38

754 Kata
Kini Andreas mencoba melawan, ia akan mempraktekkan apa yang sudah pernah ia lakukan pada pertarungannya denngan Jimmy tempo hari. Ia juga sudah membunuh Jimmy yang beratnya berkali-kali lipat dari Jugo. Kemudian Andreas berlari kedepan dengan cepat, kakinya terlatih untuk lari. Menerjang Jugo dengan pedangnya, Jugo menahan pedang Andreas dengan pedangnya, tidak begitu susah, tapi Andreas terus melakukan serangan. Jugo berusaha mencari titik lemah, tapi gerakan Andreas cukup cepat. Meskipun terlihat sembarangan. Ketika pedang Andreas bertemu dengan pedangnya saat posisi bertahan, Jugo berusaha menjegal kaki kiri Andreas. Andreas tersadar dan menghindar, setelah menghindar tak lama ia berniat menginjak kaki kanan Jugo dengan kencang. Jugo menghindari serangan itu, dan ia tetap mencoba bertahan meskipun longgar. Melihat pertahanan Andreas tak sekuat tadi, yakin kaki Andrreas masih merasa goyah. Kemudian Jugo melihat sedikit celah dan menendang perut bagian depan Andreas dengan kencang. Mendapat tendangan itu Andreas terpental dan jatuh kebawah, ia menahan sakit dengan tangannya rasanya perutnya seperti melilit saat ini. Kemudian ia mencoba bangkit dari berdirinya, dan berusaha mengambil pedangnya, tapi Jugo lebih dulu menendang pedang Andreas yang membuatnya menjauh. Melihat hal itu Andreas menatap keatas melihat Jugo, melihat tatapan itu memnbuat Jugo kesal. Ia menendang lagi pundak Andreas dengan sangat kencang sampai membuatnya terjauh dan kembali terpental. Kini bukan hanya perut Andreas saja yang sakit pundaknya juga merasakan hal yang sama, sepertinya ada luka di dalam pundaknya. Ia menahan keduanya dengan sekuat tenaga, mencoba bangkit tapi sangat sulit. Merasakan hal itu pikirannya sudah macam-macam, ia merasakan bahwa ia kalah dalam babak kedua ini. apalagi melihat keadaanya yang sekarang ini tak mungkin ia bisa mengalakan Jugo. Sementara itu Jugo meninggalkan Andreas yang masih terjatuh di sana, ia sudah bisa merasakan kemenangan di babak kedua ini. Ia merasa bisa menang cukup mudah dari Andreas, meskipun harus membutuhkan waktu yang tak singkat. Saat sudah mendapatkan bendera, Jugo berniat meninggalkan Andreas di sana sendirian, namun kakinya seperti mengenai sesuatu dan membuatnya terjatuh. Ia terjatuh sangat kencang, hingga kepalanya membentur akar tumbuhan yang mencuat, membuat Jugo tak sadarkan diri saat itu juga. Melihat Jugo yang pingsan itu Andreas merasa keanehan, sepertinya anak paling beruntung itu masih melekat dalam dirinya sampai saat ini. dengan mencoba bangkit ia memegangi perut dan pundaknya secara bergantian, rasanya sakit sedikit nyeri dan sakit sekali. Setelah itu ia mengambil bendera dan pedangnya bergantian, memasukkan pedang itu pada sarungnya. Ia pikir setelah pertarungan itu ia akan mengalami kekalahan dan harus pulang, tapi sepertinya keberuntungan masih berpihak padanya. Ia sampai tak habis pikir, bagaimana mungkin Jugo bisa terjatuh hingga tak sadarkan diri begitu, padahal ia tadi nampak baik-baik saja? Namun, ia tak mau peduli lagi, ia kini meninggalkan Jugo pergi sejuah mungkin hingga ia dinyatakan lolos dari babak kedua. Karena 30 menit itu bukan waktu yang singkat, jika Jugo bangun dalam rentang waktu itu dan kemudian menyusulnya serta mendapatkannya, kemungkinan besar ia akan kalah. Meskipun ia yakin Jugo pasti mengalami sakit akibat dari benturan akar tumbuhan itu. Andreas terus berjalan, mencari tempat yang nyaman untuk ia menyembuhkan luka dalam di perut dan pundaknya yang merasakan nyeri serta terkilir. Rasanya tidak enak, meskipun tidak seperih saat dicakar harimau dan sesakit diinjak Jimmy tempo hari. Tapi, jika tidak ia obati secepat mungkin ia bisa terus kesakitan. Sementara itu Jugo Vandreas masih di tempat yang sama, berbaring tak sadarkan diri akibat terjatuh dan kepalanya mengenai sebuah akar pohon. Sial sekali rasanya, ia sampai tak habis pikir kenapa mengalami nasib yang buruk, ia pikir nasib sialnya sudah menghilang darinya sejak lama, tapi ternyata tidak. Ia sejak kecil mendapat julukan anak paling sial, karena apapun yang ia lakukan selalu berujung kesialan, ia mendapat ejekan dari teman-teman sebayanya, tapi ibunya selalu membuatnya kembali bahagia meskipun mendapat ejekan itu. Ibunya bernama Monica seorang perempuan manis yang menjadi seorang janda, Jugo tahu apa yang dilakukan ayahnya ketika meninggalkan sang ibu. Ayahnya memilih pergi dengan perempuan lain yang lebih muda, ketika ibunya sedang sakit-sakitan dan tak bisa melakukan apapun. Ayahnya juga membencinya mengatakan bahwa ia hanya anak pembawa sial dan ia bukan anak kandung ayahnya. Setiap kata-kata itu keluar dari muluh sang ayah, Jugo tak pernah melawan karna ia tak ingin melakukan perlawanan, ia pasti akan kalah dengan sang ayah. Hingga ketika ia masuk sekolah dasar, ayahnya menikah lagi dan pergi entah kemana meninggalkan dirinya dan sang ibu. Sejak saat itu ia dan ibunya tinggal berdua saja, ibunya bekerja apapun untuk menghidupi kebutuhannya. Ketika ia lulus dari sekolah menengah pertama, sang ibu meninggal akibat sakit. Ia akhirnya pindah ke kota lain tempat nenek dan kakeknya dari sang ayah berada. Ayahnya juga tak pernah pulang mengunjungi nenek dan kakeknya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN