17

1015 Kata
Melihat pertahanan Jimmy tak sekuat tadi, yakin kaki Jimmy masih merasa sakit. Kemudian Andreas melihat sedikit celah dan menendang perut bagian depan Jimmy dengan kencang. Jimmy mundur kebelakang dan terpental terkena batang pohon, sambil menahan sakit dan nyeri. "Aku belum pernah membunuh orang, tapi aku sudah mengahalau serigala dan membunuh harimau raksasa di hutan ini," ujar Andreas sambil berusaha bernapas dengan tenang. Jimmy yang menahan sakitnya dibuat tak percaya, pemuda lugu di depannya ternyata yang membunuh harimau yang tempo hari ia temui di dekat sungai. Jika harimau sebesar itu saja bisa di kalahkannya, apalagi dirinya. Begitu pikiran Jimmy saat ini. Meskipun tubuh Andreas dan dirinya berbeda, tapi Andreas begitu lincah, bahkan ia bisa kewalahan. Jika sampai ia tak berhati-hati ia bisa saja kalah. Sedangkan Andreas tak tahu apa yang merasuki dirinya, ia bisa melakukan pertarungan dengan peserta untuk pertama kalinya, tapi semua terlihat mudah. Jimmy bahkan terasa lebih kuat darinya. Jimmy mencoba untuk menegakkan tubuhnya dan kini mulai menyerang Andreas. Andreas yang melihat itu bersiap untuk serangan selanjutnya. Kemudian keduanya melakukan pertarungan sengit antar dua perang, Jimmy bertahan dan melawan begitupun Andreas. Jimmy tak akan memberikan celah sedikitpun pada Andreas untuk melukai tubuhnya lagi. Namun, tak lama kemudian, pedang yang digunakan Jimmy berhasil dilepaskan dari tangannya oleh Andreas, dan membuat Andreas memojokkan Jimmy dengan sodoran pedang di depan lehernya. Napas memburu dan berat serta detak jantung yang kencang dari Jimmy terdengar, Jimmy menyadari kekalahannya dan bersiap untuk mati. "Aku lepaskan kau saat ini," ujar Andreas menurukan pedangnya. Lalu berniat pergi, ia serasa tak tega untuk membunuh. Ketika Andreas melangkah untuk pergi dan menghadap kebelakang, Jimmy mengambil pedangnya, berusaha menusuk Andreas dari belakang, tapi Andreas menyadari dan lebih dulu menghunuskan pedangnya pada perut depan Jimmy. Jimmy terjatuh ketanah dengan pedang Andreas yang masih tertancap di tubuhnya. Andreas menghembuskan napasnya, padahal ia berniat tak membunuh Jimmy, tapi ia terpaksa. Banyak darah keluar dari perut Jimmy. Jimmy tak sadarkan diri dan Andreas menarik pedangnya dengan berat. Ia meninggalkan Jimmy di sana. Itu bukan pertama kalinya ia melakukan pembunuhan, tapi itu pembunuhan yang ia lakukan atas dasar pertarungan yang sebenarnya dengan seorang musuh, jikapun Jimmy tak melakukan hal itu mungkin iya juga tak akan menyerangnya, sesuatu hal yang bagi Andreas melanggar sebuah ujian yang baik. Meskipun hal itu tidak ada larangan di ujian. Setelah itu Andreas pergi meninggalkan Jimmy di sana yang masih bersimbah darah dengan perut yang memiliki luka robek cukup dalam. Andreas pergi dengan perasaa yang campur aduk, antara bingung dan tak tahu harus melakukan apa, karena itu memang harus ia lakukan agar tak membuat dirinya mati dalam ujian itu. *** Ditempat yang berbeda, Bastian sudah mati dalam keadaan bersandar di pohon dengan sebuah anak panah yang tertancap didada kiri bawahnya. Tepat di organ vitalnya. Ia telah melakukan pertarungan dengan peserta yang menggunakan senjata yang sama.   Ditempat yang berbeda, Bastian sudah mati dalam keadaan bersandar di pohon dengan sebuah anak panah yang tertancap didada kiri bawahnya. Tepat di organ vitalnya. Sepertinya ia telah melakukan pertarungan dengan peserta yang kemungkinan memiliki senjata yang sama dengannya. Namun, nyatanya tidak. Bastian mengalami kekalahan dengan peserta yang menggunakan Cakram, bernama Jagur, sedangkan anak panah itu adalah milik Bastian sendiri. Dari bekas luka di daun telinga kiri Bastian dan depan lehernya, Bastian dibuat tak berdaya menghadapi Jagur. Sebelum kematian Bastian. Setelah kepergian Jimmy, Bastian terbangun tapi tak berapa lama ia mulai tertidur lagi karena malam masih panjang. Bastian memang tak bisa tidur karena ia berjaga jika saja Jimmy melakukan hal-hal yang di larang di ujian ini, melakukan pembunuhan secara diam-diam. ia harus berjaga diri dengan tidak terlelap dalam tidur. Lalu pada pagi harinya, Bastian terbangun dan tak berapa lama suara tanda ujian hari ketiga pun dimulai. Bastian membereskan busur dan anak panahnya, tapi seperti ada yang aneh. Ia rasanya menghitung bahwa anak panah di sarungnya berjumlah 15, dua sudah ia gunakan untuk melumpuhkan lawan, seharusnya sisa 13, tapi saat ia hitung lalu hanya sisa 12 saja. Ia berusaha mencari, tapi tak kunjung menemukannya, ia kemudian berpikir mungkin menjatuhkannya di suatu tempat sebelum sampai di tempat ini. Setelah itu ia pun bergegas pergi dari sana. Tak lupa ia menelan pil makanan yang berfungsi untuk mencegah lapar dan menghambat nafsu makan. Perjalanan dari rute peta yang berada di pergelangan tangannya menunjukkan arah terus menuju kebarat. Ia tak tahu di depan sana ada apa, entah sungai ataupun jurang, sebab peta hanya menujukkan rute jalannya saja, tempat-tempat mana yang harus ia lalui. Setiap kali ia melewati rute itu, ia pasti menemukan peserta lain dan berakhir duel melawan mereka, meskipun ia biasa membunuh mereka diam-diam di balik pohon, seperti perempuan kemarin yang ia bidik dari balik pohon. Bastian berpikir mungkin perempuan itu saat ini sudah mati akibat anak panahnya yang begitu tajam. Ia terlihat mahir menggunakannya meskipun ia tak menyukai senjata panahan itu. Bentuknya terlalu rumit dan membutuhkan waktu lama untuk di gunakan. Bastian terus berjalan hingga kemudian ia bertemu seorang pemuda berusia sama dengannya, pemuda itu menggunakan senjata dua cakram yang dibawa kedua tangannya (sebenarnya itu satu cakram yang membelah). Bastian bersembunyi di balik pohon, berusaha membidik pemuda yang entah melakukan apa di tempat itu sejak tadi. Ia sudah mempersiapkan anak panahnya, mengincar bagian punggung pemuda itu, dan... Ketika anak panah dari Bastian melesat, tiba-tiba saja pemuda itu menunduk untuk mengambil salah satu cakramnya yang terjatuh. Karena menunduk anak panah itu menancap di batang pohon, pemuda itu menyadari kehadiran Bastian. Lalu melempar salah satu cakramnya, Bastian langsung menyembunyikan kepala dan tubuhnya di balik pohon. "Heh! Keluar kau, beraninya hanya mengendap-endap begitu!" Seru pemuda yang tak lain Jagur itu. Bastian masih di sana, berusaha mengambil anak panahnya lagi dan berusaha melesatkannya pada Jagur. Cakram yang layaknya bumerang itu sudah kembali lagi pada Jagur dan bisa menangkis setiap anak panah yang dibidik Bastian. Bastian mengentikan serangan panah-panahnya, karena ia tak ingin menghabiskannya. Tapi ia juga tak mungkin kabur, sebab bisa saja Jagur mengejarnya. Kemudian Bastian mengatur busurnya agar bisa di gunakan untuk menyerang, setelah itu Bastian keluar dari pohon dan berteriak kencang untuk membangunkan semangatnya. Bastian dan Jagur dengan beda senjata berulang kali saling menyerang satu sama lain, Jagur dengan cakram bumerangnya dan Bastian dengan panah modifikasinya. Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN