Professor Khalid (a)

1118 Kata
Dengan perdebatan kecil yang di lakukan Atlas, Carlos dan Yara sebelum melakukan makan malam tadi. Akhirnya setelah selesai mereka bertiga hanya terdiam saling menatap satu sama lain seperti halnya saling memahami pikiran mereka masing-masing. Dengan suara yang sedikit ramai karena semua murid-murid akademi yang ada di dalam ruangan sedang bercanda gurai satu sama lain, Membuat Atlas semakin ingin segera pergi dari sini rasanya. “Baiklah semuanya,” Suara bass nan serak terdengar ke indera pendengaran semua orang yang ada di dalam semua ruangan dan itu membuat mereka langsung terdiam sekaligus pandangannya mengarah fokus ke satu titik yaitu professor Khalid. Laki-laki tua yang umur ya sekitar delapan puluh tahunan itu berdiri tegap di depan sana. Rambut cepak yang berwarna putih akibat uban yang ia miliki. Mata yang sedikit sayu namun dia usahakan agar terlihat baik-baik saja. Atlas yang menatapnya secara lamat-lamat sejak dari tadi berfikir, mengapa wajahnya tidak asing baginya? Laki-laki itu mengalihkan pandangannya dari professor Khalid, sedikit berfikir dan sedikit mengingat-ngingat siapa sebenarnya professor Khalid ini? Kenapa dirinya sangatlah tidak asing bagi Atlas? “Apa kabar murid-muridku semua yang terkasih?” Lanjutnya lagi dan itu membuat Atlas langsung menoleh kembali ke arahnya. “Aku rasa kalian semua terlihat seperti baik-baik saja saat melakukan misi pertama yang aku berikan bukan?” Suara bassnya itu terdengar ke setiap ujung penjuru ruangan. Dan itu membuat beberapa murid yang menjawab pelan bahkan memaki ucapannya. Iya, Atlas mendengar itu semua. Tetapi kenapa orang tersebut malah bersikap tenang dan biasa saja di depan sana. Aneh, sangat amat aneh rasanya. “Kau dengar itu Carlos?” tanya Atlas langsung kepada Carlos yang ternyata juga sedang fokus melihat ke arah laki-laki itu. Carlos mengerenyitkan keningnya, “Maksudnya? Dengar hal apa? Sejak tadi hanya professor Khalid yang berbicara. Tidak ada orang lain,” Jawab Carlos dengan nada yang sangat amat pelan. Lagi dan lagi mendengar jawaban Carlos membuat dirinya semakin merasa aneh? Sial! Kenapa ini? kenapa Carlos seperti orang bodoh sekarang? Apa karena telinga laki-laki yang tengah duduk di hadapannya ini belum ia bersihkan? Jelas-jelas Atlas mendengar semua bisikan-bisikan semua murid di sini. “Dan lagi, di sini sebelum aku dan yang lain memberi tahu misi kedua yang akan kalian lakukan nanti dua hari ke depan. Aku akan memberi sedikit penghargaan kepada tim yang berhasil menjalani misi pertama dengan baik,” Senyuman Professor Khalid itu merekah sebagaimana mata sayunya cukup terlihat tidak sehat di mata Atlas. “Atlas, Yara dan Carlos. Kalian bertiga di persilahkan maju ke depan untuk menerima penghargaan yang di tunjukan untuk kalian bertiga,” Lanjutnya lagi dengan tepuk tangan yang di lakukan oleh petinggi yang duduk tepat di belakang Professor Khalid berdiri, di sambung dengan tepukan tangan semua murid yang sudah menatap ke arah mereka bertiga terutama kepada Atlas. Banyak tatapan kagum yang tengah menatapnya saat ini, dan itu membuat Atlas merasa senang mungkin? Karena jujur ini adalah pertama kalinya ia mendapat kan perlakuan istimewa seperti ini selama seumur hidupnya yang menurut Atlas sangat menyebalkan. Atlas, Caros dan Yara bangkit secara bersamaan, mereka bertiga saling menular pandangan satu sama lain. “Kau duluan,” Suruh Yara kepadanya. Atlas membelalakan kedua manik matanya, “Oh tentu tidak Yara, aku rasa ladies first yang harus di dahulukan,” Ucapnya penuh dengan alasan sebari tersenyum manis kepada Yara dengan tangan yang menjulur ke arah gadis itu agar jalan terlebih dahulu. Sedangkan Yara yang mendapat perlakuan seperti itu dari Atlas membuat dirinya terdiam. Astaga! Laki-laki tersebut benar-benar kurang ajar. Carlos yang sedari tadi melihat kelakuan mereka berdua hanya terkekeh kecil, Atlas mengerti cara bersikap agar Yara menurut dengannya. Sial! Ia seperti Atlas yang ia kenal dengan baik, menyebalkan memang. Semua sorot mata di ruang ini tertuju kepada mereka bertiga, namun baru saja bebeeapa langkah Atlas kembali mendengar bisikan-bisikan yang Atlas tahu berasal dari benerapa murid di sini. Baiklah semua inti bisikan sialan yang Atlas dengar sekarang rasanya sebagian dari mereka ada yang tidak suka, dan ia memaklumi itu. Karena jujur dirinya tidak terlalu paham Atlas yang asli itu seperti apa sifatmya kepada mereka berdua. Dan sepintar apa laki-laki itu sampai-sampai sebagian dari mereka sedikit iri dan cemburu kepadanya. Atlas sedikit menoleh ke belakang, yaitu ka arah Carlos. Dia melihat Atlas yang menoleh ke arahnya membuat laki-laki tersebut sedikit bingung. “Ada apa?” Tanyannya sebari mendekatkan kepala ke tubuhnya. Atlas menggeleng, “Tidak, tidak ada apa-apa,” Jawabnnya sebari mengalihkan pandangannya dari Carlos. Seperti dugaannya, Carlos memang tidak mendengar obrolan-obrolan itu lagi. Alhasil Atlas hanya menghela nafas panjang, namun saat ia berniat fokus melihat ke arah depan. Entah kenapa pandangannya malah jatuh kepada seseorang yang tengah menatapnya datar di pojokan sana dengan kedua mata berwarna merah terang. “Kemarilah kalian bertiga,” Suruh professor khalid kepada Yara, Atlas dan Carlos. Mendengar suara professor Khalid membuat pandangan Atlas dan orang itu terputus dan itu cukup membuat dirinya semakin memikirkan sesuatu. Sulit jika memiliki watak overthingking seperti Atlas, apapun yang ia lihat membuat dirinya menjadi berfikir yang tidak-tidak jadinya. “Berilah tepuk tangan lagi untuk mereka bertiga yang berhasil melakukan misi secara baik kemarin,” Ucapnya bangga. Carlos tersenyum lebar sedangkan Yara hanya tersenyum simpul sebari melihat ke arah depan. Dan Atlas, laki-laki itu hanya memasang wajah datar akibat pikiran yang sedang berkecamuk di waktu yang tidak tepat. “Vion, bawa ke sini medalinya,” Suruh Professor Khalid, dan laki-laki itu langsung menuruti perkataan atasannya tersebut. Membawa apa nampan perak dengan tiga pin medali yang bisa berguna di masa depan mereka nanti. Professor Khalid mengambilnya, memasangkan satu persatu kepada Carlos, Yara dan Atlas di sebelah d**a kanan mereka bertiga. “Medali ini akan berguna setelah kalian lulus nanti, dan jika kalian memiliki penghargaan ini raja, ratu bahkan duke mungkin akan meminta bantuan kalian atau merekrut kalian untuk menjadi asisten pribadi mereka,” jelasnya dengan tenang. Atlas masih memperhatikan professor Khalid secara seksama, melihat dari atas sampai bawah bahkan memperhatikan wajah laki-laki itu dari dekat. Astaga! Atlas seperti halnya penguntit sekarang atau mungkin terlalu penasaran dengan wajah yang di miliki oleh professor Khalid. Karena ia berani bersumpah rasanya dirinya seperti pernah bertemu dengan laki-laki itu tapi entah di mana. Alhasil Atlas menghela nafas panjang, mengalihkan pandangannya. Namun tanpa di duga Khalid menepuk pundak miliknya sebanyak dua kali, dan mendekatkan kepalanya ke arah wajah Atlas dari kiri. “Akan aku jelaskan nanti agar mau tidak terlalu kebingungan untuk masalah hal ini,” Celetuknya pelan yang terkesan seperti berbisik. Atlas hanya diam, tidak menoleh kepada orang tersebut karena saat dirinya akan menoleh Profesor Khalid menekan keras pundaknya sehingga membuat dirinya sedikit meringis pelan. Sial! Apa-apan ini? Kenapa rasanya seperti sangat rumit seperti ini sih? Demi tuhan Atlas masih belum paham dan mengerti sepenuhmya dengan apa yang terjadi saat ini dan apa yang ia alami sekarang. Karena jujur semua ini masih abu-abu baginya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN