It’s time right?
Pagi ini, di hari Rabu di mana misi kedua akan di lakukan secara serentak dan sudha banyak semua orang menunggu upacara pemulaian di lapangan.
Atlas palu yang tengah berada di dimensi lain itu lebih tepatnya merasa gugup.
Oh! Itu sudah pasti sebenarnya karena bagaimana pun ini kali oertama dan rasa pertama kalinya Atlas akan melakukan petualangan di mana nyawa adalah taruhannya.
Gila! Mungkin jika teman-teman di dunianya tahu bahwa Atlas melakukan hal sekeren ini kemungkinan besar ia tidak akan di rundung lagi seperti dulu bukan.
Tapi tunggu sebentar? Memangnya mereka pantas di sebut teman ya? Sial! Itu tidak pantas juga sebenarnya.
Baiklah, kita kembali gfokus dan mencari sisi terang yang mungkin baik untuk di lajukan saat Misi itu terjadi bukan?
Iya itu yang terpenting sekarang ini karena bagaimana pun demua yang akan terjadi sangatlah penting untung nasih tim Atlas sekarang ini.
Karena semua terlihat sangat jelas sekali bahwa ekpresi wajah pada diri teman-teman Atlas terlihat tegang sekarang ini.
Coba kalian lihat sendiri, Carlos, Enola, Yara bahkan Valerie terlihat begitu tegang wajahnya.
Dna juga sekarang ini Valerie seperti sedang merasa gelisah sejak tadi pagi dan Atlas paham dengan hak tersebut bahkan bisa merasakan apa yang gadis itu rasakan.
“Hei,” Langkah Atlas mendekat ke arah Valerie yang tengah berdiri sebari memainkan jarinya gelisah.
Ia tidak tahu harus bersikao seperti apa kepada Valerie untuk menenangkan gadis tersebut, krena bagaimana pun semua harus di lakukan secara bik bukan?
Iya memang seperti itu, maka dari itu dengan bersikap baik dan menerapkan momen yang bagus jug selama Atlas di dimensi kain di mana ini bukanlah duniannya mau tidak mau Atlas harus melakukan hal itu secara suka rela bukan?
Mendengar Atlas menyaoanya membuat Valerie menoleh, wajahnya yang tegang terlihat jelas di wajah cantiknya dengan senyuman yang ia paksakan sekaligus ia tunjukan membuat Atlas sedikit tersebyum kecik sebagaimana Valerie tidak tidak bisa melihat hal tersebut.
“Kau tidak apa-apa?” Tanya Atlas di saat dirinya sudah berdiri di hadapan gadis tersebut, tangannya membenarkan anak rambut yang rambut panjangnya sengaja di kuncrit kuda oleg Valerie. Terlihat segar dan lebih menawan menurut Atlas.
Dan juga toling banget kalau Atlas mengucapkan ke kagumannya terhadap Valerie itu jelas bukan karena laki-laki tersebut menyukai Valerie tau semacamnya. Jelas itu jelas bukan seerti itu. Atlas palsu bukan tipikal orang yang mudah menyuukai seseorang terutama jatuh cinta pada seorang wanita juga karena bagaimana pun hal tersebut sangat mereotkan bagi dirinya.
Aenh, memang. Memang begitulah Atlas berbanding balik dengan Atlas aski yang memang suka mencintai lawan jenis secara tulus dan penuh dengan kasih sayang.
Valerie menggekengkan kepalanya pelan, senyuman kecil itu masih terpancar jelas di wajahnya sebagaimana Atlas tahu itu di paksakan oleh gadis tersebut, “Bohong jika aku mengatakan aku baik-baik saja sekarang,” Katanya sebari terkekeuh pelan sebari memberi humor receh yang Atlas tahu itu sangatlah tidak lucu akan tetapi mau tidak mau Atlas hanya membalas kekehan itu juga secara pelan.
“Tenanglah,” Ujar Atlas yang mencoba menjadi penenang walaupun ia tahu bahwa caranya belum tentu berhasil juga padahal ia dendiri juga sama paniknya sebenarnya. Konyol, sangat amat konyol ternyata.
“Ya aku tahu ucapanku ini sepertinya tidak skan berguna juga sebenarnya,” Lanjut Atlas lagi. “Namun yang jelas, aku benar-benar berusaha agar kau baik-baik saja sekarang ini,”
Valerie hanya diam, tidak menjawab sama sekali yang ada hanya menatap laki-laki itu secara lamat-lanat karena bagaumana pun Atlas benar/benar mengingatkan kepada Kekasihnya dan sialnya Valerie benar/benar merindukan laki-laki tersebut secara berat dan nyata.
Wajarkah? Iya itu wajar sebenarnya kalau menerut Valerie karena bagaimana pun semua yang ada di dalam Atlas benar-benar berarti bagi gadis tersebut.
“Atlas…..,” gantung Valerie, rasa ragu di dalam dirinya menyelimuti perasaannya sekarang namun yang pasti dan yang jelas juga Valerie ingin sekali memeluk Atlas secara erat untuk menenangkan dirinya sendiri.
Apakah itu boleh?
Apakah itu terlihat sopan?
Valerie rasa tidak ada salahnya hukan untuk mencoba karena bagaimana pun mencoba tidak ada salahnya juga.
Maka dari itu dengan satu tarikan nafas yang panjang Valerie memberanikan diri. Mengatakan hal tersebut kepada Atlas yang entah tidak tahu oasti jawabannya seperti apa namun yang pasti Valerie benar-benar berharap besar bahwa dirinya tidak menolak permintaannya sama sekali. Iya, hanya itu keinginan dan harapan gadis tersebut sekarang ini.
“Kenapa Valerie? Kenapa tidak kau kanjutkan?” celetuk Atlas saat Valerie baru saja berniat membuka mulutnya untuk melanjutkan ucapannya yang smepat ia gantungkan tadi.
“Ah! Ini aku……,” Gugup, jelas terlihat sangat jelas bahwa gadis tersebut sedang gugup sekarang.
“Atlas, begini……,” Valerie sedikit memejamkan kedua matanya sebantar. Hanya beberapa detik agar rasa gugupnya bisa ia kontrol sebaik mungkin karuena demi tuhan ini sangat memalukan sekali. Astaga! Ayolah Valerie ku mohon.
“Aku tahu ini sangat tidak sopan, tetapi apakah aku boleh memeluk tubuhmu untuk menenangkan rasa gugup dan rasa cemas yang sedang aku rasakan sekarang ini?” Pinta Valerie dengan rasa ragu dan oengucapan yang sedikit tidak lancar juga sebenarnya.
Dan Atlas yang mendengarkan hal tersebut hanya diam, tidak menjawab lebih tepatnya sih belum saja karena pikirannya juga sedikit bercabang entah ke mana. Bukan berarti ia terbawa perasaan atau semacamnya ya, jelas itu bukan. Bukan sama sekali okay karena Atlas sudah menegaskan sejak di awal juga bukan. Maka dari itu tanpa berfikir panjang Atlas mengangguk pelan senyuman kecik terlihat di wajah tampan laki-laki tersebut.
“Tentu,” Jwabnya sebari merenggankan kedua tangannya agar Balerie bisa memeluk tubuhnya agar merasa tenang sekaligus merasa baik juga.
Mendengar jawaban Atlas yang di luar dugannya Valerie pun imut tersebyum tanpa pikir panjang juga gadis tersebut langsun memeluk Atlas palsu yang jelas bukan kekasihnya.
Tidak apa-apa, Valerie tahu laki-laki yang sedang di peluknya daat ini bukan kekasihnya, namun yang pasti tubuh wajah dan semuanya sangat mirip dengan Atlas bukan?
Iy, itu benar. Maka dari itu Valerie mengeratkan pelukannya lebih erat menghiruo aroma tubuh yang sama persis dengan Atlas.
Rindu? Itu sudah pasti dan tentu juga karena bagaimana pun hanya Atlas yang memahami dirinya.
Ya walaupu sebenarnya Atlas psu juga hampir bisa memahami dirinya juga sih.
“Terima kasih,” Celetuk Valerie sebari mengurangi jarak di antara mereka ebrdua yang tadi sempat berdekatan alias berpelukan.
“No, is okay. Tidak masalah jika memang kau membutuhkan aku atau semacamnya. Aku tidak keneratan,” Jawab Atlas santai, alasan laki-laki tersebut melakukan sikap hal seperti itu karena i memahami. Memahami bahwa semua yang Valerie butuhkan hanya kekasihnya. Atlas asli.
Valerie terkekeh pelan. Sediki menghela nafas panjang saat mendengar laki-laki tersebut menjawab hal yang mampu membuat dirinya merasa sangat amat tenang.
“Terkadang aku menyadari kalau kau memang hampir mirip dengan Atlas untuk sikap dan rasa pedulimu itu,” Katanya lagi dengan senyuman tulus di wajah gadis tersebut.
Atlas terkekeh pelan, “Itu hanya perasaanmu saja Valerie, karena aku tahu kau sedang merindukan kekasihmu yang hebat otu,”
“Iya kau benar, aku rmmang sedang merindukan Atlas, sangat amat merindukan laki-laki itu. Karena bagimana pun hanya dirinya yang bisa memahamimu dari segi apapun,”
“Terlebih lagi di situasi seperti ini, aku yakin saat dirinya tahu aku mengimuti misi yang seberat dan sesukit ini dia akan khawatir. Sangat amat khatir tapi di sisi lain aku tahu bahwa dia bangga dengan diriku yang mempunyai keneranian untuk melakukan hal ini,” Jelasnya lagi sebari membayangkan wajah Atlas yang super duoer bangga juka nelihatnya sejakigus wajah konyolnya yang juga di sisi lain sangat khawatir.
Valerie menghela nafas panjang, “Maaf jika aku terlalu banyak bicara padanu pagi ini, aku takut kau merasa tidak byaman hanya karena sekalu melamoiaskan Atlas kepdamy,” lanjutnyablagi merasa tidak nyaman.
Iya, itu benar. Siapa suh yang merasa tidak senang dan byaman jika seseorang sering terus menerus di banding-bandingkan begitu seoerti laki-laki yang tengah berdiri di hadapan Vakerie sekarang.
Iya, Valerie yakin pasti Atlas tidak nyaman. Maka dari itu ia hanya bisa meminta maaf walaupun dirinya tahu bahwa hal tersebut bukanlah hal yang muah untuk di kupakan atau semacanya.
.
.
.
Dengan kehidupan Joe yang Gisha sedikit tahu bahwa Joe sudah sulit sejak kecil, maka dari itu Gisha memilih untuk memutuskan hubungannya bersama Joe dan menjalin hubungan bersama Alin seperti yang Alin mau. Kesepakatannya agar rahasia terbesar Joe tidak banyak orang yang tahu.
Akan tetapi hal itu tetap saja terjadi, semua terbongkar. Satu sekolah tahu bahwa Joe memiliki ibu gila karena depresi, dengan reputasi yang buruk semua semakin buruk akibat ulah Alin dan juga Entah dari mana Alin mengetahui hubungan Justin bersama Joe. Semua rusak, hancur sudah.
Tenang, Justin tidak diam. Ia tahu semua apa yang sedang terjadi dengan Joe, tanpa basa basi Justin turun tangan untuk membereskan masalah itu semua tanpa menghilangkan jejak yang sudah disebarkan oleh Alin.
Alin? Semenjak kejadian itu, seperti halnya karma, banyak hal buruk menimpanya dan dia pun menghilang setelah kejadian yang sangat memalukan.
Masalah pun selesai, Justin dan Joe semakin dekat bahkan mereka sesekali tinggal bersama di apartemen milik Joe. Lantas di balik kedekatan tersebut ada kebodohan Joe yang rela memberikan mahkota yang ia jaga kepada Justin. Dan kebodohan yang ia lakukan lagi adalah Joe melakukan hubungan terlarang dengan Gisha dimana perjodohan hampir di depan mata, padahal Justin sudah mewanti-wanti untuk tidak dekat - dekat dengan Joe lagi karena Joe sudah akan menjadi miliknya.
Bukan hanya Joe saja yang ceroboh melainkan Justin juga yang diam-diam melakukan hubungan gelap bersama mantan pelariannya, Kayla. Di waktu yang sama pula, permasalahan Satya yang awalnya ingin berjuang untuk mendapatkan Gadis itu dengan kondisi kehidupan yang sangat beerbeda jauh dengan gaya hidup Joe, dia hentikan akibat Joe yang sudah mantap memilih Justin untuk menjadi pasangan hidupnya.
Memang Satya cenderung mengubur perasaannya dibalik persahabatan mereka berdua, karena bagi Satya banyak yang harus dikejar bila memang ingin berhubungan serius dengan Joe.
Sebagaimana Joe begini dan begitu di masa lalu Satya masih tetap ingin menerima nya kok, karena bagaimanapun rasa sayang yang Satya rasakan kepada Joe benar-benar sangat besar.
Akhirnya disinilah finalnya, disaat semua kebusukan Justin terbongkar oleh semua orang, sewaktu Justin dan Joe melakukan pernikahan, datang lah Kayla yang memberi tahu bahwa dia mengandung anak Justin.
Yang awalnya Joe yakin dengan keputusannya, dan rela melepaskan Gisha untuk fokus dengan Justin, Joe merasa terkhianati dan akhirnya Joe pun memutuskan untuk menghilang di hadapan Semua orang. Dan selang beberapa tahun kemudian Joe kembali menampakan dirinya lagi ke pada teman-temannya termasuk Satya yang masih menunggu Joe.
Pelan tapi pasti Satya pun mendekati Joe untuk menjalin hubungan serius dengan gadis tersebut, dan akhirnya Joe sudah bulat dengan pilihannya bahwa dirinya memilih Satya untuk menjadi pasangan hidup setelah merasakan penghianatan oleh Justin.
Gisha? Setelah apa yang dilakukan kakaknya, Gisha memilih pergi keluar negeri bersama sang ayah karena menurut Gisha, ia merasa tidak pantas menampakan wajahnya dihadapan Joe sebagaimana ia tak salah. Tetap saja yang dilakukan Justin sangat fatal, Gisha memang masih mencintai gadis itu, aakan tetapi dalam dirinya ia memutuskan untuk pergi menjauh dari Joe agar dia tidak mengingat hal yang sudah membuat ia sakit hati.