mengangguk. "Apa kepala sekolah sudah mengatakan padamu?" "Tentang apa?" tanya balik Andreas. "Tentang ujian itu," "Semua orang di Linkton juga tau tentang ujian itu, aku juga sudah belajar," kata Andreas. "Andreas, di arena ujian tidak akan ada yang bisa menjadi temanmu. Mereka semua musuh, jika kau tak membunuh kau akan di bunuh," ujar Tara. Andreas mengingat terus ucapan Tara itu, ia memang naif dan merasa bahwa ia bisa iba dengan penderitaan orang lain. Namun, jika ia terus begitu, maka nyawanya yang akan dalam bahaya nantinya. Tara juga mengatakan pada Andreas untuk tidak termakan omongan orang dan ucapan manis orang lain karena jika ia terus melakukan itu akan banyak orang memanfaatkannya. Mungkin saat itu Shin nampak baik, tapi jika sudah di hadapkan pada pilihan membunuh atau bertahan, pasti Shinpun akan melakukan pembunuhan. Buktinya Shin saja bisa bertarung seperti itu dengan Tron yang bahkan memiliki kekuatan diatas Shin. Bahkan Luis dan tiga teman asramanya yang lain pasti juga akan memalukan hal yang sama, meskipun sampai saat ini mereka juga belum saling bertemu. Dua minggu bersama ditempat asrama membuat mereka akrab layaknya saudara, bahkan Andreas yang sejak dulu menutup diri bisa membuka untuk orang lain selain anak-anak panti dan sang mama. Luis begitu baik dan selalu menghasilkan energi positif untuknya yang selalu beraura gelap. Begitu juga ketiga teman asrama lainnya, mereka jarang terlibat obrolan. Saat Andreas tengah memikirkan hal itu, sebuah anak panah melesat hampir saja mengenai kaki kanannya, untung saja meleset. Mengetahui hal itu Andreas langsung mengambil pedangnya dan bersiap. Ia berputar mencari pemilik anak panah itu, mungkin bersembunyi di suatu tempat. "Kau mencari sesuatu?" tanya seorang pemuda berusia sama dengan Andreas. Pemuda itu tak membawa busur dan anak panah hanya pedang saja, lalu bagaimana ia mendapatkan anak panah itu. "Kau yang melemparkan anak panah itu?" tanya balik Andreas. Pemuda yang tak lain Jimmy itu mengangguk. "Dari mana kau mendapatkan anak panah itu?" "Dari seorang gadis, berambut pendek yang aku bunuh tadi pagi," ujar Jimmy pada Andreas. Andreas yang mendengar hal itu langsung teringat pada Shin, gadis itu membawa panah dan berambut pendek. Jika benar begitu berarti saat ini Shin sudah mati. Andreas tak bisa membayangkan akhirnya Shin harus mati, memang ia sudah menolong saat berhadapan dengan Tron, tapi setelah berpisah rute peta mereka sudah berbeda. "Kenapa? Kau mengenal gadis itu?" sambung Jimmy sambil bertanya. Sebenarnya apa yang di katakan Jimmy itu adalah sebuah kebohongan. Anak panah yang ia ambil itu adalah milik Bastian, ia ambil ketika Bastian tengah tertidur. Ia membawanya hanya sebagai pengecoh lawan saja. Sedangkan gadis yang ia bicarakan memang Shin, ia tak sengaja melihat ketika hendak memasuki arena ujian itu. Gadis itu cantik, tapi Jimmy tak bisa bertemu dan berkenalan dengannya. "Tidak, aku tidak mengenalnya hanya sengaja tak bertemu," ujar Andreas juga berbohong. Jimmy tak merespon, hanya diam saja tak melakukan apapun. Apa ia harus melawan Andreas yang sama-sama menggunakan pedang? Namun, dari penglihatan Jimmy Andreas seperti begitu lemah. "Mau menyerah atau bertarung?" tawar Jimmy pada Andreas. Andreas berpikir tak mungkin ia menyerah secepat ini, tapi jika harus melawan apa ia akan menang? Di lihat dari tubuhnya Jimmy memang tak sebesar Tron, tapi dari caranya berbicara ia begitu percaya diri untuk bisa menang. Andreas siap melawan, ia memasang kuda-kuda amatirnya untuk bersiap melakukan serangan. Melihat Andreas yang memilih melakukan perlawanan Jimmy juga melakukan persiapan. Kini Andreas mencoba melawan, ia akan mempraktekkan apa yang teman satu kamar di asramanya ajarkan. Ia juga sudah membunuh harimau yang beratnya berkali-kali lipat dari Jimmy. Kemudian Andreas berlari kedepan dengan cepat, kakinya terlatih untuk lari. Menerja Jimmy dengan pedangnya, Jimmy menahan pedang Andreas dengan pedangnya, tidak begitu susah, tapi Andreas terus melakukan serangan. Jimmy berusaha mencari titik lemah, tapi gerakan Andreas cukup cepat. Meskipun terlihat sembarangan. Ketika pedang Andreas bertemu dengan pedangnya saat posisi bertahan, Jimmy berusaha menjegal kaki kiri Andreas. Andreas tersadar dan menghindar, setelah menghindar tak lama ia menginjak kaki kanan Jimmy dengan kencang. Jimmy merasakan kesakitan, tapi ia tetap mencoba bertahan meskipun longgar. Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN