Gadis dengan iris mata yang berbeda

1749 Kata
Carlos hanya mengangguk pelan, “Aku rasa kalian berdua cukup jaga dulu perkiraan yang aku katakan ini, jangan sampai semua orang mengetahui hal yang telah Atlas rasakan sekarang karena itu sangat amat berguna bagi kita nanti,” Kata Carlos. “Kalian paham kan?” Atlas dan Yara mengangguk mengiyakan, “Aku mengerti,” Jawab Yara. Lalu kepalanya meoleh ke arah Atlas, “Kau sudah sedikit mendingan? Atau masih sama seperti tadi?” Tanya Yara yang masih terlihat khawatir kepada laki-laki itu. “Is okay Yara,” Jawab Atlas tenang, dirinya tersenyum hangat kepada Yara sebari tangan kanannya menepuk ujung kepada gadis itu pelan. Melihat perlakuan manis itu, kedua mata Yara sedikit terbelalak, terkejut, malu, salah tingkah dan jantungnya terasa seperti berdetak dua kali lebih cepat. Astaga! Yara benar-benar tidak tahu harus berbuat seperti apa sekarang dengan hal yang mampu membuat dirinya terdiam di tempat. Rasanya Yara ingin cepat-cepat menghilang dari sini bahkan berlari kencang yang terpenting tidak melihat Atlas dari pandangammya karena sejujurnya Yara begitu pun hatinya tidak sanggung untuk terus menerus bersama dengan Atlas di tambah lagi dengan sikap dan perlakuan manisnya yang memang selalu membuat semua orang suka salah pajam kepada Atlas. Tetapi itu memang sangat menggemaskan bukan? Astaga! Yara kau harus sadar! Atlas mempunyai kekasih dan kau hanya di anggap olehnya sahabat, janganlah berfikir yang tidak-tidak. “Kau kenapa?” Tanya Atlas yang sadar dengan sikap Yara yang seperti tidak nyaman saat Atlas menyentuh ujung kepala gadis tersebut. “Tidak aku tidak kenapa-kenapa,” Jawab Yara santai, tangannya mengambil satu gelas miliknya kemhdian ia minumkan secara cepat. “Benarkah? Sepertinya tidak,” Kedua tangan Atlas menangkup wajah Yara pelan, memperhatikan secara seksama wajah gadis itu oleh Atlas secara baik-baik. Jantung Yara berdetak semakin tidak karuan, bahkan rasa salah tingkahnya semakin meledak-ledak akibat erlakuan mendadak Atlas seperti ini. Sialn! Laki-laki itu benar-benar sengaja mempermainkan Yara atau apa sih? Ya tuhan! Tidak semua wanita kuat Atlas, sadarlah itu! Carlos yang melihat kelakuan mereka berdua yang sejak tadi itu tertawa terbahak-bahak, melihat wajah Yara yang sudah memerah seperti tomat. Belum lagi suara detak jantungnya yang mampu Carlos dengar, dan juga sifat salah tingkahnya yang tidak bisa di sembunyikan itu cukup membut Carlos tertawa puas karena menggemaskan dan lucu. Ayolah! Ini itu bisa di bilang pemandangan yang amat sangat langka! Belum lagi saat melihat Atlas yang sengaja menggoda gadis tersebut, hahaha astaga sahabat-sahabat Carlos memang cukup membuat mood bisa naik di saat keadaan sedang genting begini. “Kau sakit Yara? Wajahmu memerah? Kau alergi makanan apa?” Kedua tangan Atlas yang tadi menangkup wajahnya ia lepas perlahan, tangan kanannya menopang dagu Atlas dan kedua matannya masih tidak terlepas dari Yara bahkan laki-laki tersebut menatap dirinya dengan tatapan hangat sekaligus nan lembut! AAAAA! Rasanya Yara ingin mati saja dari pada setiap hari dan setiap waktunya selalu di perlakukan seperti ini oleh Atlas. Mendengar tururan Atlas seperti itu Carlos kembali tertawa puas, astaga kenapa bisa sih! “Aku tidak sakit, aku hanya kepanasan saja,” Yara mengalihkan pandangannya, “Kau tidak harus terlalu peduli kepadaku Atlas,” Jelas Yara yang berusaha bersikap biasa aja dan berusaha teruhat keren agar dirinya tidak di anggap salah tingkah atau semacamnya oleh semua orang. “Kau lihat dari sisi kirimu, Valerie tengah menatap aku dan kau dengan tatapan seperti ingin membunuh,” Yara memutar bola matanya jengah. “Ah! Aku muak jika harus berhadapan dengan gadis yang selalu cemburu buta seperti kekasihmu itu Atlas,” “Dia bukan kekasihku,” Jawab Atlas enteng. “Aku tidak mempunyai kekasih, di dunia ini atau pun di duniaku. Aku rasa lebih tepatnya adalah Valerie kekasih dari Atlas yang asli,” Jelasnya secara rinci dan itu mampu membuat Yara terdiam mendengarnya. Carlos mengangguk mengiyakan, “Secara teknikal sih iya, dan aku rasa Valerie memang bukan kekasih Atlas sebagaimana gadis itu tetap menganggap kau adalah pacarnya Atlas,” Jelas Carlos yang tdi sempat setuju dengan perkataan Atlas. “Ya mau tidak mau sekaligus suka tidak suka kau memang harus bersikap pura-pura jika kau memang kekasih Valerie,” “Atau…….Kau memang sengaja ingin Valerie bahkan semua orang tahu kau bukanlah Atlas asli sekaligus Atlas yang mereka kenal?” Lanjut Carlos dengan hati-hati. Carlos menghela nafas panjang, memutar bola matanya jengah sebari menyenderkan tubhhnya di bangku, “Merepotkan!” “Aku tahu,” Kata Carlos sebari menepuk pundak Atlas pelan dengan kedua tangan kanannya. “Bahkan sekakin merepotkan bahwa kau memegang tanggung jawab besar di dunia ini, yang jelas-jelas kau itu bukan siapa-siapa bahkan bukan orang sespecial itu, apa aku benar kali ini?” Atlas melirik Carlos sebentar, sial! Yang di ucapkan laki-laki itu benar adanya, bahkan rasanya Atlas ingin berteriak kencang karena kesal dan muak. Ayolah! Bisakah waktu bisa kita percepat? Lagi pula ada masalah seperti apa sih sampai-sampai semua orang harus berkorban bahkan Atlas harus terbawa-bawa dalam masalah ini. “Kau benar, dan itu memuakan,” Mata Atlas menatap ke arah lain. “Jadi apa yang ingin kau rencanakan sekarang?” Tanya Carlos. “Maksudmu? Aku tidak mengerti,” Ucapnya jujur, ya itu benar. Rencana apa? Apa yang harus ia rencanalan? Lagi pula ia juga sedang todak bersemangat hari ini, hawa yang Atlas rasakan sekarang adalah ia ingin beristirahat panjang selama berjam-jam di kamar miliknya. Yap itu lebih dari cukup rasanya, HAH! Atlas benar-benar merindukan masa leha-leha dan masa malas-malasnya saat masih di dunianya. Dan yap! Rasa kesal dan rasa emosinya kembali mencuat kan? Akibat Atlas memikirkan hal itu, ya tuhann! “Kau memang benar-benar aneh,” Ucap Carlos gemas. “Ya sekarang apa yang ingin kau rencanakan? Dengan adanya semua yang kau lihat di kepalamu belum lagi saat kau mendengar semua ucapan semua orang di sini yang tidak bisa aku dengar bahkan Yara, lantas apa yang ingin kau perbuat? Kau rencanakan?” “Ayolah Atlas, semua perasaanku dan penafsiranku sebagaimana belum seratus persen akurat aku merasakan hal bagus! Apa kau tidak ingin menelusuri atau mencari tahu?” Tanya Carlos antusias, baiklah sepertinya memang Carlos menyukai tantangan. Bahkan dirinya lah yang teruhat lebih semangat untuk mencari tahu di balik gambar yang di lihat oleh Atlas sedari tadi. . . . Setelah selesai sarapan pagi bersama itu, kelas masih belum di mulai, entah ke mana para petinggi pergi. Yang pasti semua murid di sini merasa cemas dengan sesuatu yang beberapa jam sebelumnya sempat di umumkan. Hah! Atlas menghela nafas panjangnya. Laki-laki tersebut tidak ingin menghabiskan waktu yang tidak berguna seperti ini sebenarnya, karena kalau di pikir-pikir lagi dan Atlas olah lagi semuanya semua ini memang masuk akal. Maksudnya begini, dirinya yang masih saja melihat jalan-jalan dan lingkungan yang tidak pernah dirinya lihat sama sekali. Belum lagi saat Carlos mengtakan kepadanya bahwa semua yang ia lihat itu adalah kemungkinan jalan menuju ke gua Lemurian. Lalu? Setelah itu? Apa? Apa gang harus Atlas lakukan? Pergi seorang diri ke gua tersebut untuk memastikan benar atau tidaknya? Astaga! Tidak! Atlas tidak mau, ia masih menyayangi nyawanya yang hanya tersisa satu dan memang hanya satu. Lantas ia perlu bersikap seperti apa lagi? Mengutus seseorang untuk memastikan apa yang dirinya lihat itu benar atau tidak? Dan siapa yang harus dia utus? Dia tidak punya bawahan atau semacamnya. Ya tuhan dirinya ini seorang siswa! Bagaimana bisa ia menyuruh orang atau semacamnya itu? Di tambah lagi tidak semua ornag bisa dapat di percaya, terutama untuk keadaan situasi rumit seperti ini. Menyuruh Yara? Ya ampun itu tidak mungkin! Yara itu seorang gadis! Bagaiamana bisa Atlas berfikir kejar seperti itu kepada gadis cantik dan imut tersebut. Pikiran yang tidak masuk akal terkadang. Atau menyuruh Carlos yang pergi? Sial! Tidak bisa. Bukan karena Atlas tidak percaya dengan laki-laki itu sebagaimana dia sedikit selengan atau semacamnya. Dia itu sebenarnya bisa untuk di andalkan tetapi Atlas rasa sikap bergejolak dan atusiasnya seperti tadi harus ada yang mengontrol, iya Atlas tidak ingin jika ia menyuruh Carlos laki-laki itu tersesat atau di jalan terjatuh atau semacamnya karena ada kecelakaan. Ya tuhan! Tidak-tidak itu tidak boleh terjadi. Tetapi tunggu? Sejak kapan seorang Atlas Helios menjadi peduli dengan orang sekitar dan mengkahwatirkan seseorang? Sial! Apa-apaan ini? Ia menghela nafas pnjang, kedua telapak tangannya mengusap wajahnya kasar. Kepala pening itu rasanya ingin pecah saja, belum lagi ia harus memikirkan strategi untuk misi besok. sebentar! Atlas langsung membenarkan posisi duduknya, entah kenapa ia mempunyai ide dan lain sebagaimya untuk besok. Kedua matanya menelusuri setiap ruangan namun tidak ada Carlos dan Yara. Hanya ada siswa siswi lain yang tidak ia kenal di kelas ini, kemana mereka berdua? Perasaan kedua manusia itu masih sempat duduk di sebelah tubuh kanan kirinya. “Atlas,” Panggil seseorang. Mendengar itu Atlas menoleh ke sumber suara tersebut, kedua manik matanya saling bertabrakan dengam kedua iris mata yang berbeda. Yaitu sebelah kanan berwarna hitam kegam yang sebelah kiri berwarna biru muda, unik. Satu kata yang terlintas di kepala Atlas saat melihat seorang gadis yang tidak ia tahu namanya itu tengah berdiri di hadapannya sebagaimana posisi mereka berdua terhalang oleh meja. “Ya?” Jawab Atlas kaku, karena sejujurny ia juga bingung harus bersikap seperti apa! Akibat dia tidak tahu nama dan siapa gadis tersebut, lagi pula kenapa terjadi hal seperti ini kedua manusia itu tidak ada di sampingnya sih? “Bolehkah aku duduk di sampingmu?” Tanyanya lagi dengan rasa sungkan dan hati-hati. Atlas mengangguk, laki-laki itu menoleh ke kepalanya ke sebelah kanan untuk menandakan gadis tersebut di perbolehkan duduk tepat di sebelahmya. “Duduklah,” Gadis itu tersenyum kecil, “Terima Kasih,” Jawabnya sebari menjatuhkan tubuhnya ke bangku tersebut. Atlas tidak menjawab, hanya berdehem pelan sebari mengalihkan pandangannya ke arah lain. Gadis yang entah siapa namanya itu namun mempunyai kedua iris mata yang unik sedang memperhatikan Atlas dari sampaing. Hanya beberapa detik saja, ia langsungg menggelengkan kepalanya cepat seperti halnya menjauhkan pikiran yang mungkin tidak masuk akal yang sedang dirinya pikirkan. “Aku hanya ingin bertanya saja,” Tanyanya pelan, kemudian menghela nafas panjang. “Sebelumnya aku harus memperkenalkan diriku terlebih dahulu di karenakan kau sepertinya tidak mengenaliku saat ini, padahal sudah jelas selama di kelas kita berdua selalu berdiskusi tentang pelajaran,” Mendengar tuturan gadis itu, Atlas langsung menoleh. Entah kenapa mendengar hal tersebut detak jantungnya berdegup lebih kencang. Dan lagi kenapa perasaannya mendadak tidak enak sekarang setelah kehadiran dan perkataan gadis di sebelahnya. “Aku Enola,” Lanjutnya dengan senyuman hangat, “Aku tahu kau Atlas Helios si bintang akademi karena kekuatan dan otak cerdas yang kau miliki…..” Enola mengalihkan pandangannya seperti halnya melihat ke sekelilingnya. “Tetapi auramu berbeda,” “So, who are you?” Lanjut Enola dengan nada pelan dan kembali menatap ke arah Atlas dengan tatapan datar yang mengintimidasi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN