37

1051 Kata
12 tahun lalu, ketika presiden pertama ayah dari King Lubes masih berkuasa, ujian mematikan itu sudah di langsungkan. Aster Rames menjadi salah satu peserta dari provinsi ke-19 kota Andara, ia mengikuti peserta itu dari rakyat sipil biasa yang tak memiliki apapun. Orangtuanya bekerja sebagai seorang pegawai kantor biasa. Dalam ujian itu ia berulang kali hampir mati, namun ia satu-satunya yang lolos dalam ujian di provinsi ke-39. Setelah lulus ia melanjutkan sekolahnya dan mendapatkan pekerjaan yang layak di kantor pemerintahan sebagai staf biasa. Dua tahun kemudian adik laki-lakinya, Liebe Rames mengikuti ujian yang sama, tapi adiknya gagal dan harus mati saat itu juga. Aster begitu terpukul dan sakit hati, ia merasa tak begitu sebagai seorang kakak, ia menyalahkan dirinya terus menerus hingga mengganggu jiwanya. Aster harus keluar dari pekerjaannya, dua tahun lebih hanya tinggal di rumah dan mengurung diri di kamar, sebab ia tak bisa menerima bahwa adik yang sangat ia sayangi harus mati begitu cepat. Tak berapa lama Ibunya mati akibat suatu penyakit, hal itu semakin memperburuk mentalnya. Apalagi ketika Ayahnya Galion Rames di tuduh melakukan korupsi di tempat kerjanya dan membuatnya mendekam di dalam perjara hingga akhirnya mati karena gantung diri. Aster hidup dalam kesendirian, mengurung diri di kamar hingga bertahun-tahun. Hingga suatu hari entah apa yang membuatnya berpikir untuk keluar, ia duduk di taman buatan tak jauh dari rumahnya, menikmati pemandangan sore dengan langit kemerahan. Saat itulah ia bertemu dengan seorang perempuan cantik yang mengaku bernama Nichole. Nichole memperkenal dirinya sebagai seorang anak dari seorang pengusaha terkenal di provinsi ke-7 yakni kota Ilos, saking terkenalnya keluarganya memegang hampir setengah perusahaan yang ada di Linkton. Pertemuan keduanya menumbuhkan rasa cinta, Nichole tulus mencintai Aster begitu juga sebaliknya, tapi hubungan mereka mendapat pertentangan dari sang Ayah. Ayah dari Nichole menolak jika putri tunggalnya harus menikahi laki-laki sederhana yang bahkan tak memiliki pekerjaan. Karena rasa cintanya itu sudah memuncak, Aster pun bertekad untuk merubah hidupnya menjadi lebih baik. Setahun kemudian ia sudah kembali bekerja di kantor pemerintahan sebgaia wakil dari salah satu senat. Ketika mengetahui hal itu membuat Ayah Nichole menerimanya dan merestui hubungan antara Nichole dan Aster. Setelah menikah keduanya memutuskan untuk pindah ke provinsi ke-10 agar lebih dekat dengan kantor pemerintahan karena saat ini Aster bekerja di sana sebagai seorang senat. Rumah tangga mereka yang sudah cukup matang itu, selalu tenang dan tak terjadi masalah yang serius atau sampai membuat keduanya terlibat masalah. Aster dan Nichole sama-sama tenang dan dewasa untuk menyikapi masalah rumah tangga mereka. Meskipun sampai saat ini Nichole juga belum kunjung hamil, Aster tak pernah mempermasalahkan hal itu, karena bagi Aster anak adalah salah satu hadiah dari Tuhan ada ataupun tidak itu bukan masalah yang harus di besarkan. Meskipun sebenarnya terliht bahwa Nichole ingin memiliki seorang anak  begitu juga kedua mertuanya, tapi ia selalu meyakinkan mereka bahwa itu bukan hal yang besar hingga harus membuat mereka terlibat dalam satu masalah tak penting yang nantinya bisa menggangu mereka di dalam sebuah hubungan kelurga. Ketika menjelaskan itu mereka pun mengerti. Saat sudah berada di provinsi ke-10, selama dua tahun Aster mendapatkan tugas sebagai seorang panitia ujian kelulusan. Sejak itulah ia selalu berusaha meloloskan peserta karena teringat dengan Liebe sang adik. Tapi tidak serta merta ia langsung meluluskan mereka, ia melihat potensi mana yang harusnya bisa ia luluskan dan harus mengikuti babak kedua. meskipun begitu nantinya mau tak mereka akan saling menyerang lagi dan kemudian mati, karena hanya akan ada satu pemenang di sertiap provinsi pada ujian yang diselenggarakan pemerintah itu. *** Ujian hari ketujuh dan babak kedua kembali di mulai, semua peserta yang masih belum mendapatkan titik koordinat maupun yang sudah kembali melakukan aktifitas mereka. Mereka tetap terus mencoba bertahan hidup agar lulus dari ujian mematikan itu, apalagi semakin sedikitnya peserta yang tertinggal, membunuh ataupun di bunuh kini sudah menjadi kepastian. Hal yang sama terjadi pada Andreas, kini ia mendapatkan titik koordinat dari bendera berwarna biru itu, mengarah keselatan dari tempatnya berdiri saat ini. Sedangkan ia sudah pergi sejak pagi dari tempatnya istirahat, ketika bangun ia sudah tak melihat kemana perginya peserta yang mengaku bernama Mahen itu, mereka juga tak terlibat obrolan lebih. Andreas terus berjalan menuju titik koordinat yang sepertinya tidak jauh dari sana, ia berjalan dengan harapan pasti bahwa ia bisa mendapatkan bendera itu dan lulus dari ujian yang sedang berlangsung. Meskipun ia tak yakin akan peserta yang nantinya akan ia temui, karena dari semakin sedikitnya perserta kemungkinan mereka juga akan semakin waspada. Tak berapa lama Andreas sampai ditempat yang ditunjukkan titik koordinat dihologram petanya, ketika ia melihat dengan jelas bendera biru yang berada di batang pohon, seseorang peserta laki-laki juga menghampiri bendera itu, ia dan peserta itu berjalan bersama untuk menghambil bendera. “Bendera ini milikku,” ujar peserta itu. “Bukan, bendera ini milikku,” kata Andreas mengelak. Kemudian keduanya saling mengeluarkan senjata, seperti ingin saling menyerang satu sama lain. Andreas terlihat mulai terbiasa dengan apa yang terjadi, ia akan mulia menyerang lebih dulu jika diharuskan dan akan mempertahakan dirinya jika ia di serang saat ini juga. Peserta yang bernama Jugo itu pedangnya juga bersiap, ia sudah berkeliling sejak merndapat titik koordinat tadi karena ia tak begitu pandai memahami arah peta. Bahkan ia terus berputar kesegala arah, hingga akhirnya ia menemukan tempat itu dan kini di depannya seorang peserta yang usianya sama dengannya dengan membawa senjata yang sama juga dengan dirinya. Dilihat dari manapun sepertinya peserta itu sulit untuk Andreas kalahkan, lagipula selama ini ia juga sangat sulit untuk mengalahkan peserta yang pernah berhadapan dengannya, ia selalu kewalahan dan bahkan tak tahu harus melakukan apa. Hanya keberuntungan yang berpihak dengannya, yang dapat membantunya hingga bisa mengalahkan semua lawan-lawannya yang bahkan jauh lebih kuat darinya. Jugo melihat Andreas kemudian bersiap dengan kuda-kudanya dan berlari dengan kencang berlari menuju Andreas untuk menyerang lebih dulu. Andreas bertahan dari setiap serangan Jugo, meskipun serangan Jugo tak berarah tapi Andreas merasa kewalahan menahannya. Tubuh dan gerakan Jugo cukup lincah, bahkan melebihi Jimmy yang pernah ia lawan sebelumnya. Andreas dan Jugo saling menyerang dan bertahan satu sama lain sampai keduanya sama-sama kelelahan. Jugo menarik napasnya perlahan yang berhamburan, ia merasa mendapat musuh yang cukup bagus untuknya sampai membuatnya bertahan dan kesulitan padahal selama enam hari tak ada musuh yang bisa membuatnya begitu kewalahan sampai harus hanya bisa bertahan begitu. Andreas siap melawan lagi, ia memasang kuda-kuda amatirnya untuk bersiap melakukan serangan. Melihat Andreas yang memilih melakukan perlawanan Jugo juga melakukan persiapan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN